Chereads / Catch Feelings / Chapter 8 - 07 - Kenyataan yang menyakitkan

Chapter 8 - 07 - Kenyataan yang menyakitkan

"Apabila mengetahui kenyataan,

itu cukup membuat hatiku hancur."

♡|

"Psst! Psst!" bisik Aidan. Jasmine memandang Aidan. Aidan melekatkan kertas tempel dibuku Jasmine. Jasmine membacanya dan mengambil penanya.

Sesekali itu, Jasmine memandang ke pak guru supaya tidak ketahuan lagi tidak fokus di dalam kelas. Jasmine meletakkan kertas itu dibuku Aidan. Aidan tersenyum dan membalasnya.

"Ngerti nggak anak-anak?" soal Pak Soleh.

"Ngerti pak." balas mereka.

"Jasmine?" panggil Pak Soleh. Jasmine memandang kearah Pak Soleh.

"Iya ada apa, Pak?" soal Jasmine.

"Kamu jawab soalan ini." kata Pak Soleh. Jasmine memandang Aidan.

"Senang kok. Udah gue ajar lo minggu lalu, Jas. Masa lupa?" bisik Aidan pelan.

"Owh yang itu." kata Jasmine. Aidan mengangguk. Jasmine berdiri dan mendekati papan tulis. Jasmine menjawab soalan itu. Pak Soleh tersenyum.

"Benar." kata Pak Soleh. Jasmine kembali ke tempat duduknya.

"Kalian bisa istirahat 5 minit." kata Pak Soleh.

"iya pak." kata mereka. Aidan memandang Jasmine yang sedang berjalan untuk kembali duduk. Jasmine membuat jari ok. Jasmine berpura-pura untuk jatuh.

"Arghh!" teriak Jasmine.

"Ada apa?" soal Pak Soleh.

"Kakiku sakit, Pak.." kata Jasmine memulakan lakonannya.

"Hantar dia ke UKS." kata Pak Soleh.

"Biar aku hantar dia aja, Pak." kata Aidan.

"Iya, Aidan.." kata Pak Soleh. Aidan mengangkat tubuh Jasmine seperti bridal style.

"Ya ampun sweet banget, Aidan."

"Pengen gue jadi Jasmine untuk 1 hari aja."

Setelah agak jauh dari kelas, Jasmine memukul pelan lengan Aidan. Aidan memandang Jasmine.

"Turunin gue, Dan." kata Jasmine. Aidan menurunkan tubuh Jasmine.

"Ayo." kata Aidan. Jasmine tersenyum. Mereka berlari keluar dari sekolah dan masuk ke dalam mobil Aidan.

"Kita mau kemana?" soal Jasmine.

"terserah." kata Aidan.

"Dengan seragam sekolah ini?" soal Jasmine. Aidan mengambil beg kertas ditempat duduk belakang lalu diberi kepada Jasmine.

"Disitu baju hoodie gue ada 2. Buat lo satu, buat gue satu." kata Aidan.

"Okay." kata Jasmine. Aidan singgah ke tandas umum untuknya dan Jasmine menukar pakaian. Jasmine kembali ke mobil setelah melihat Aidan sudah ada didepan mobil.

"Udah?" soal Aidan. Jasmine mengangguk. Jasmine kembali masuk ke dalam mobil.

'ya ampun, hoodie ini fix bau Aidan banget.' bisik hati Jasmine.

"Lo nyaman nggak pake baju gue? Kalo nggak, bisa ditukar." kata Aidan.

"Nggak-nggak.. Nyaman aja gue." kata Jasmine tersenyum.

'ya iyalah nyaman, lo suka sama gue. Nggak ada yang nggak nyaman.' bisik hati Aidan.

♡|

"Lo mau makan duluan atau jalan-jalan dulu?" soal Aidan.

"Gue nggak tau. Ikut lo aja. Lo yang bawa gue kesini." kata Jasmine.

"Kita makan aja dulu." kata Aidan. Jasmine mengangguk dan jalan bersama Aidan ke sebuah restoran.

"Beri kami ini 2 sama hot latte dua." kata Aidan.

"Itu sahaja?" soal pelayan wanita itu.

"Iya itu aja." kata Jasmine. Pelayan wanita itu mengangguk dan pergi.

"Lo udah berani bolos ya, Aidan." kata Jasmine.

