"Kita mungkin sahabat
tapi apakah persahabatan ini
akan kekal atau
persahabatan ini akan seperti
dulu?"
♡|
"Iya ada apa, Kasturi?" soal Bu Yati.
"Ini bu, aku mau manggil Jasmine. Bu Rina mau ngomong sesuatu soal National Pianist yang akan diadakan pada khamis ini." kata Kasturi. Bu Yati memandang kearah Jasmine dan mengangguk.
"Makasih bu." ucap Kasturi sebelum pergi bersama Jasmine. Jasmine masuk ke dalam ruangan Bu Rina.
"Iya bu, ada apa?" soal Jasmine.
"Jasmine, duduk-duduk." kata Bu Rina menyuruh Jasmine duduk dihadapannya.
"Iya makasih." ucap Jasmine.
"Ini, jari kamu udah sembuh belom? Kalo belom, ibu sudah ketemu sama pengganti buat kamu." ucap Bu Rina. Jasmine melihat jari-jarinya.
"Udah sembuh bu.. Nggak papa bu, lagian pula acara ini penting buat aku." ucap Jasmine.
"Yakin kamu?" soal Bu Rina. Jasmine tersenyum dan mengangguk.
"Iya bu saya yakin. Aku nggak mau sia-siain acara ini." kata Jasmine.
"Baiklah kalo kamu ngomong begitu. Jangan lupa ya, nanti sore kamu ada latihan ya." ucap Bu Rina.
"Iya bu, pasti aku hadir kok." kata Jasmine.
"Sebelum kamu kembali ke kelas, ibu mau nanya ke kamu sesuatu." kata Bu Rina. Jasmine membetulkan kedudukannya.
"Ada apa bu?" soal Jasmine.
"Kamu sama Aidan pacaran ya?" soal Bu Rina. Jasmine tertawa. Bu Rina mulai hairan.
"ya nggaklah bu. Masa aku pacaran sama sahabat aku sendiri. Benar kan?" soal Jasmine.
"Tapi ibu liat kamu akrab banget sama Aidan." kata Bu Rina.
"Ya iyalah akrab. Aku sama dia udah sahabat dari kami kecil bu. Nggak mungkin kami pacaran. Kami punya citarasa sendiri kok." ucap Jasmine meyakinkan Bu Rina.
"Hmm, iya bu percaya.. Tapi ada satu ibu mau ngingetin kamu, Jasmine." kata Bu Rina.
"Apa bu? Kayak serius banget." jawab Jasmine.
"Cowok sama cewek nggak boleh sahabat. Ibu bukan mau ngehalangin atau rosakkin persahabatan kamu berdua, tapi ibu bilang suatu yang fakta. Cowok sama cewek nggak bisa bersahabat karna diantara kita pasti akan ada jatuh. Nggak usah bilang nggak akan jatuh cinta, tapi ianya nggak mustahil Jasmine. Ibu pernah laluinya sama suami ibu. Kami sahabat akrab dan diantara kami jatuh cinta." ucap Bu Rina.
"Apa yang ibu ngomongin itu semuanya benar juga tapi jujur ya, aku nggak ada perasaan cinta sama sahabat aku bu." kata Jasmine.
"Iya kamu bisa bilang kamu tidak tapi Aidan? Kamu yakin dia nggak ada perasaan sama kamu? Atau jika dia nggak ada perasaan sama kamu, kamu punya perasaan sama dia cuman nggak sadar?" soal Bu Rina.
"Itu aku nggak mikir bu soalnya bu tahukan, percintaan yang wujud diantara sahabat bisa rosakkin segalanya." kata Jasmine.
"Umumnya memang banyak, tapi kamu jangan lupa. Ada yang nggak rosak segalanya. Kamu ngertikan maksud ibu?" ucap Bu Rina.
"Iya bu, aku ngerti. Aku balik ke kelas dulu ya?" soal Jasmine. Bu Rina mengangguk. Sebelum Jasmine membuka pintu diruangan Bu Rina, Bu rina berkata sesuatu.
"Inget Jasmine.. Kamu harus peka sama keadaan disekitar kamu sebelum ada yang sakit hati." kata Bu Rina. Jasmine memusingkan kepalanya dan tersenyum.
