"Aku harus bagaimana? Aku nggak boleh
menghilangkan perasaan ini tapi aku
aku juga nggak boleh rosakkin
persahabatan kita."
~ Jasmine Shaw ~
♡|
"Lo kenapa senyum-senyum terus? Udah gila?" soal Jasmine. Aidan memandang kearah Jasmine.
"Nggak. Gue lagi chatan sama Lanny. Dia lucu banget soalnya." kata Aidan. Jasmine yang sedang scroll tik tok itu terhenti perbuatannya dan memandang Aidan.
"Kenapa?" soal Aidan.
"Lanny yang mana? Sejak kapan lo ada teman cewek selain gue, Maria ama Aurora." kata Jasmine.
"gue cuman kenal dia gitu-gitu aja, soalnya dia teman online game aku." kata Aidan.
"Dia main game sama lo?" soal Jasmine. Aidan mengangguk. Jasmine meletakkan telefonnya diatas meja.
"Owh ya, dia bilang. Dia baru sahaja pindah ke Jakarta, ikut papanya." kata Aidan.
"nggak penting." kata Jasmine agak kesal.
"Ya iyalah nggak penting. Dia bukan teman lo." kata Aidan kembali bermain telefon. Jasmine menghela nafas.
"Lo mau main sama telefon lo terus? Mending lo pulang aja kek gitu, Dan. Nggak usah liatin gue, gue bisa jaga diri gue sendiri." kata Jasmine.
"Hari ini lo udah discharge." kata Aidan.
"Baguslah. Gue nggak mau lo nggak ke sekolah gara-gara gue." kata Jasmine.
"Bukan karna lo tapi emang gue nggak mau. Soalnya gue khuatir sama lo." kata Aidan. Jasmine tersenyum.
"Lo mau bikin gue terharu sama omongan lo?" soal Jasmine. Aidan menggeleng dan mendekatkan wajah dengan wajah Jasmine.
"Gue mau lo makin sayang sama gue." kata Aidan smirk kemudian menjarakkan wajahnya. Jasmine merasakan jantungnya berdetak laju. Dia laju mengambil telefonnya.
"Jangan lo pancing gue buat jambak lo, Dan. Botak lo nanti." kata Jasmine.
"Bebas. Gue juga nggak peduli sama ada gue botak atau kagak. Asalkan lo tetap sayang sama gue." kata Aidan
"Lo memang cowok nyebelin, Dan. Sejak kapan lo bisa ngomong kek gini? Lo sakit ya? Butuh obat? " soal Jasmine. Aidan menggeleng.
"Lanny yang ajarin gue." kata Aidan.
"Lanny lagi, Lanny lagi. Mending lo sahabat sama dia." kata Jasmine.
"Loh, kenapa?" soal Aidan. Jasmine membiarkan Aidan sahaja.
"Lo cemburu ya sama Lanny?" soal Aidan dan bermain dengan hujung rambut Jasmine.
"Kalo gue cemburu kenapa? Gue nggak suka lo temanan sama cewek lain selain gue, Maria dan Aurora. Gue takut mereka ngambil kesempatan sama lo. Gue nggak mau sahabat gue diambil orang." kata Jasmine. Aidan tersenyum dan memegang kepala Jasmine.
"Gue tetap akan jadi sahabat lo, Jasmine. Walau apa pun, terjadi diantara kita." kata Aidan. Jasmine sekadar tersenyum tanda mengiyakan ngomongan Aidan.
♡|
"Hallo.. Nama aku Lanny Sanjaya. Aku dari Bandung. Aku harap kita semua bisa jadi teman." kata Lanny sambil tersenyum.
"Wih, cantik banget dia."
"Dia lebih cantik dari Lola."
"Lah, cantik kek gitu? Full makeup."
"Kamu boleh duduk disebelah Rani. Bolehkan Rani?" soal Bu Susi.
"Iya bu boleh." kata Rani tersenyum manis kearah Bu Susi. Bu Susi mengangguk kepada Lanny. Lanny mendekati kerusinya dan duduk disebelah Rani. Senyuman Rani sudah nggak ada dibibirnya.
"Aku Lanny. Kamu Rani kan?" soal Lanny mesra.
"Nggak usah, gue tau. Lo cuman teman meja gue doang bukan bakalan jadi teman lo beneran. Mimpi aja lo." kata Rani.
"Kenapa? Aku nggak ada salah sama kamu." soal Lanny.
"Sememangnya lo nggak akan bikin masalah pada awalnya tapi gue yakin lo akan bikin masalah. Awas aja lo bikin masalah ya. Gue akan bully lo terus kalo lo berani lakuin." kata Rani.
Lanny berdecak kesal dan mengeluarkan bukunya. Apa nasibnya, hanya mau mencari teman tapi malah dijadiin musuh sama teman semeja sendiri.
KRING!!
"Baiklah, anak-anak. Kamu dibolehin untuk ke cafeteria untuk makan." kata Bu Susi.
