Chereads / Cross Time Delivery Mission / Chapter 6 - Visi Misi

Chapter 6 - Visi Misi

Bibi Jack langsung berjalan menuju dapur. Langkahnya berat namun teratur, nafasnya sedikit lebih cepat dari biasanya, matanya menatap tajam kedepan, dan mulutnya diam 1000 bahasa. Jack pun merinding melihatnya.

Beberapa saat yang lalu...

Pak RT berlari kearah kamar mandi. Kamar mandi Jack yang berada di belakang rumah dan bangunannya yang terpisah menjadi tempat ideal untuk sembunyi. Pria tua itu memutuskan duduk di kursi bambu depan kamar mandi.

"WEDHUS! Si haji pake dateng.. Lah dalah!", Pak RT tampak terganggu dengan kedatangan rival bisnisnya. Mereka berdua adalah pemilik warung terbesar yang ada di desa. Sejak dulu sudah biasa bersaing, namun mereka tetap bersahabat.

Pria tua itu kini duduk melamun. Imajinasinya mulai liar. Ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Eve malam tadi. Membayangkan tubuh indah Eve di depan matanya. Ia mulai senyum senyum sendiri.

Sementara Pak RT tenggelam dalam lamunan, kini giliran Pak Haji yang berjalan cepat menuju kamar mandi. Saat sudah dekat dengan kamar mandi, tampak sosok rival hidupnya yang sedang melamun dan senyum senyum sendiri. Pak Haji kaget, namun ia juga sudah bisa langsung paham kondisinya.

"Oi! Ngapain Te?", suara Pak Haji mengacaukan lamunan Pak RT. Pria yang melamun itu segera sadar dan terkejut. Dilihatnya Pak Haji yang tersenyum aneh kepadanya.

"Eh ji, ngapain?", ia menatap balik Pak Haji. Saat melihat penampilan rival bisnisnya, RT sadar bahwa maksud dan tujuan mereka berdua sama sama tidak beres.

"Aduh ji, sampean kan sudah 2. Mbok yo ngalah. Aku ini kan baru satu!", Pak RT berusaha menahan tawanya.

"waduh Te, ndak bisa. Aku ini kan cuma usaha. Masalah hasil bukan urusan kita. Itu urusan yang diatas. Lagian memangnya mbak If mau sama sampean? ", Pak Haji bicara sambil tersenyum. Memang benar ucapannya. Manusia hanya ditugaskan untuk berusaha, soal hasil, itu urusan yang diatas.

"Ndak bisa gitu dong Ji! Memangnya cuma sampean yang boleh usaha? Smalem aja Mbak If senyum senyum waktu bicara sama aku",Pak RT mencoba mengeles.

"Ahh, sudah lah. Kita Ikhtiar bareng bareng. Soal siapa yang dapat itu urusan nanti. Ngomong ngomong memangnya kamu berani sama Wati?", Pak Haji menyerang Pak RT dengan mengingatkan pada istrinya.

"Ah, itu juga urusan nanti. Sampean aja bisa dua, masa aku ndak bisa?, eh, Ji didepan ada siapa lagi?", Pak RT tampak membelokan pembicaraan dengan sangat tajam. Tampak ia tidak mau membahas istrinya, walau ia berikrar berani untuk mendua, namun ekspresi wajahnya menunjukan ada trauma yang sangat mendalam saat Pak Haji menyebut istrinya.

" Oh, itu ada si Yusuf. Kalau tau sudah ada sampean, aku yo diam aja duduk di depan. Lagian sampean kenapa ngumpet? ",Pak Haji memutuskan untuk tidak lagi membahas Bu RT. Ia juga memahami betapa mengerikannya wanita itu.

"Lah, sampean sendiri kenapa kesini?", Pak RT tertawa. Mereka terus mengobrol dengan akrab. Lama kelamaan obrolan semakin liar, kini mereka mulai memaparkan visi dan misinya jika Eve jadi istrinya. Mereka berdua bahkan berdebat soal visi dan misi siapa yang lebih baik.

" Nah itu si Yusuf! Kenapa dia? Wajahnya kok pucat?", Pak RT memotong pembicaraan dan melihat sosok tua lainnya yang berlari kearah mereka. Senyum tampak di bibir Pak RT dan Pak Haji.

Paman Jack pun baru menyadari bahwa di hadapannya sudah ada 2 rekan bermain gaplehnya.

" Loh sudah rame!", paman Jack tertawa halus. Tetap menjaga agar eksistensinya tidak diketahui tamu yang kini ada di depan.

"kenapa Yus? Kok tadi pucat? Siapa lagi yang datang?", Pak Haji bertanya pada Paman Jack.

"Istriku! Wah celaka ini!", paman Jack kembali ingat masalahnya. Senyumnya hilang seketika, wajahnya kembali pucat. Keringat mulai bercucuran. Namun tiba tiba terdengar suara Jack yang menyatakan bahwa pamannya sudah pulang dan tidak ada di rumahnya.

