Jack menutup pintunya rapat rapat. Lebam di tubuhnya mulai terasa sakit. Saat seseorang dalam kondisi tegang, tubuh menghasilkan adrenalin. Selain memicu jantung, adrenalin juga bisa berfungsi sebagai pain killer alami. Saat ini Jack mulai tenang, rasa sakit pun mulai menjalar. Terutama di bagian wajah, sebuah cenderamata dari si poni lempar.
Sambil mengusap pipinya, Jack melihat kearah Eve. " Semua sudah pulang bu, maaf kalau mengganggu istirahatnya. Warga sini ramah ramah kok bu".
"Baiklah Jack, terimakasih sudah membantuku.", Eve tersenyum sambil memasuki kamarnya. Dalam hati, Eve merasa sangat tidak enak karena ia tau bila rencananya memungkinkan untuk dijalankan maka Eve akan membuat Jack jauh lebih repot dari hari ini. Namun karena tidak ada pilihan kandidat lain, maka Eve terpaksa untuk menguatkan hatinya. Sebagai antisipasi, Eve juga memasukan poni lempar sebagai cadangan apabila terjadi sesuatu pada Jack.
Eve memasuki kamarnya. Ia duduk di kursi labnya memikirkan semua solusi baru yang didapatnya. Super komputer Eve segera melakukan komputasi penghitungan kemungkinan. Komputer itu menyesuaikan data penelitian Eve dan solusi yang diberikan.
Ding.
Komputasi selesai, Eve tersenyum "maksimum kemungkinan sukses hanya 50%, ada kemungkinan eksistensi Jack terhapus saat badai waktu terjadi, tapi ini masih lebih baik dari 0% kemungkinan. Baiklah, ini saatnya aku mempertaruhkan semuanya".
Eve menghiraukan lelahnya, ia terus bekerja. Sebagai langkah awal ia mulai membuat rancangan satelit mini untuk disebar di lintasan waktu. Eve hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk meyelesaikan rancanganya.
Dimasa depan 3d printer sudah sangat maju. Selama ada rancangan dan bahan baku mentah, mesin ini bisa digunakan untuk membuat semua hal termasuk mesin yang kompleks sekalipun, namun keberhasilan hasil produksinya tetap ditentukan oleh data rancangan cetak biru yang dimasukan.
Eve menyetel kecepatan produksi ke maksimum. Selagi menunggu proses selesai, ia mulai mengingat dialog pemuda desa dan Jack.
"Cara kerja sistem yang tadi disebutkan oleh Jack tampaknya bisa aku manfaatkan, Jack sudah terbiasa dengan sistem itu. Jika aku membuat sistem serupa untuk membuat Jack bepergian melintasi waktu, seharusnya ia bisa menyelesaikan semua misi yang diberikan. Namun aku harus melihat dulu Smartphone milik Jack ", tanpa basa basi Eve menggunakan super komputernya untuk melakukan scaning alat komunikasi di sekitarnya dan akhirnya ponsel Jack terdeteksi juga.
Setelah terdeteksi, Eve segera meretas masuk ke ponsel Jack. Aplikasi dan seluruh data di ponsel Jack tampil di layar Eve. Ia mencari aplikasi Ko-Jek yang sebelumnya dipresentasikan oleh Jack. Eve membuka aplikasi itu dan mulai mempelajari cara kerjanya.
Eve melengkapi Labnya dengan alat peredam suara, seluruh suara mesin dan bermacam alat di lab Eve terkunci hanya di kamarnya. Jack yang sakit dan sudah lelah pun kini berbaring di kasurnya. Ia merasakan kembali keheningan malam yang sudah 1 tahun tidak dirasakannya di kota. Jack sama sekali tidak menyadari semua hal yang kini sedang terjadi di balik dinding bilik kamarnya. Namun entah mengapa perasaan Jack tidak enak.
"ah, pasti gara gara si poni!", Jack mencari alasan masuk di akal untuk menenangkan dirinya sendiri. Tak lama mata Jack terpejam.
