"Jika aku mempunyai kuasa
seperti untuk tidak
mencintaimu,
akan ku guna sebaik mungkin."
♡|
"Lagi ngapain sih, Jas? Udah cantik sempurna kayak malaikat malah masih dandannya lama banget." Sepasang mata Aidan memandang ke jam tangannya.
"Maaf, Dan. Gue telat soalnya gue lagi nyari kaos kaki." Jasmine menuruni tangga dan mendekati Aidan.
"Baru aja gue mau ninggal aja lo. Mujur Pak Ridho nggak jaga pagar depan." katanya. Jasmine tersenyum malu.
"iya-iya nih. Maaf sekali lagi deh.. Ayo buruan." Jasmine punya waktu yang kesempitan itu untuk mengambil dan memasukkan roti ke dalam mulutnya.
"Ayo.. Hati-hati, keselek lo nanti. Gue nggak mau nangis liat lo mati." Aidan memberikan kata jahilnya.
"Mulut lo jahat benar dah. Pengen gue tampar muka lo itu." Jasmine memberikan Aidan jelingannya.
"Ya udah, nggak usah banyak bicaranya." Aidan menarik tangan Jasmine menuju ke kereta miliknya Aidan. Jasmine masuk ke dalam kereta itu.
"Hari ini lo ada latihan?" soal Aidan.
"Nggak. Ngapa? Lo mau ngajak keluar bareng?" soal Jasmine.
"Bebas, bisa aja." Aidan mengangkat bahu sambil fokus ke jalan.
"Oh iya. Kemarin gue denger, Lola nembak lo. Benaran?" soal Jasmine.
"Seperti biasa, Jas. Lo taukan gimana sifat gue. Gue mau jomblo kayak lo." jawabnya.
"Ogah, ngapain lo mau ngikut gue terus sih? Nggak ada kerjaan ya?" soal Jasmine.
"Males gue mau berantem sama lo, Jas. Nggak bakalan menang." Aidan menyerah dirinya untuk tidak berantem. Jasmine tersenyum puas.
Sesampainya mereka di kawasan parkiran SMA Anjung, kedengaran suara anak-anak sekolahan itu berteriak kayak histeris. Jasmine keluar dari kereta Aidan dan diikuti Aidan.
"Tampan ya ampun."
"Nggak tertolong tampannya."
"Minggir! Kalian fikir ini apa? Konser?" soal Bu Susi. Mereka semua menjauh dari tempat itu.
"Kami telat 2 menit doang kok, Bu. Masa harus dihukum. Lagian kakiku masih pegel ni." kata Jasmine lalu memegang kakinya sambil itu dipijit-pijit perlahan.
"Kalo pegel, nggak usah ke sekolah." kata Bu Susi. Jasmine memejamkan matanya dan kembali membukanya kemudian tersenyum.
"Saya yang mau ke sekolah, Bu.. Nggak mungkin sekadar pegel, nggak mau kesekolah. Saya nggak mau merosakkan record saya yang nggak pernah absen itu." kata Jasmine.
"Hari ini kamu dilepasin. Besok-besok, saya nggak bakalan lepasin kamu." kata Bu Susi.
"Iya deh, Bu.. Pamit ya." kata Aidan memecahkan perbualan.
"Kamu juga telat, Aidan. Kamu berdua pacaran ya? Pergi ke sekolah bareng?" soal Bu Susi.
"Kalo saya pacaran sama dia, bu nggak bisa membantahnya kan?" soal Aidan tersenyum sinis.
"Ngomong apaan sih lo, Dan? Ngaco lo.. Maaf ya, Bu. Aidan emang kayak gini. Otaknya harus diperbaiki lagi." kata Jasmine menarik Aidan dan meninggalkan Bu Susi.
"Mereka pacaran? Serius?"
"Emang mereka serasi sih."
Setelah keluar dari kerumunan orang ramai itu, Jasmine menampar kepala Aidan. Aidan mengadu kesakitan sambil tangannya diletakkan di belakang kepalanya.
"Sakit? Rasain lo. Bisa-bisa aja bilang kayak gitu." kata Jasmine.
"Soalnya gue nggak mau dia nanya terus. Capek gue hari-hari kayak gitu." katanya. Jasmine duduk disebelah Aidan dan mengeluarkan buku matematika dan alat tulisnya.
"Dan, Dan. Matematika dong. Kayaknya kepala gue mau pecah dengan kuiz-kuiz yang nggak masuk akal itu. Jadi pusing gue buatnya. Sementara Pak Soleh belum dateng, gue mau nyontek." kata Jasmine. Aidan menggelengkan kepalanya.
"Jas, Jas. Sampai kapan lo mau langsungkan perang dingin sama matematika, ayolah damai." kata Aidan.
"Lo ngaco terus. Cepetan gue mau nyontek." Jasmine mengeluarkan buku matematika dari beg Aidan.
"Kalo lo nggak ngerti lo bisa tanya ke gue, Jas." kata Aidan.