"Wuih Aman. Ponakanku juara!", Paman Jack tersenyum lega. Pucatnya hilang. Kedua rekan sepergaplehannya hanya menatap dalam diam. Mereka berharap untuk tidak mengalami nasib serupa. Setelah itu mereka bertiga memulai kembali pertikaian soal siapa yang pantas mendapatkan cinta Eve.

Sesaat setelah debat, Paman Jack dengan penuh percaya diri memaparkan visi dan misinya. Namun takdir berkata lain.

Di pintu rumah yang mengarah ke kamar mandi sudah berdiri istrinya dengan wajah merah menahan amarah.

"Oh Gitu! Mulia sekali cita citamu mas! Apik tenan!", debat panas ketiga senior itu berhenti seketika. Paman Jack kembali pucat.

"PULANG!!! Ini lagi sudah tua masih genit. Aku pasti bilangin ke istri istri kalian. Biar tau rasa!", bibi Jack mulai tidak kuasa menahan emosinya. Ia juga mengancam 2 Sepuh lain yang ada dihadapannya.

"Jagan Sri! Salah Paham ini. Saya sama si Haji baru mau pulang. Tapi tiba tiba Yusuf datang. Kami berdua sih cuma mau ngingetin. Kasian sama kamu. Kan denger sendiri tadi Yusuf ngomong apa. Kita kan uda lama kenal? Masa kami diamkan? Iya kan Ji?", Pak RT mulai mengeluarkan bakatnya sebagai seorang diplomat ulung. Kini saat nyawanya yang jadi taruhan, kemampuan bicara Pak RT jadi berkali lipat lebih hebat dari biasanya.

" Iya Sri benar itu! Tadi aku sama si RT memang baru aja mau pulang. Nah kalo begitu kami pamit. Duluan ya!", Pak Haji berpamitan dengan spontan. Pak RT pun menyusul untuk buru buru pamit. Mereka berdua tidak mau keselamatannya terancam.

"WEDHUS!!!", Paman Jack sudah tidak tau harus apa. Ia tertangkap basah. Hatinya kini sakit, 2 sahabat yang sudah bertahun tahun menemaninya bergapleh telah menghianatinya. Menghadapi istrinya ia hanya bisa diam. Takut masalah akan semakin panjang bila ia berbicara.

"PULANG! Kita selesaikan di rumah!", bibi Jack memimpin di depan. Paman Jack mengikutinya dibelakang, tertunduk lesu, diam 1000 bahasa.

Jack yang tengah menyeruput kopi di ruang tamu dikagetkan oleh dua orang tua yang berlari dari belakang rumahnya.

"Duh Jaka, Lupa aku! baru ingat,kalau aku sama Pak RT ada acara. Wis telat iki!", Pak Haji bicara dengan lancar dan terburu buru.

"Iya, aku juga baru ingat. Nah, kami pamit dulu ya. Salam ke mbak If!", tanpa basa basi lebih lanjut kedua tokoh desa itu menyalami Jack, lalu mereka jalan dengan cepat dan mengorek pot bunga di halaman Jack, mencari sesuatu. Setelah benda yang dicarinya ditemukan, mereka berdua kompak memberi salam dan berjalan dengan sangat cepat menjauhi kediaman seorang Jaka Sumatri.

Jack menahan tawa dan menjawab salam mereka, namun saat membalik badannya. Tampak olehnya bibi dan paman kesayangannya ada di ruang tamu.

"Aku sudah bilang Pak Lek gak ada, tapi ini nih Bu Leknya maksa masuk!", Jack mencoba membersihkan namanya. Namun ia yang belum menikah tidak memahami bahwa apa yang dilakukannya memperparah masalah rumah tangga paman dan bibinya.

"Wedhus!", Paman Jack kembali mengumpat. Ia paham kini masalahnya semakin parah. Pikirannya sudah entah kemana. Mentalnya sudah gempar. Ia merasa belum siap untuk mati.

"Jaka, Bu Lek pamit dulu ya. Nanti Bu Lek balik lagi bawa obat. Ayo pulang!", bibi Jack pamit untuk pulang, ia menatap tajam ke suaminya.

"Iya Bu Lek, monggo! Ini makanannya trimakasih loh. Kalau obatnya gak usah Bu Lek, aku udah cukup ngerepotin. Belum lagi kayaknya Pak Lek juga nanti pasti butuh.", Jack tidak mau merepotkan lebih jauh. Lagi lagi kepolosannya mencederai hati pamannya.

Bibi Jack mempertimbangkan ucapan terakhir keponakannya." Yo wes kalo begitu! Bu Lek pamit ya.. "

Kedua pasangan yang dimabuk emosi itu kini pulang. Jack mengantar sampai halaman rumahnya. Ia menatap halaman rumahnya yang kini tampak lebih luas.