"Bagaimanapun juga aplikasi ini hanya UI, aku tetap harus membuat server sebagai pisat kendali misi. Server ini akan kusatukan dengan server untuk sistem GPSnya. Sekarang aku hanya tinggal memikirkan sistem AI yang dapat menghasilkan misinya.", Eve masih bekerja.
Ding... "Completed"
Terdengar suara dari 3D printer Eve, proses pencetakan 1000 satelit mini sudah selesai, karena bahan baku yang tidak cukup Eve hanya berhasil membuat 853 satelit. Sedikit dibawah rencana awalnya. Tanpa membuang waktu, Eve membuka portal waktu dan meluncurkan seluruh satelit kedalamnya.
Semua satelit sudah diprogram secara sempurna oleh Eve. Setelah memasuki lintasan waktu, tiap satelit langsung menuju posnya masing masing.
Sambil menunggu data dari satelit, Eve secepat mungkin menyelesaikan sistem untuk Jack. Tiba tiba Eve teringat sesuatu.
"owh!! Aku lupa! . Jack membutuhkan kendaraan untuk bisa bepergian melintasi waktu. Tak ada pilihan lain..", Eve memutuskan untuk melakukan sedikit modifikasi pada sepeda motor Jack.
Eve sudah memasukan semua algoritma inti untuk sistem "ojek online" versinya, kini ia membiarkan super komputer yang menyelesaikan sisanya.
Eve sadar waktunya semakin menipis, ia segera mengerjakan ide selanjutnya yaitu memodifikasi sepeda motor milik Jack. Walau sebelumnya banyak hal yang sudah dikerjakan, waktu masih menunjukan kurang dari pukul 5 pagi hari.
Diam diam Eve keluar dari kamarnya dan menuju halaman rumah Jack. Ia menganggap kondisi aman, hari masih gelap, Jack tidak akan menyadari jika ia meminjam sepeda motornya. Melihat motor tua yang terparkir di halaman, Eve segera memasukan motor itu ke sistem penyimpanannya. Eve melihat sudut ruang tamu Jack, lalu ia mengambil jaket dan helm hijau yang merupakan seragam Jack.
Saat akan memasuki kamarnya, tiba tiba pintu kamar Jack terbuka.
"loh, sudah bangun bu?", Jack menyapa Eve, matanya masih tampak masih sangat mengantuk.
Sontak Eve menjadi terkejut, namun ia masih bisa beralasan secara spontan.
"aku hanya ke toilet, permisi Jack. Aku mau melanjutkan tidurku.", Eve menjawab dengan sangat natural.
"oh iya bu, silahkan. Saya juga cuma solat saja sebentar. Setelahnya ya tidur lagi. Hahaha", Jack selalu berusaha membuat nyaman tamunya.
Eve segera masuk ke kamarnya, namun tidak untuk tidur. Ia memasukan sepeda motor Jack ke ruang perakitan.
Printer 3d di labolatorium Eve hanya bisa mencetak bagian per bagian, tetap dibutuhkan tangan tangan robotik untuk merakit bagian bagian yang dicetak dan kini sepeda motor Jack berada di ruang perakitan itu.
Tangan tangan robotic membongkar sepeda motor secara total. Eve mengeluarkan semua alat yang ada di sistem penyimpanannya. Ia merasa beruntung karena membeli banyak sekali peralatan sebelum memulai perjalanan waktunya.
Seusai beribadah, Jack kembali ke kasurnya. Sebelum tidur ia membuka dompetnya dan mulai berhitung. Kali ini Jack benar benar bangkrut.
"Waduh, uangku ngepas untuk bensin pulang. Beli makan gimana ya? Mana tidak ada air untuk minum", bagi Jack tamu harus diutamakan. Ia malu jika harus meminta pada Eve, terlebih ia sempat menolak koin emas pemberian Eve. Jack berprinsip bahwa ia wajib menjamu tamunya. Soal Rizki, Jack percaya sudah ada yang mengaturnya. Namun saat ini Jack tetap mulai pusing.
Jack tidak tau bahwa di dalam kamar Eve banyak sekali makanan, soal air minum juga tidak perlu dikhawatirkan. Eve memiliki stok air bersih yang hanya terbatas oleh waktu, alatnya selalu bisa memproduksi air yang dibutuhkan.
