"Aku tetap akan terus mencintai kamu
walaupun itu sulit bagiku untuk
menjelaskannya."
♡|
"Aidan. Bangun woi! Sampai kapan lo mau tidur terus? Bangun." Jasmine menggoncang tubuh Aidan.
"Woi! Lo mau--- ahh!" teriak Jasmine pelan apabila dia jatuh disebelah tubuh Aidan karna Aidan menariknya.
"Apa yang lo lakuin ini, Dan?" soal Jasmine awkward. Jantungnya berdetak laju kerana wajahnya sama Aidan hanya berapa inci sahaja.
"Shhh.. Lo diam bentar bolehkan? Gue mau meluk lo doang." kata Aidan yang matanya terpejam sambil memeluk tubuh Jasmine erat.
"Gue mau datang ke sekolah, Dan. Pagi ini gue harus bersihin kelas." kata Jasmine.
"Nggak usah." kata Aidan semakin mengeratkan pelukkannya membuatkan Jasmine semakin dekat dengannya. Bibir Aidan juga sudah terkena dahi Jasmine.
"Aidan.. Gue ada soalan buat lo. Lepas lo jawab, gue mau lo bangun sebelum gue nendang lo." kata Jasmine.
"Bebas, Jas." kata Aidan seperti biasa.
"Lo sahabat gue kan?" soal Jasmine. Aidan membuka matanya.
"Kenapa lo bilang gitu? Ya iyalah, Jas." kata Aidan.
"Kalo gue sahabat lo, lo bisa bilang sama gue kan apa rahasia lo." kata Jasmine.
"Emangnya gue punya rahasia sama lo?" soal Aidan.
"Nggak tau. Mungkin." kata Jasmine.
"Apa?" soal Aidan.
"Lo suka sama siapa? Bukan suka kayak lo suka sama gue, Maria dan Aurora tapi yang lo benar-benar suka dan cinta." kata Jasmine. Aidan terdiam.
"Kenapa lo diam? Gue lagi ngomong sama lo, Dan." kata Jasmine.
"Nggak usah kita bahas tentang ini, Jas. Gue sensitif sama omongan ini." kata Aidan.
"Lah kenapa, Dan? Emang cinta lo ditolak sama dia?" soal Jasmine.
"Bilang juga kagak. Gue takut dia nggak suka sama gue." kata Aidan.
"Hahahaha.. Aidan, nggak mungkin cewek nggak suka sama lo, Dan. Lo itu cakep." kata Jasmine.
"Iya tapi dia berbeda dari yang lain, Jas." kata Aidan.
"Lo harus bilang sama dia, Dan. Atau lo mau gue bantuin lo?" soal Jasmine.
"Nggak usahlah, Jas. Daripada bahas tentang gue, mending gue soal lo aja. Lo nggak suka sama siapa-siapa?" soal Aidan. Jasmine terkejut dengan soalan Aidan.
"Ng..nggak ada.. Gue nggak punya waktu mau mikirin tentang itu, Dan." kata Jasmine. Aidan hanya mengangguk.
"Udah kan? Lo bangun sebelum gue nendang lo." kata Jasmine.
"Iya iya, my lovely." kata Aidan mencium hidung Jasmine. Jasmine menolak wajah Aidan dan bangun dari katil Aidan. Jasmine keluar dari bilik Aidan. Jasmine memegang dadanya. Jasmine memejamkan matanya.
'Aidan.. Gue semakin jatuh sama lo, Dan.. Gue takut gue nggak bisa nahan perkataan cinta gue buat lo bisa bikin lo sakit hati.' bisik hati Jasmine.
Jasmine membuka matanya dan turun kebawah. Keliatan Tante Qira lagi siapin sarapan pagi buatnya sama Aidan sebelum berangkat ke sekolah.
"Aidan udah bangun? Kok lama ya kamu bangunin dia?" soal Tante Qira.