"Nathan ajarin gue." kata Aidan.

"Benar-benar itu cowok." kata Jasmine.

"Eeh, Dan.. Tempat ini cantik. Fotoin gue, Dan." kata Jasmine. Aidan mengeluarkan telefonnya dan mengambil banyak foto untuk Jasmine.

"Sini, mau liat." kata Jasmine. Aidan memberikan telefonnya dan Jasmine mengangguk. Jasmine tertekan tombol tengah iphone milik Aidan. Ianya kelihatan gambarnya menjadi wallpaper telefon Aidan.

"Cantik nggak?" soal Aidan. Jasmine kaget.

"Iya cantik. Bagus lo ngambil foto buat gue." Jasmine memuji Aidan.

"Apa password lo? Telefon lo mati." kata Jasmine.

"2105." kata Aidan. Jasmine mengangguk dan menekan satu persatu nomor itu. Jasmine mula sedar.

"Bukan itu nomor birthday gue ya? Harus berapa banyak lo harus letak semuanya tentang gue di telefon lo?" soal Jasmine.

"Sebanyak mungkin." kata Aidan. Jasmine menggelengkan kepalanya dan memberikan Aidan telefonnya.

"Lo nggak liat kontak gue sama whatsapp gue?" soal Aidan.

"Mau liat tapi nggak jadi karna privacy." kata Jasmine.

"nggak ada yang privacy diantara lo sama gue, Jas. Nggak ada apa-apa yang harus gue rahasiain dari lo." kata Aidan.

"Iya, Dan. Lo serius banget hari ini. Kenapa? Cowok kalem lo udah nggak ada ya?" soal Jasmine.

"Masih ada.. Cuman gue mau bilang ke lo yang nggak lama lagi, gue mau bilang perkara sebenarnya ke cewek yang gue suka." kata Aidan.

"Serius? Kapan?" soal Jasmine pura-pura bahagia.

"Besok.." kata Aidan.

"Iya deh, gue bakalan support lo Aidan." kata Jasmine.

"Makasih, Jasmine. Gue sayang banget sama lo, Jasmine." kata Aidan. Jasmine tersenyum.

'Kenapa susah amat lo mau sadar, Aidan? Apakah nggak cukup hint yang kuberikan?' bisik hati Jasmine.

"Lo suka sama Lanny ya?" soal Jasmine. Aidan tersenyum dan mengangguk.

"Beneran?" soal Jasmine.

"Iya beneran." kata Aidan.

"Jadi lo bakalan nembak dia besok?" soal Jasmine.

"Iya. Kenapa?" soal Aidan.

"Nggak ada." kata Jasmine.

'Tepat dihari penting gue.' bisik Jasmine.

"Lo mau nembak dia besok? Boleh nggak lo nembak dia dihari lain?" soal Jasmine.

"Kenapa, Jas?" soal Aidan.

"Besok hari penting gue, Dan. Lo lupa?" soal Jasmine.

"Nggaklah." kata Aidan.

"Terus?" soal Jasmine.

"Ya udah.. Gue nembak dia hari lain aja." kata Aidan. Jasmine mengangguk. Jasmine makan makanannya yang udah sampai dari tadi.

Jasmine dapat merasakan air matanya seperti mau keluar. Dia menahan air matanya dari jatuh. Jasmine dengan pantas mengelap air matanya yang sudah tidak dapat ditahan.

Jasmine melihat Aidan yang sibuk makan. Dia tersenyum lega kerana Aidan tidak melihatnya menangis. Kalau nggak, bakalan ditanyain oleh Aidan.

"Aidan.. Gue mau ketandas bentar ya?" minta Jasmine.

"Iya boleh." kata Aidan. Jasmine pergi ke tandas. Aidan melihat Jasmine yang mengelap air mata sambil berlari itu. Aidan menghela nafas.

Jasmine menutup pintu toilet dan menguncinya. Jasmine membungkam mulutnya supaya tidak mengeluarkan suaranya seperti sedang menangis. Jasmine memegang dadanya yang sangat sakit.

"Apa salah gue suka sama sahabat sendiri?" soal Jasmine pelan.

"Gue nggak peduli. Lo lakuin seperti yang dirancang." kata cowok itu ditelefonnya sebelum menutupnya. Dia menghela nafas kesal.