Saat ini Eve masih memodifikasi sepeda motor Jack, ia juga membersihkan dan memperbaiki mesin motornya. Ia paham betul bahwa ia tidak bisa merubah sistem mesinnya karena akan menimbulkan masalah baru. Sementara itu Jack yang pusing jadi sulit untuk kembali tidur, Otaknya berfikir keras.
Tidak terasa matahari mulai muncul, dan waktu semakin berlalu. Saat ini waktu menunjukan pukul 6.30. Jack mulai kembali mengantuk dan memejamkan matanya.
Tok tok tok
Terdengar suara pria tua mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah Jack, matanya baru terpejam beberapa detik kembali terbuka.
"djancuuuukkk!!! Siapa sih pagi pagi.? ", Jack sejak tadi bingung soal uang kini jadi mudah emosi.
Pintu terus diketuk, Jack pun keluar dari kamarnya. Pria tua itu masih mengucapkan salam dan kini Jack mulai mengenali siapa pemilik suara itu. Ia segera menjawab salamnya.
"Eh, pak RT. Tumben, ada apa nih?", jack membuka pintu dan menyapa tamunya. Tampak oleh Jack sosok Pak RT yang kini berpenampilan sangat rapih, rambutnya disisir klimis, dan ia juga mengenakan parfum. Jack berfikir bahwa Pak RT rajin mandi pagi.
"Nak Jaka sudah bangun? Soal semalam, saya mewakili warga desa benar benar minta maaf. Ini saya bawa makanan untuk sarapan. Ini juga ada sedikit kue untuk cemilan, ngomong ngomong mbak if nya sudah bangun?", Tanpa menunggu dipersilahkan, Pak RT bicara sambil masuk ke dalam rumah. Ia lalu duduk di ruang tamu dan meletakan bawaannya di meja.
" Sarapan aman! ", Jack berkata dalam hati, ia semakin yakin bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan dan ia hanya tinggal memintanya.
"Wah kayaknya belum pak, ini terimakasih sekali lo pak tapi sebelumnya maaf pak saya tidak bisa nyuguhin apa apa. Belum sempat beli gas. Hehehehe", Jack meminta maaf. Kini Jack mulai sadar maksud sebenarnya dari kunjungan Pak RT.
"Tidak apa apa, saya kan juga sudah lama nggak ngobrol sama kamu, sini duduk. Ini kuenya dibuka aja.", Pak RT mencoba untuk tetap ada di rumah Jack.
"sekali lagi terimakasih pak, sebentar saya ambil piring dulu."Jack berkata dengan senyum yang sangat lebar, lalu ia menuju dapur.
Saat Jack ke dapur, Pak RT menutup pintu rumah dan menybunyikan sandalnya, lalu ia cepat cepat kembali duduk di ruang tamu.
Jack kembali ke ruang tamu sambil membawa piring, ia segera menata kue pemberian Pak RT di piring itu. Saat hampir selesai menata, tiba tiba terdengar suara.
Tok tok tok.
Terdengar kembali suara pintu diketuk dan suara pria tua mengucapkan salam. Jack mengenali suara ini sebagai Pak Haji. Jack segera menjawab salamnya. Namun saat akan membuka pintu, Pak RT menahannya.
"Hei Jaka! Jangan bilang aku ada disini ya! Oh iya, aku Ikut ke kamar mandimu ya!", Pak RT dengan sigap menahan Jack dan berbisik padanya. Jack hanya mengangguk dan menunjukan lokasi kamar mandinya. Ia baru sadar bahwa pintu yang sebelumnya terbuka kini jadi tertutup.
"Eh, Pak Haji. Ada apa pak pagi pagi gini?" Tampak oleh Jack sosok Pak haji yang tetap menggunalan kopiah putih, namun kini Pak Haji juga tampil sangat rapih lengkap dengan sorban di lehernya. Bau parfum Arab tercium sangat kuat saat Pak Haji masuk ke rumah Jack tanpa dipersilahkan.