"Arr kami ngobrol bentar, tante.." kata Jasmine.
"owh.." kata Tante Qira. Tante Qira duduk disebelah Jasmine.
"Jasmine, tante mau nanya ke kamu." kata Tante Qira.
"Iya boleh, tante. Ada apa?" soal Jasmine.
"Lo nggak suka sama Aidan? Tante mau banget kamu sama Aidan jadian." kata Tante Qira.
"Hah? Jadian? Nggaklah tante." kata Jasmine.
"Benaran nggak mau? Kayaknya wajah kamu seperti menyembunyikan sesuatu ni." kata Tante Qira.
"Kagak ada, tante. Kami cuman sahabat doang, nggak lebih dari itu kok." kata Jasmine.
"Jasmine suka sama Aidan bukan?" soal Tante Qira. Jasmine memandang Tante Qira laju. Tante Qira tersenyum.
"Nggak tante.." bohong Jasmine.
"Nggak usah bohong sama tante, Jas. Tante udah tau. Keliatan banget sama wajah kamu yang kamu mulai suka sama Aidan kan?" soal Tante Qira.
"Tapi tante bisa rahasiakan ini nggak dari Aidan?" soal Jasmine.
"lah kenapa? Tante mau aja bilang ke Aidan." kata Tante Qira.
"Nggak mau tante. Bolehkan tante? Please?" soal Jasmine.
"Iya boleh." kata Tante Qira.
"Kelamaan banget Aidan. Pasti dia tiduran di kamar mandi" kata Jasmine ingin bangun.
"Nggak usah. Biar tante yang liatin dia. Kamu makan aja ya?" kata Tante Qira.
"Iya deh. Janji ya, Tante?" soal Jasmine.
"Iya Jas.. Tante nggak bilang." kata Tante Qira. Jasmine mengangguk. Tante Qira menaiki tangga dan berhenti di tengah tangga.
"Kan mama udah bilang ke kamu. Kamu udah denger sendirikan?" soal Tante Qira pelan. Aidan memandang Tante Qira dan kembali menurun tangga. Tante Qira mengikut Aidan. Aidan duduk disebelah Jasmine.
"Huk! Huk! Huk!" Jasmine keselek apabila Aidan sudah sampai tidak sampai 1 minit. Aidan menepuk perlahan belakang badan Jasmine.
Tante Qira memberikan Jasmine minuman kosong. Jasmine meminumnya pelan.
"Cepat banget." kata Jasmine.
"Lo sendiri kata lo mau cepat hari ini." kata Aidan.
"Kelamaan, Dan.." kata Jasmine.
"Tadi lo sama Mama ngobrol apa?" soal Aidan.
"Tadi tu kami ngobrol--"
"Aidan, ayo.. Gue udah telat. Gue mau ketemu Rani." potong Jasmine dan menyalam tangan Tante Qira laju sebelum keluar dari rumah. Aidan memandang Tante Qira.
"Kamu sengaja ya?" soal Tante Qira. Aidan mengangkat bahu dan menyalam tangan mamanya.
"aku berangkat ke sekolah dulu ya, Ma.." kata Aidan.
"Iya, hati-hati ya. Nggak usah buat Jasmine kek gitu, Aidan. Kasian dia." kata Tante Qira.
"Nggak janji." kata Aidan dan terus keluar. Aidan masuk ke dalam mobilnya.
"Mama lo nggak bilang sesuatu yang nggak jelas kan?" soal Jasmine.
"Ngomong apa? Kalian sembunyiin sesuatu dari gue ya?" soal Aidan smirk.
"Ihh kagak.. Ini tuh, gue bilang ke mama lo yang gue mau pinjemin lo untuk sore ini. Itu doang." bohong Jasmine. Aidan tersenyum.
"Kemana?" soal Aidan.
"Gue mau ke mall bentar. Mau nyari alatan untuk tugas kelompok kita." kata Jasmine.