"Makasih ngingetin aku bu. Aku pergi dulu." ucap Jasmine dan terus keluar. Jasmine berjalan dikoridor dan mengetuk pintu kelasnya sebelum masuk.
Jasmine duduk di sebelah Aidan yang lagi sedang tidur. Dia mengeluh melihat Aidan. Dia mulai mencerna kata-kata Bu Rina sebentar tadi.
'Bisa gila gue kalo suka sama Aidan. Cowok kalem sok-sok cold ini suka benar ngajak berantem sama gue.' bisik hati Jasmine.
"Bu Rina ngomong apa sama lo tadi?" soal Aidan. Jasmine terkejut dan memukul dari Aidan perlahan. Aidan memegang dahinya.
"Lo nggak tidur ya? Bikin gue kaget aja." kata Jasmine.
"Gue tidur tapi baru sadar soalnya." kata Aidan.
"Hmm." kata Jasmine.
"Lo kenapa? Kayak lagi bad mood." kata Aidan. Jasmine mengangguk.
"Iyaaa.. Gue bad mood banget harini." kata Jasmine.
"Kenapa? Bu Rina disqualified nama lo dari join National Pianist?" soal Aidan. Jasmine menjeling Aidan.
"Nggak kayak gitu, Dan. Nih Bu Rina ngomong tentang kita. Dia pikir kita pacaran karna akrab. Kesel aku dengernya." kata Jasmine. Aidan terdiam dan tersenyum.
"Nggak usah fikirin teruslah. Nggak penting soalnya, lagian kita nggak lebih dari sahabat kan?" soal Aidan. Jasmine terkejut dengan apa yang Aidan katakan.
"Jas, lo kenapa? Gue tanya sama lo." kata Aidan.
"Apa-apa? Pasti kita sahabat doang, nggak lebih. Kita kayak saudara kandung." kata Jasmine. Aidan mengangguk dan fokus membuat tugasnya. Jasmine melihat Aidan dan kembali memandang kehadapan kelas.
'nggak ada petanda yang dia suka sama gue. Dia juga nggak peduli dan nggak ada reaksi aneh dimukanya. Aman.' bisik hati Jasmine dan tersenyum.
KRING!!
< AIDAN POV >
Aku menoleh kearah Jasmine dan melihatnya lagi tidur. Aku tersenyum dan mengusap kepalanya perlahan. Aku mula mendapatkan idea jahat. Aku tersenyum jahat.
"Jas, bangun Jas!! Kebakaran Jas!! Bangun, gue nggak mau mati sama lo!!" teriakku. Dia bangun dengan pantas dan menyimpan alat tulisnya ke dalam beg. Aku tertawa besar melihat tingkahnya.
"Lo kenapa ketawa? Gue nggak mau mati lagi, Dan. Gue masih muda. Cowok juga nggak ada." katanya panik.
"Ya, Jas.. Ngakak gue liat wajah lo. Kayak beruk soalnya." kataku yang masih tertawa. Dia memukul badanku dengan buku tebalnya.
"Aduh sakit-sakit Jas. Sakit bego." kataku.
"Gue nggak peduli, Dan. Lo nyebelin banget. Cape gue sama lo, Dan." katanya langsung keluar dari kelas.
"Jas! Nungguin gue, gue kan traktir lo." teriakku kuat. Langsung nggak ada sambutan dari Jasmine. Aku berlari menuju cafeteria dan mencari-cari sosok tubuh tinggi milik Jasmine.
Aku tersenyum apabila melihatnya sedang duduk sama Maria dan Aurora. Temen Jasmine dari kelas 2 SMP. Aku melambaikan tanganku kearah Maria ketika Maria memandang kearah ku.
"Itu ada Aidan, Jas." kata Maria.
"Biarin dia. Nyebelin banget." kata Jasmine.
"Lah napa? Lo berantem lagi sama dia? Mendingan Lo sama dia pacaran aja deh, cocok." kata Aurora. Maria menginjak kaki Aurora.
"Mulut lo boleh diem nggak? Gue tau lo popular karna suka matchmaking orang tapi nggak kayak gini." kata Maria sambil mengusap bahu Jasmine. Aurora membuat pouted.