"Soal yang tadi malam maaf ya Jaka, nih saya bawain gas, gak usah bayar. Tapi nanti tabung kosongmu antar ke warung saya ya! Ini juga ada buah, teh, kopi, sama gula! Sekalian bikinin saya kopi ya! Nah gitu dong, kalau ada tamu dijamu. Siapkan makanan", Pak haji bicara sambil duduk di kursi ruang tamu Jack. Ia melihat sudah banyak makanan di meja.
"Gas aman!!!", jack berkata dalam hatinya. Senyum lebar menghiasi wajahnya yang kini sudah bengkak dan memar.
"wah enggak kok pak,kue kue itu tadi ada yang ngasih. Ngomong ngomong ini terimakasih loh pak, kopinya sebentar ya. Saya masak airnya dulu", Jack mengangkat seluruh bawaan pak Haji dan membawanya ke dapur.
"yasudah cepat buatin, biasa ya! gak pake gula, eh Jaka. Mbak If dimana? ", Pak haji yang sudah seperti ayah kedua bagi Jack tidak merasa canggung untuk menyuruhnya.
"belum bangun pak, mungkin sebentar lagi. duduk dulu aja pak. Biar saya buat kopinya.", Jack paham betul tujuan utama Pak Haji pagi ini, apalagi Jack juga ingat jika Pak Haji istrinya baru 2.
Saat Jack didapur, Pak haji keluar rumah, menyembunyikan sandalnya dan menutup pintu.
Seusai menaikan sepanci kecil air keatas kompor, Jack kembali ke ruang tamu dan berbincang dengan Pak haji. Tidak lama berbincang kembali terdengar suara.
Tok Tok Tok.
Pintu lagi lagi diketuk, dan terdengar suara pria tua mengucap salam. Jack mengenali suaranya sebagai pamannya, Yusuf. Jack segera bangun untuk membuka pintu. Lagi lagi Jack heran melihat pintu yang tertutup.
"ah mungkin angin", pikirnya.
"Jaka, jangan bilang saya ada disini ya! Saya ikut dulu ke kamar mandimu", Pak haji bangkit dari kursi dan menuju kamar mandi.
"eh pak, tapi....", Jack teringat akan Pak RT. Namun Jack tidak mau pusing dan membiarkan semua terjadi secara alami, lalu Jack membuka pintu.
"eh Pak Lek! Waduh repot repot.!", Jack menyapa pamannya. Mata jack tertuju pada nampan berisi banyak makanan plus nasinya yang dibawa pamannya. Jack juga melihat penampilan pamannya yang sangat rapi, rambut klimis, menggunakan kemeja, dan lagi lagi parfum.
"iki simpen dulu, berat! Dari subuh, bu lekmu spesial bikin ini buatmu", paman Jack menyerahkan nampan yang dibawanya.
"makan siang aman iki", jack kembali bersyukur dalam hatinya. Ia meletakan makanan pemberian pamannya di meja ruang tamu. Lalu mereka berdua duduk.
"Soal tadi malam maaf ya. Pak Lek mu ini sudah semaksimal mungkin mencegah. Tapi namanya juga sudah tua. Susah!!", paman Jack mulai membuka pembicaraan. Ia merasa sedih melihat wajah Jack yang lebam dan bengkak.
"ndak apa apa Pak Lek! Aku ikhlas kok! Memang salahku yang tidak langsung lapor dulu ke warga", Jack memang benar benar sudah memaafkan semua warga. Termasuk si poni lempar.
"Eh permisi Pak Lek, aku lupa lagi masak air! Sudah ngopi Pak Lek? ", Jack segera bangkit dari kursinya.
"beleh sekalian! Ndak pakai gula ya!", paman Jack segera mambalas tawaran Jack.
Jack segera berlari menuju dapur. Tidak butuh waktu lama untuk memasak 1 panci kecil air. Jack mematikan kompor dan memasukan air panasnya kedalam termos, setelah itu ia membuat 2 gelas kopi untuk dirinya dan pamannya.
Selagi Jack di dapur, Paman Jack menuju keluar, ia mengambil sandalnya, menutup pintu, lalu ia menyimpan sandalnya di dalam rumah. Tepat di sebelah pintu.
