"Satu berita gembira tidak cukup buat
hati yang terluka dengan cinta."
♡|
"Lo baik-baik aja kan, Jas? Diem aja." kata Aidan.
"Gue lagi nggak enak badan, Dan. Hanterin gue pulang terus ya." kata Jasmine. Aidan sekadar mengangguk. Jasmine keluar dari kereta Aidan tanpa berkata apa-apa. Aidan melihat Jasmine masuk ke dalam rumahnya tanpa memandang kearahnya.
Jasmine menuju ke kamar tidurnya dan menguncinya. Dia bersandar dibelakang pintu. Air matanya kembali jatuh perlahan-lahan. Kenyataan yang keluar dari mulut Aidan pagi tadi cukup membuatkan hatinya sangat hancur dan sangat terluka.
"Gue harus lakukan apa sekarang?"
"Lanny perebut segalanya." kata Jasmine. Jasmine mengeluarkan telefonnya dan menelefon Rani.
"Rani... Dateng sekarang ke rumah gue. Ada yang gue mau omongin ke lo." kata Jasmine.
"Lo kenapa, Jas? Lo kayak lepas nangis aja." kata Rani.
"Datang aja. Lo bakalan tau nanti." kata Jasmine.
"Iya gue datang sekarang." kata Rani. Jasmine menutup telefonnya dan baring diatas katilnya. Setelah 15 minit, pintu bilik Jasmine dibuka oleh seseorang dari luar. Keliatan wajah Rani yang khuatir. Rani mendekati Jasmine.
"Lo kenapa, Jas? Siapa lakuin ini ke lo? Aidan ya? Biar gue pukul dia sekarang." kata Rani. Jasmine menahan tangan Rani.
"Rani.. Gue suka sama Aidan, Rani.." kata Jasmine.
"Sudah gue bilangkan, Jas? Lo suka sama dia." kata Rani.
"Tapi... Dia nggak suka sama gue, Rani.. Dia suka sama Lanny." kata Jasmine.
"Ya ampun.. Gue fikir dia suka sama lo." kata Rani. Jasmine menggeleng.
"Dia cuman anggap gue seperti sahabatnya doang, Rani.." kata Jasmine.
"Biar gue jumpa Aidan sekarang.. Gue nggak peduli. Dia udah lukain hati lo." kata Rani.
"Nggak usah Rani.. Nggak ada gunanya." kata Jasmine.
"Nggak Jas.. Lo tunggu sini." kata Rani terus pergi. Jasmine memeluk patung pemberian papanya.
"Papa, Mama.. Jasmine rindu sama kalian.." kata Jasmine.
TOK! TOK!
"Aidan!!" panggil Rani. Aidan membuka pintu rumahnya.
"Ada apa, Rani?" soal Aidan.
"Sini lo." kata Rani menarik lengan Aidan ke taman mini.
"Lo keterlaluan ya.." kata Rani.
"Soal Jasmine?" soal Aidan. Rani melipatkan tangannya memandang Aidan dengan pandangan maut. Aidan memberitahu Rani kesemuanya.
"Lo keterlaluan benar, Aidan.. Lo lukain hati dia." kata Rani. Aidan terdiam dan memandang lantai.
"Jasmine masih nangis?" soal Aidan. Rani mengangguk. Aidan menghela nafas.
"Gue harus gimana, Rani? Gue nggak mau dipaksa." kata Aidan.
"Lo taukan gimana mau tenangin Jasmine?" soal Aidan.
"Awas lo, Dan." kata Rani meninggalkan Aidan.
"I'm sorry for everything, Jasmine." kata Aidan melihat tingkap bilik Jasmine yang tertutup rapat itu. Rani masuk ke dalam bilik Jasmine.
"Nggak usah lo kayak gini terus, Jasmine.. Lo harus move on." kata Rani.
"Nggak mau, Rani.. Gue sayang sama, Aidan." kata Jasmine pelan.
"Terus lo mau ngapain? Mau lukain Lanny? Itu bisa membuatkan Aidan benci pada lo, Jas." kata Rani.
"Gue nggak sejahat itu. Gue mau seperti biasa aja sama dia." kata Jasmine.
"Maksud lo?" soal Rani.
"Sementara tunggu, Aidan nembak Lanny.. Gue mau buat Aidan suka sama gue." kata Jasmine.
"Serius lo, Jas?" soal Rani.
"Iya.. Aidan ada bilang ke lo kapan dia nembak?" soal Jasmine.
"Bulan depan." kata Rani.
"Gue cuman punya waktu 2 minggu aja untuk buat Aidan suka sama gue." kata Jasmine.
"Lakuin apa yang lo mau lakuin, Jas. Gue bakalan support lo." kata Rani.
"Bentar.. Lo bilang sama Aidan, gue suka dia ya?" soal Jasmine.
"Nggak.. Gue usaha tau nggak untuk tidak memberitahu tadi. Gue bilang, lo nangis karna dia nggak beliin lo patung." bohong Rani.
"Iya deh.." kata Jasmine. Rani tersenyum.
"Gue bakalan tolong lo." kata Rani.
"Makasih." kata Jasmine.
♡|
" DAY 1 "
Jasmine mengambil telefonnya dan mencari kontak Aidan yang tertulis "doi". Jasmine memanggil nomor itu dan telefonnya dideketin dikupingnya.
"Dan.. Lo udah bangun?" soal Jasmine.
"Iya.. Kenapa, Jas?" soal Aidan.
"Ini nih, hari ini gue nggak nebeng lo ya. Gue kesekolah sendiri aja." kata Jasmine.
"nggak usah. Gue udah ada di bawah, Jas. Nungguin lo dari tadi." kata Aidan.