"Iya deh, maaf." kata Aurora.
"Mereka lagi ngobrol tentang apa?" soalku sendirian. Aku mendekati meja Jasmine.
"Stop. Gue nggak mau ngobrol sama lo." halang Jasmine.
"Lah kenapa, Jas? Lo kenapa hari ini? Pusing gue jadinya. Lo bendera jepun belom tapi udah kayak gini." kataku. Aurora dan Maria kaget.
"nggak usah kaget kayak gitu. Gue udah apal sama Jas. Bila dia bisa bad mood dan bila dia nggak." kataku.
"Tolong ya, Dan. Gue lagi kesel sama lo, jadi lo bisa jauhin diri lo dari gue untuk hari ini nggak?" soalnya. Aku mengeluh perlahan.
"Iya deh. Maaf, Jas. Gue berlebihan sebentar tadi." kataku mengalah. Jasmine hanya diam memerhatikan bunga-bunga ditaman. Aku berlalu pergi.
Aku nggak mau Jasmine semakin marah sama aku. Bisa gila aku jika nggak bisa bicara sama dia. Nggak complete hidup aku. Aku membeli air dibotol doang dan duduk di sebelah Liam dan Nathan.
"Lo napa? Berantem lagi?" soal Nathan.
"Biasa. Statusnya sahabat tapi perlakuan mereka kayak tom & jerry. Nggak ngerti gue. Gimana sih bisa nggak ada perasaan antara satu sama lain. Hati kalian batu ya?" soal Liam. Aku memandang Liam.
"Diem lo Liam sebelum gue nunjukkin foto jelek lo sama Aurora." kataku.
"Eeh lo curang, Dan." kata Liam.
"Nggak peduli." kataku.
"Dan, ngomong-ngomong lo suka sama Lola ya?" soal Nathan.
"Lola? Nggak lah. Nggak ada kerjaan ya mau suka sama Lola?" soalku.
"Lo aja buta, Dan. Lola itu cantik, sexy dan juga ketua osis juga." kata Nathan. Aku smirk.
"Dia bukan tipe gue. Nggak suka." kataku.
"Lah, jadi lo suka sama siapa? Jangan bilang lo gay, Dan." kata Liam.
"Terakhir kali lo makan kaos kaki gue kapan?" soalku. Liam tersengih.
"Nggak usah beralih cerita lain, Dan. Siapa? Kami temen lo juga Dan. Kita udah lama temenan. Jaraknya setahun dari Jasmine doang." kata Nathan. Aku tersenyum.
"Guess." kataku.
"Eva?" soal Liam.
"Gue suka sama sahabat Lola? Nggak. Najis." kataku.
"Maria?" soal Liam. Nathan memukul Liam.
"Nggak ada nama lain selain Maria, Liam?" soal Nathan.
"Maaf, gue lupa." kata Liam.
"Owh ya, gue denger. Siska bakal masuk ke sekolah ini besok. Benar?" soal Nathan.
"Mungkin." kata Liam. Liam dan Nathan memandang kearahku yang tersenyum apabila teringatkan seorang gadis yang aku sukai.
"Lo kenapa senyum-senyum, Dan? Kayak orang gila. Lo suka sama Siska ya?" soal Liam.
< AIDAN POV END >
KRING!!
"Gue sama Nathan pulang kelas dulu ya. Kita ngobrol tentang Siska sore nanti." kata Liam dan berlalu pergi sama Nathan. Aidan kembali ke kelas dan melihat Indah duduk ditempat Jasmine.
"Napa lo duduk ditempat Jasmine?" soal Aidan.
"Jasmine minta aku tuker tempat sama dia untuk hari ini." kata Indah. Aidan mengeluh dan mengangguk sahaja. Aidan melihat Jasmine yang menongkat dagu sambil melakukan tugasnya.
"Lo semarah ini sama gue, Jas?" soal Aidan sendirian. Jasmine menoleh memandang Aidan. Jasmine berkata perlahan tapi Aidan dapat menangkapnya.
"Kamu nyebelin banget." kata Jasmine lalu kembali membuat tugasnya. Aidan tersenyum.