Jack kembali memasak air di panci yang lebih besar untuk persediaan air minum. Setelah menaikan panci keatas kompor, Jack membawa 2 gelas kopi ke ruang tamunya.
"Silahkan Pak Lek, ini yang gak pakai gula!", Jack memberikan segelas kopi hitam pada pamannya.
"Ini baru mantap, matursuwun ya! Eh ngomong ngomong mbak If dimana?" paman Jack bertanya sambil menyeruput kopinya.
"kayaknya belum bangun Pak Lek! Mungkin beliau benar benar capek. Aku gak berani ngetok kamarnya.", Ini adalah kali ketiga Jack ditanya. Ia mengerti bahwa pamannya sama saja dengan 2 tamu sebelumnya.
Tok tok tok.
Pintu kembali diketuk, namun kali ini yang terdengar adalah suara wanita paruh baya mengucapkan salam.
Jack hafal bahwa suara ini adalah milik bibinya, istri Yusuf, pamannya. Belajar dari 2 pengalaman sebelumnya, Jack hanya duduk diam dan melirik pamannya.
"kalo mau ke kamar mandi, monggo Pak Lek!" Jack mengambil inisiatif
"Waduh, kamu memang ngerti aku. Jangan bilang bu lekmu aku ada disini.", paman Jack mengingatkan lalu berlari ke kamar mandi.
Jack sudah tidak peduli, yang terjadi biarlah terjadi. Melihat pamannya sudah aman, Jack segera membuka pintu. Kali ini dia sudah tidak heran pintunya kembali menutup.
" Eh ada Bu Lek, sehat Bu Lek?", Jack langsung mencium tangan bibinya. Bagi Jack, bibi yang merupakan adik kandung ibunya adalah ibu kedua. Ia sangat menyayangi bibinya itu.
"Oalah, Wajahmu belum diobati? ", bibi Jack sudah mendengar kejadian tadi malam. Ia sangat sedih dan khawatir. Matanya berkaca kaca menahan luapan air mata. Ia sudah menganggap Jack sebagai putranya.
"gak apa apa Bu Lek, cuma begini, gak sakit kok. " Jack merasakan kehangatan yang tidak didapat dari 3 tamu sebelumnya.
"oalah, jangan gitu. Nanti aku bawakan obat. Jaka, Kamu lihat Pak Lek-mu? Aku sudah dengar dari warga soal turis bule seksi yang menginap dirumahmu. Tadi pagi Pak Lekmu dandan rapih sekali terus tiba tiba mengambil masakan yang Bu Lek mau antar ke kamu. Ndak beres iki.", bibi Jack melihat nampannya yang kini sudah berada diatas meja ruang tamu. Ia juga melihat 2 gelas kopi diatas meja itu, dan tak lupa saat bibi jack masuk, ia juga melihat sepasang sandal kulit disebelah pintu.
" NDAK TAU BU LEK! PAK LEK TADI KESINI, TAPI LANGSUNG PERGI LAGI! " Jack menjawab bibinya dengan sangat lantang. Ia berharap pamannya mendengar.
Bibi Jack merasa aneh dengan respon Jack.
"Kamu kenapa Nak? Eh... ", bibi Jack terdiam seketika saat melihat Jack.
Berbeda dengan mulutnya, tangan Jack menunjuk kearah kamar mandi.
End of chapter 5
Update 1 or 2 chapter everyday at 20:30 GMT +7
**************************************************
Hai...
Terimakasih sudah membaca karyaku, ini adalah novel pertamaku. Mohon maaf bila susunan kata kurang rapih dan cenderung "kumaha aing". Insha Allah aku akan terus meningkatkan kualitas seiring dengan waktu..
Aku bertekad untuk terus menyelesaikan novel ini yang akan kubuat diatas 500 chapter, namun aku ada masalah. Jika kalian tidak keberatan mohon bantu untuk share, karena jika viewerku sudah banyak maka aku akan bisa memberikan istriku alasan agar bisa terus menulis.
Karena masalahku ada di izin istri.
Mohon bantuannya ya guys!!!
Sedikit quote dari masku :
"Cintai lah ploduk ploduk indonesia!!! ", Mas Pion
#dukungauthorindonesia