"Yah.. Lo pergi aja dulu, ya? Gue mau ke toko bentar soalnya. Nanti keburu kelamaan." ujar Jasmine.
"nggak papa. Serius, lo aneh banget akhir akhir ini Jas. Emang lo masih marah sama gue ya soal kemarin?" soal Aidan.
"Bukan gitu, Dan tapi--" kata-kata Jasmine dipotong.
"Buka pintu lo." ujar Aidan datar. Jasmine membuka pintunya. Keliatan wajah Aidan yang datar tanpa senyuman itu membuatkan Jasmine nggak nyaman.
"Udah gue bilangkan, Dan?" tanya Jasmine.
"Ayo.. Kita ke toko yang lo bilang dan langsung ke sekolah." ujar Aidan memegang pergelangan tangan Jasmine. Jasmine menepis tangan Aidan pelan.
"Kenapa sih, Dan maksa gue terus?" soal Jasmine.
"Terus lo mau apa, Jas? Pagi-pagi gini lo udah mau ngelancarin perang dingin sama gue ya?" tanya Aidan. Jasmine menggeleng.
'gue malu untuk berhadapan sama lo, Dan.'
"Ya sudah, ayo.. Nggak usah banyak ngomong." kata Aidan dan terus menarik tangan Jasmine turun ke bawah.
"Sarapan dulu, Jas. Nanti lo pingsan di sekolah gimana?" soal Aidan. Jasmine sekadar menurut dan memakan sarapan yang disiapin oleh Bu Ani.
"Nanti dimobil ada yang ingin gue omongin sama lo." kata Aidan. Jasmine sudah tahu apa yang Aidan mahu omongin karna dia baru tau dari Bu Ani kemarin tentang permintaan mendiang papanya.
"Tentang kitakan?" tanya Jasmine.
"Iya." kata Aidan. Jasmine diam dan menghabiskan rotinya. Selesai makan, Aidan dan Jasmine keluar ke parkiran mobil. Aidan memutari mobilnya dan masuk terlebih dahulu ke tempat pengemudi.
Jasmine menghela nafas cemasnya dan masuk ke dalam mobil. Bertepatan disebelah tempat Aidan. Jasmine memasang sabuk pengaman.
"Lo mau beli apa?" tanya Aidan.
"Cuman onigiri buat makan siang gue." jawab Jasmine dan keluar dari mobil. Aidan memerhatikan Jasmine masuk ke dalam toko yang dibuka untuk 24 jam itu. Aidan memegang pelipis dahinya.
"Gue nggak bisa kek gini terus, Jas.. Gue capek." kata Aidan. Jasmine membuka pintu mobil dan duduk disebelah Aidan.
"Lo kenapa, Dan? Lo sakit ya?" soal Jasmine.
"Kita tinggal bareng." ujar Aidan tiba-tiba.
"Lah kenapa? Rumah kita sebelahan aja, Dan." kata Jasmine.
"Mau atau tidak? Gue nggak peduli, Jas.. Ini permintaan mendiang papa lo untuk gue jagain lo." kata Aidan.
"Jadi itu permintaan papa? Itu nggak masuk akal, Dan.." kata Jasmine.
"Apa yang nggak masuk akal, Jas? Gue sememangnya mau tinggal sama lo biar gue lindungin lo terus." kata Aidan.
"Lo fikir gue mau nempel sama lo terus?" soal Jasmine.
"Pokoknya nggak ada alasan, Jas.. Kita tinggal bareng." kata Aidan titik. Jasmine menghela nafas.
"Terserah lo." kata Jasmine males mau berantem sama Aidan. Bibir Aidan menyunggingkan senyuman kemenangan. Aidan mengusap rambut gadis yang disayanginya itu.
"Gue bakalan lindungin lo walau apa pun, Jas." ujar Aidan.
"Jalan, Dan." kata Jasmine. Aidan tersenyum dan mula memandu ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, Jasmine meninggalkan Aidan tanpa basa-basi. Dia masuk ke kelas dan meletakkan kertas tempel bersama kotak hadiah di bawah meja Aidan. Jasmine duduk di kerusinya.
Aidan sampai ke kelas dan melihat Jasmine yang baru ingin mengeluarkan buku-bukunya. Aidan duduk disebelah Jasmine.
"Ninggalin gue mulu." kata Aidan.
"Lo kelamaan." kata Jasmine. Aidan melihat kotak hadiah lalu dikeluarkannya.
"Lo bagi gue ya?" soal Aidan melihat kertas tempel itu.
'Bukan kado yang sangat berharga
tapi cukup buat kamu.' -SJ-
"Ngapain gue ngasih kado ke lo? Kalo kasi ke lo, pas ulang tahun lo doang." kata Jasmine.
"Tapi ini siapa yang ngasih? Lo liat nggak?" tanya Aidan.
"Gue aja baru sampai, Dan. Justeru gue juga nggak liat siapa." kata Jasmine. Aidan membuka kotak kado itu dan terlihat hoodie yang diinginkannya.
"Gimana cewek ini tau gue mau ini ya?" soal Aidan.
"Nggak tau.. Jangan tanya gue." kata Jasmine.
"Lo marah ya, ada cewek yang ngasih kado ke gue?" tanya Aidan.
"Nggak.. Biasa aja." kata Jasmine. Aidan tersenyum.
"Walau siapapun yang ngasih kado buat gue ini, bakalan gue cari tau." kata Aidan.
"Iya iya.." kata Jasmine dengan wajahnya yang biasa aja supaya nggak ketahuan sama Aidan.
'Aktingan lo bagus banget, Jas cuman sayang.. Gue udah tau dari awal lo mau ngelakuin semua ini. Let's see sampai kapan lo mau begini.' bisik Aidan dihatinya.