"Ada yang aneh.... Tapi apa ya?", Jack bingung.

5

4

3

2

1

"DJANCUK!!! Motorku! Motorku! Gimana ini?", Jack baru sadar sepeda motor bebek tuanya sudah tidak ada. Kepanikan melanda. Jack shock, sedih, hatinya sangat hancur dan terpukul. Bagi Jack, sepeda motor itu adalah sahabatnya yang selalu menemani dalam suka dan duka. Ia berkeliling ke penjuru rumah mencari sahabatnya ini. Masih tidak menemukan, kini Jack berlari keluar dengan panik. Ia mulai menanyakan pada tetangganya.

HUAAAACHIIIH

Eve bersin di dalam labnya. Ia heran mengapa ia terus terusan bersin sedari tadi. Ia ingat bahwa di periode ini sedang terjadi wabah Covid 19,tak pikir panjang ia meninggalkan kursi kerja dan menuju sistem medical check up yang ada di lab nya.

Ia segera berbaring di tempat tidur ruang check up, sistem yang langsung aktif mulai menjalankan aneka sensor medis. Kabel dan aneka macam alat secara otomatis menempel sendiri ke titik titik tertentu tubuh Eve. Bahkan sample darahnya juga diambil.

Melihat tubuh keriputnya yang ditempeli bermacam sensor, Eve teringat salah satu gurunya. Seorang ilmuan yang sangat cerdas namun menderita penyakit langka sehingga terpaksa ia harus dimasukan kedalam kabin cryostasis, dengan harapan di masa depan kelak sudah ditemukan obat untuk penyakitnya.

Seketika Eve tersentak, Ia mendapatkan ide untuk menyelamatkan nyawanya. Eve menatap hologram dari sistem cek medisnya. Hasil pemeriksaan keluar. Eve lega karena ia negativ covid 19 dan sensor lain juga menyatakan ia hanya kelelahan dan kurang tidur. Namun ada data di hadapannya yang membuat Eve kembali teringat bahwa waktunya semakin menipis.

Sistem mendeteksi bahwa usia Eve kini 54 tahun, ia mulai menghitung bahwa ia sudah 9 jam berada di rumah Jack. Eve segera bangkit dari tidurnya dan kembali ke areal kerjanya.

Sepeda motor Jack hampir selesai dimodifikasi. Eve memasangkan banyak teknologi pendukung. Mesin jet pendorong, meriam plasma, hologram kamuflase, hingga perisai energi. Eve memasangnya secara rapih dan tersembunyi.

Walau ada keributan besar di luar kamarnya, Eve tidak mendengarnya. Ia juga tidak mau peduli dengan itu. Saat ini nasib dunia ada di tangannya.

Jack masih berkeliling desa mencari sepeda motornya. Walau hasilnya nihil serta kemungkinan ditemukannya kecil, Jack terus berusaha. Ia memegang teguh ajaran Pak Haji bahwa manusia hanya ditugaskan untuk berusaha.

Waktu menunjukan 10 pagi.

Eve keluar dari kamarnya.

"Jack? Jack? Jack?", Eve memanggil manggil Jack namun tidak ada jawaban. Eve merasa mendapat kesempatan emas untuk mengembalikan sepeda motor Jack. Ia segera menuju halaman depan rumah, lalu ia mengeluarkan sepeda motor Jack. Mengembalikannya pada tempatnya.

Walau di mata orang awam sepeda motor ini masih berbentuk rongsokan, namun kini body motor menjadi bersih, mesinnya berkilau, dan jika lebih diteliti, sepeda motor ini jadi sedikit bertambah tinggi.

Eve memastikan bahwa sepeda motor sudah berada di tempatnya. Ia berharap Jack belum sadar motornya hilang.

"Kini aku tinggal menunggu Jack kembali. Saat nya mendiskusikan rencanaku dengannya", Eve menguatkan hati dan tekadnya. Ia berdoa, berharap semua sesuai rencana.

End of chapter 6

Update 1 or 2 chapter everyday at 20:30 GMT +7

**************************************************

Hai...

Terimakasih sudah membaca karyaku, ini adalah novel pertamaku. Mohon maaf bila susunan kata kurang rapih dan cenderung "kumaha aing". Insha Allah aku akan terus meningkatkan kualitas seiring dengan waktu..

Bantu vote agar cerita dapat terus Update dan berkembang lebih baik.

Tidak menolak kopi, jika ada yang mau mengirim kopi. Monggo:

trakteer.id/ngatimin

Bisa pakai gopay dan start from 2000 aja.

Sedikit quote dari masku :

"Cintai lah ploduk ploduk indonesia!!! ", Mas Pion

#dukungauthorindonesia