"Makasih bu." ucap mereka. Baru sahaja Lanny mau bangun, bahunya ditolak kuat untuk kembali duduk. Lanny memandang gadis cantik berkulit putih itu bersama temannya.
"Kalian siapa? Emang aku kenal sama kalian?" soal Lanny.
"Lo nggak kenal sama gue? Gue ketua osis disini." kata Lola.
"Iya maaf, aku anak baru disini. Nggak tau soal itu." kata Lanny. Lola smirk.
"Lo nggak usah sok-sok baik sama gue. Lo Lanny kan?" soal Lola.
"Iya.. Emangnya kenapa ya?" soal Lanny.
"Lo biasanya makeup kek gini?" soal Lola memegang dagu Lanny.
"Iya.. Cantik kan?" soal Lanny yakin.
"langsung nggak. Nggak usah lo makeup kek gini. Lo mau ke sekolah atau mau shopping? Disini tempatnya belajar bukan fashion show." kata Lola.
"Maaf.. Aku nggak yakin sama diri aku kalo nggak makeup." kata Lanny.
"Gue nggak peduli. Gue ketua Osis disini, kalo lo bantah sama omongan gue. Gue bakalan catat nama lo dibuku kesalahan." kata Lola.
"Iya-iya aku nggak makeup tapi Bu Susi nggak bilang apa-apa soal makeup aku. Lagian peraturan disekolah inikan bebas." kata Lanny nggak mau mengalah.
"Lo tetap mau berkeras? Gue nggak mau lo pake makeup disekolah! Titik!" teriak Lola. Lanny menampar pipi Lola kuat sehingga pipi Lola ada sedikit cakaran akibat kuku Lanny yang panjang. Eva menolak tubuh Lanny sehingga Lanny jatuh kelantai.
"Berani-berani ya lo tampar teman gue!" teriak Eva. Rina yang melihat itu hanya tersenyum.
"Rasain." kata Rina pelan.
"Ayo kita ke UKS, Lola." kata Eva. Lola mengangguk lalu memegang pipinya yang merah. Lola memandang Lanny.
"Jaga ya lo. Akan gue bikin perhitungan sama lo, Lanny. Gue akan bikin semua cewek nggak ada yang mau temenan sama lo." kata Lola lalu pergi. Lanny melihat teman sekelasnya melihat kearahnya dan tidak menolongnya sama sekali.
Lanny menutup wajahnya dan menangis semahunya. Dia merasakan kepalanya seperti basah dengan sesuatu. Dia menurunkan tangannya dari menutup muka dan melihat air gula yang disiram oleh Rani.
"Kenapa sih Rani? Apa salah aku sama kamu?!" teriak Lanny kuat. Rani melempar botol kosong itu dikepala Lanny.
"Karna Lo akan bikin masalah sama temen gue di sekolah ini. Gue yakin cewek kayak lo akan sok-sok baik sama teman gue supaya lo bisa ngerebut apa yang teman gue punya." kata Rani.
"Aku nggak peduli! Aku juga nggak kenal sama sekali sama mereka." kata Lanny dan terus berlari ke tandas.
"Apa ribut-ribut ini?" soal Aurora.
"Nggak ada apa-apa. Lo dari mana sama Maria? Lo bolos kelas bu Susi ya?" soal Rani.
"Ihh nggak. Kami ketemu sama Pak Yanto untuk basketball." kata Maria. Rani mengangguk.
"Gue denger, kelas kita ada anak baru." kata Aurora.
"Iya dia teman semeja gue." kata Rani.
"siapa namanya?" soal Maria.
"Kalian lupa sama apa yang gue bilang sebelum ini? Kalo bakalan ada cewek yang bikin masalah sama Jasmine." kata Rani.
"Gimana lo tau? Lo bisa liat masa depan, Rani?" soal Aurora.
"Nggak tapi feeling gue mengatakan hal itu." kata Rani.
"Perasaan lo doang, Rani." kata Maria. Aurora mengangguk mengiyakan omongan Maria.
"Terserah kalian. Yang pasti gue akan liat apa yang cewek gila itu lakuin." kata Rani
"Rani, Rani, Rani.." kata Maria.
Rani atau nama panjangnya Rani Hartono teman Jasmine dari mereka SMP lagi. Jadi, Rani ialah teman Jasmine terlama selepas Aidan. Jasmine dan Rani amat mempercayai dan menyokong antara satu sama lain. Rani jarang di sekolah karna dia sangat aktif sama acara sport sekolah. Rani juga merupakan sepupunya Aidan. Jadi Aidan juga sangat mengenali Rani kek gimana.
Kelakuan Rani agak berlainan sama yang lain. Dia seorang cewek yang tomboy dan kasar. Tapi dia setia sama temannya. Orangnya juga dingin kek es batu dan keras kepala.
Rani cuman akan ngikutin kata-kata Jasmine doang karna dia lebih menyayangi Jasmine berbanding Aidan karna Aidan nggak seru bagi Rani melainkan cowok yang kalem. Jadi Rani lebih nyaman sama Jasmine.