"Nggak mau denger. 5 menit lagi Pak Soleh bakalan dateng. Kalo gue gak berhasil siapin ini, awas lo ya." kata Jasmine.
"Iya-iya." Aidan mengalah sekali lagi. Jasmine tersenyum. Jasmine melepaskan pena ditangannya setelah berhasil siapin soalan matematika yang mematikan itu.
"makasih ya, Dan." ucap Jasmine.
"Pantesan matematika lo dapet nol. Lo nyontek segala apa yang gue nulis. Kalo gue nulis Jasmine najis, lo bakalan nulis juga." kata Aidan.
Jasmine menarik telinga Aidan perlahan dan melepasnya. Aidan menggosok telinganya.
"Sakit tau. Tangan lo diperbuat dari apaan sih? Kayak besi sedang menarik kuping gue." kata Aidan.
"nggak peduli." kata Jasmine mengeluarkan lidahnya.
"Aidan sayang!!" teriak Lola dari luar kelas Aidan. Jasmine memutarkan bebola matanya.
"Yah, cewek ini mau apa." kata Jasmine pelan. Aidan mengeluh.
"Lo mau apa?" soal Aidan males.
"Iya nih. Nggak jelas aja manggil-manggil Aidan sayang-sayang. Pikir dia cowok lo?" soal Jasmine lalu menjeling Lola.
"Eeh nggak nih. Aku mau ngobrol sama Jasmine bentar, bisakan?" soal Lola lalu tersenyum. Aidan memandang kearah Jasmine.
"Aku pergi ke ruangan lobby sama dia bentar." pinta Jasmine. Aidan sekadar tersenyum. Lola dan Jasmine berjalan bersama ke lobby.
"Lo mau apa?" soal Jasmine. Lola menampar pipi Jasmine kuat. Jasmine memegang pipinya yang terasa amat sakit.
Beberapa pelajar lain yang melihat Lola menampar Jasmine. Mereka mula mengambik foto sebanyak mungkin.
"Kenapa lo tampar gue? Berani-berani ya lo!" teriak Jasmine menolak bahu Lola dengan kuat. Lola terundur ke belakang. Lola smirk.
"Lo mahu rampas Aidan daripada gue. Iya kan?! Lo suka sama Aidan kan?" soal Lola. Jasmine melipatkan tangannya.
"Nggak. Kenapa harus gue suka sama dia? Kami sekadar sahabat doang. Lagian, tiada kaitan apa pun sama lo. Jadi lo nggak usah ikut campur sama persahabatan kami. Lo nggak kenal sama Aidan seperti mana gue kenal sama Aidan. Lo ingat itu!" Jasmine ingin menampar Lola tapi tangannya digenggam oleh seseorang.
Lola tersenyum bahagia.
"Apaan sih, Dan? Kenapa lo nahan tangan gue? Aku mau nampar muka jeleknya." Jasmine menarik-narik tangannya dari genggaman Aidan.
"Nggak usah nampar dia. Jangan bikin najis di tangan lo untuk dia." Aidan melihat Lola dengan jijik.
"Iya. Lepasin tangan gue." pinta Jasmine. Aidan melepaskan tangan Jasmine. Jasmine mendekati Lola.
"Lo nggak usah sok kayak ceweknya Aidan. Aidan nggak punya perasaan sama lo. Dikit pun. Ayo, Dan. Gue kesel lama-lamaan disini." Jasmine meninggalkan lobby itu.
"Sekali lagi gue warning lo ya, Lola. Sekali lagi lo nyakitin Jasmine, gue nggak akan biarin lo." amaran keras keluar dari mulut Aidan sebelum meninggalkan Lola. Lola melihat pemergian Aidan dengan perasaan kesel.
"Awas lo, Jasmine. Aidan, cuman buat gue." bisik Lola pelan.
Jasmine duduk di kerusinya yang bersebelahan Aidan. Jasmine meletakkan kepalanya di atas meja. Aidan duduk disebelah Jasmine.
"Maaf ya, Lola bikin ribut lagi sama lo. Gue traktir lo mee bakso, mau?" soal Aidan. Jasmine mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"Ini yang gue sayang sama lo. Gue mau 2 mangkuk." pinta Jasmine.
"Iya bebas." Aidan tersenyum manis dan memegang kepala Jasmine dan mengusapnya perlahan. Jasmine terdiam.
"Lo kenapa?" soal Aidan. Jasmine memandang anak mata Aidan. Jasmine dapat merasakan jantungnya berdetak sangat pantas apabila Aidan memegang kepalanya.
"Nggak ada apa-apa. Nggak usah bikin skinship lagi." pinta Jasmine mulai tidak nyaman.
"Loh kenapa? Kita udah biasa skinship kan? Lo juga nggak ngelarang gue sebelum ini." kata Aidan. Jasmine tersenyum.
"Terserah lo lah." kata Jasmine. Aidan tersenyum.