"Kadang orang yang sering membahagiakan kita,
ialah orang yang menyakiti kita."
♡|
"Lo udah selesai belum, Jas? Lama banget sih ini cewek dandannya." Aidan kesal menunggu Jasmine yang sudah lebih 1 jam.
"Bentar.. Kalung gue ngga bisa pasang, bantuin gue Dan." pinta Jasmine sambil memberikan kalung pemberian mendiang mamanya. Aidan mengambil kalung itu dan Jasmine memegang rambut panjangnya. Aidan memasangkan kalung dileher Jasmine.
"Makasih, Dan.. Ayo kita berangkat sekarang." kata Jasmine. Aidan mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Jasmine duduk disisi pengemudi.
"Maaf ya, gue telat lagi.. Gue lagi kesal sama rambut gue, rontok mulu." jelas Jasmine.
"Harusnya gue marah sih tapi alasan lo bisa diterima. Jadi ngga lah." kata Aidan. Jasmine tersenyum.
"Lama benar Jas sama Aidan ini.. Berantem dulu ya sebelum ke sini?" tanya Maria.
"Ngga tau gue.. Gue juga ngga ngerti sama mereka. Berantem baikan berantem baikan." kata Aurora.
"iyaa udah biasaa mungkin." kata Rani.
"Maaf telat." kata Jasmine.
"Baru aja bilang." kata Maria.
"Ini party lo atau party Lanny sih?" tanya Nathan.
"Bentar.. Aidan kenapa lo ngga nebengin Lanny ya? Dia kan cewek lo. Jangan bilang lo udah putus." kata Jasmine.
"Ngga ahh.. Dia nebeng omnya. Gue mau jemput tapi dia nolak. Ya gitulah." kata Aidan. Jasmine menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bentar, gue naik ke atas sana." kata Jasmine. Jasmine mengambil mikrofon. Jasmine merasakan dadanya teramat sakit dan mula batuk. Jasmine tersenyum dan mula bercakap.
"Makasih kepada semua yang hadir ke party gue malam ini. Gue harap kalian enjoy ya sebelum ujian nggak lama lagi." ucap Jasmine.
Kedengaran tepukkan tangan dari orang orang yang hadir party Jasmine. Jasmine tersenyum dan turun dari stage. Kedengaran lagu rancak kembali dimainkan.
"Jas.. Lo bisa bicara sama gue sendiri?" tanya Aidan.
"Kenapa, Dan? Kaya serius amat." ucap Jasmine. Aidan sekadar mengangguk dan menarik tangan Jasmine. Jasmine mengikuti Aidan dari belakang dan pergi ke tempat yang jauh dari keramean.
"Lo mau bilang apa, Dan?" tanya Jasmine ingin tahu.
"Ini nih.. Gue mau tau, lo bisa nolong gue ngga?" tanya Aidan.
"Nolong apaan, Dan? Pasti bisa kok. Kaya ngga biasa aja." ucap Jasmine.
"Ini nih. Gue mau nembak ke Lanny, biar keliatan gue suka sama dia juga. Soalnya awal-awal dia yang nembak gue." ucap Aidan. Senyuman Jasmine mati.
"Lo mau gue lakuin apa?" tanya Jasmine.
"Gue mau lo nanya ke dia kesemua apa yang dia suka. Itu doang. Soal tempatnya, gue bakalan bikin sendiri." ucap Aidan.
"Kapan lo mau nembak dia?" tanya Jasmine.
"Setelah cukup info tentang Lanny yang dia suka, bakalan gue nembak." ucap Aidan.
"Jadi ngga tau kapan?" tanya Jasmine. Aidan mengangguk.
"Oke, siap." jawab Jasmine.
"Dan.. Gue bisa minta satu dari lo ngga?" tanya Jasmine.
"Bebas apapun." ucap Aidan dengan senyuman manisnya.
"Gendong gue. Udah lama lo ngga gendong gue. Bisa kan?" tanya Jasmine.
"Ogahh ah. Lo kaya anak sapi." ucap Aidan. Jasmine membalikkan badannya membelakangi Aidan tanda dia lagi ngambek.
Seketika Jasmine terkejut. Merasa tubuhnya seperti terbang karena digendong oleh Aidan secara tiba-tiba.