"Gue nggak free." kata Aidan.
"Hah?" soal Jasmine.
"Gue nggak free, Jas.." kata Aidan.
"Lah.. Terus? Gue pergi sendiri ni?" soal Jasmine. Aidan mengangguk.
"Ya udah deh. Gue pergi sendiri aja." kata Jasmine. Aidan hanya diam dan mula memandu.
♡|
"Sebenarnya, Jasmine sama Aidan pacaran atau nggak sih? Aku pusing fikirnya."
"Nggak tau aku."
"Tapi mereka keliatan cocok banget."
"Kak Aidan." panggil Siska. Jasmine memandang Siska. Siska memberikan Aidan cokelat.
"Maaf, Siska.. Kamu lupa ya? Aku nggak makan cokelat." kata Aidan.
"Aduh ku lupa, kak. Ya udah deh, cokelat ini buat kak Jasmine aja." kata Siska sambil memberikan Jasmine cokelat. Jasmine tersenyum.
"Aku juga nggak makan cokelat, Siska." kata Jasmine.
"Lah.. Jadi cokelat ini mau ku bagi ke siapa?" soal Siska.
"Bagi ke Kak Rani aja." cadang Jasmine. Siska mengangguk.
"Iya juga, kebetulan Kak Rani suka benar sama cokelat." kata Siska. Jasmine tersenyum. Siska pergi begitu sahaja.
"Kenapa lo nggak ambil? Bukan lo bisa makan cokelat?" soal Jasmine.
"Gue lagi nggak punya mood untuk makan cokelat." kata Aidan. Jasmine sekadar mengangguk.
"Ayo kita ke kelas." kata Aidan. Jasmine tersenyum. Aidan mengusap kepala Jasmine lembut. Jasmine hanya membiarkan sahaja dan mereka berjalan ke kelas.
"Aidan kan?" soal Lanny.
"Iya.. Lo siapa?" soal Aidan males.
"Ini aku, Lanny." kata Lanny gembira.
"Serius?" soal Aidan.
"Iya ni.." kata Lanny sambil menunjukkan namanya. Lanny memandang Jasmine yang disebelah Aidan.
"Ini siapa, Dan?" soal Jasmine pura-pura nggak tau.
"Ini Lanny yang gue cerita ke lo, Jas." kata Aidan. Jasmine memandang Lanny. Lanny tersenyum kearahnya.
"Gue lupa." kata Jasmine.
"Lanny, ini Jasmine.. Sahabat gue." kata Aidan.
"Iya sahabat yang dia sayangi. Iya kan, Dan?" soal Jasmine tersenyum. Aidan memandang Jasmine dan memandang Lanny.
"Iya benar." kata Aidan.
"Owh.. Salam kenal ya, Jasmine." kata Lanny. Jasmine menyambut salaman tangan Lanny.
"Kamu juga Aidan." kata Lanny menghulurkan tangannya.
"Kau islam Lanny. Kau lupa ya? Kita nggak bisa berpegangan." kata Aidan. Lanny menarik tangannya.
"Maaf." kata Lanny.
"Kamu kelas mana, Lanny?" soal Jasmine.
"Aku sekelas sama Rani. Kalian kenal?" soal Lanny.
"Iya kenal. Dia teman kami berdua." kata Jasmine.
"Dia sepupu aku." kata Aidan.
"Iya deh.. Kami ke kelas dulu ya, Lanny." kata Jasmine. Lanny mengangguk dan melihat Jasmine bersama Aidan pergi ke kelas mereka. Lanny menuju ke kelasnya.
'Kenapa harus bila gue udah punya perasaan sama Aidan, pasti ada pengganggu.' bisik hati Jasmine kesal. Aidan memandang Jasmine.
"Lo baik-baik aja kan, Jas?" soal Aidan. Jasmine tersenyum lalu mengangguk.
'Lo cemburu sama Lanny, Jas..' bisik hati Aidan.