"Turunin gue, Dan. Gue udah ngga mau! Gue ngambek!" teriak Jasmine.
"Ogah.. Gue ngga bakalan turunin lo selagi lo masih ngambek sama gue." ujarnya dan beralih menjadi memeluk tubuh Jasmine yang masih digendongannya dengan kaki Jasmine yang tersimpan di pinggang Aidan.
"Tadi lo ngga mau. Sekalian bilang gue kaya anak sapi." kata Jasmine.
"Bercanda doang, Jas. Lo ringan kaya gue megang kertas doang." ujar Aidan.
"Turunin ngga? Ato gue bakalan teriak. Biarin Lanny liat lo." pancing Jasmine.
"Biarin.. Lanny doang. Ngga peduli gue. Bukannya siapa-siapa gue." ujar Aidan.
"Hah apa, Dan? Kenapa lo pelanin suara lo bila diakhir kata, Dan?" tanya Jasmine.
"Ngga.. Gue cuman bilang, Lanny ngga marah kalo gue gendong lo. Lo kan sahabat gue, masa dia marah sama lo sih." ujar Aidan.
"Iya tapi kan.. Aidan!!!" teriak Jasmine kuat setelah Aidan memutarkan tubuhnya dengan kencang.
"Lo turunin gue sebelum gue jambak rambut lo sampe tercabut semua, Dan. Lo bakalan gundul dan ngga akan ada cewe-cewe yang mau ngefans berat sama lo karena lo gundul, wkwkwkwkw." Jasmine tertawa sangat keras. Aidan tersenyum melihat Jasmine dan pelan-pelan menurunkan Jasmine.
Aidan mengusap kepala Jasmine pelan.
"Lo sayang banget sama lo, Jas.." ujar Aidan. Jasmine memukul pundak Aidan pelan.
"Kaya biasa aja sih bilangnya. Gue juga sayang sama lo tapi dikit." ujar Jasmine.
"Lah kenapa?" tanya Aidan.
"lo itu ngeselin. Tanya aja sama viewer pasti lo dibilang ngeselin sama mereka." ujar Jasmine.
"Ihh kagak." Aidan menggeleng. Jasmine menjulurkan lidahnya dan berlari dari Aidan.
"Lo ya!" teriak Aidan dan mengejar Jasmine. Jasmine dan Aidan tertawa sangat keras dan mereka baring di rumput yang bersih itu lalu menatap langit malam.
"Aidan.. Lo bakalan ninggalin gue kan? Karena selepas ini lo bakalan resmi pacaran sama Lanny." ujar Jasmine. Aidan menatap Jasmine.
"Gue ngga bakalan ninggalin lo walau apapun, Jas.. Kan gue udah bilang, lo prioritas gue. Gue bakalan lindungin dan sentiasa disisi lo, Jas. Itu janji gue dari dulu kan?" tanya Aidan. Jasmine mengangguk.
"Tapi, kita ngga selamanya terus bersama Dan.. Kita bakalan ada keluarga sendiri. Masa mau tinggal serumah walau udah punya keluarga." ujar Jasmine. Aidan tertawa keras.
"Kita bakalan tinggal serumah juga, Jas. Itu impian gue dari dulu." ujar Aidan.
"gila lo.. Masa gue mau bikin calon suami gue cemburuan sama lo. Sebagusnya lo ngga usah tinggal serumah, Dan. Palingan rumah sebelahan aja cukup kan?" tanya Jasmine.
"Iya. Masa gue jadi suaminya tinggal sebelahan. Ngga ah." ujar Aidan pelan. Jasmine tidak mendengarkan jawapan Aidan dan menikmati langit malam.
"gue pengen liat mama sama papa liat gue udah punya kerja sendiri dan juga nikah." ujar Jasmine.
"Lo udah kuat buat liatin kuburan papa lo?" tanya Aidan. Jasmine menghela nafas pelan.
"Gue takut gue ngga pelan tapi gue rindu. Gue pengen sentuh kuburannya." ujar Jasmine.
"Yaudah besok pagi, kita ke sana ya?" tanya Aidan. Jasmine sekadar mengangguk.