Sebagai murid kelas tiga SMA, Olivia harus belajar lebih giat untuk menghadapi ujian akhir sekolah.
Selama ini, gadis manis berambut hitam lurus ini terlalu santai setiap harinya, malah cenderung malas belajar. Sebenarnya Olivia adalah gadis yang cerdas dan mudah menangkap pelajaran, hanya saja sejak dia jatuh cinta, di hati dan fikirannya, pelajaran di sekolah tidak dapat masuk, apalagi dengan kebiasaannya yang suka nongkrong dan jalan jalan bersama teman dan pacarnya.
Setiap pagi Olivia akan pamit kepada kakek dan neneknya untuk pergi ke sekolah, tapi sesampainya disekolah gadis itu malah nongkrong di kantin atau terkadang juga bolos untuk pergi ke warnet. Kadang Olivia juga dihukum oleh guru gara-gara lupa tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Sampai hari itu saat rapor semester kedua dibagikan, seperti yang sudah diduga rapor Olivia terbakar, alias nilainya merah semua.
Sang nenek yang sudah tua tidak mengerti apa maksud warna merah pada buku biru itu, sang nenek malah mengira rapor itu istimewa karena berbeda dari rapor anak-anak yang lainnya.
Tapi kedua orang tua Olivia marah besar melihatnya, akibatnya gadis itu mendapatkan ceramah dari sang ibu dari pagi hingga ke pagi berikutnya, membuat telinga Olivia jadi panas seperti terbakar rasanya.
Olivia tidak ambil pusing kemarahan kedua orang tuanya, menurut Olivia omongan mereka cukup di masukkan telinga kiri dan keluar telinga kanan. Yang membuat gadis itu sedih adalah, akibat dari kemarahan mereka berdua fasilitas satu satunya Olivia yaitu sepeda motor merah kesayangan Olivia harus disita.
Olivia sangat marah mendapatkan hukuman itu, dia merasa telah diperlakukan tidak adil oleh kedua orang tuanya.
Sejak kecil Olive, panggilan gadis itu, sudah tinggal bersama dengan kakek dan neneknya. Olive tidak tahu alasannya mengapa perawatan gadis itu harus diserahkan pada kakek dan nenek, bukan pada ayah dan ibunya. Olive punya saudara laki-laki, lebih tepatnya kakak lelaki yang sejak kecil hingga saat ini masih tinggal bersama orang tuanya. Gadis itu menganggap ayah dan ibunya lebih sayang kepada saudara laki-lakinya dari pada dirinya yang seorang perempuan, oleh sebab itu sejak kecil Olive lebih dekat kepada kakek dan neneknya terutama dengan neneknya.
Kepada neneknya Olive suka bermanja apalagi pada saat sedang ditimpa masalah seperti ini. Kepada wanita berambut putih itu, Olive mengadukan kedua orang tuanya yang dia anggap terlalu berlebihan menghukumnya. Anak itu memeluk neneknya dari belakang dan merajuk, dia meminta nenek untuk membujuk ayah dan ibunya agar mengembalikan sepeda motornya.
Kalau sepeda motornya disita lalu bagaimana Olive pergi ke sekolah? masa iya harus jalan kaki. Jarak antara rumah dan SMA tempat gadis itu belajar cukup jauh, karena lokasi rumah mereka yang agak dipelosok desa. di rumah mereka memang ada sepeda sih, tapi cuma satu itu pun sepeda Jengki tua dan juga sangat tinggi karena biasanya dipergunakan oleh sang kakek untuk pergi ke sawah.
Wanita tua itu memang terlalu menyayangi cucu perempuannya bahkan cenderung memanjakannya. Wanita ubanan itu mengatakan kalau dia tidak bisa melarang orangtua Olive untuk mengambil sepeda motor itu, karena dari awal sepeda itu memang dibeli oleh orangtua Olive, tapi sebagai gantinya dia akan membelikan sepeda motor baru untuk Olive apabila padi di ladang mereka sudah selesai dipanen dan dijual nanti. Mendengar hal itu Olive merasa sangatlah senang hingga melompat lompat seperti anak kecil.
Kembali kekamarnya Olive menelfon Aldi pacarnya. Aldi adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahun, kulitnya agak kecoklatan, berwajah manis dengan rambut agak ikal. Sebagai pemuda kampung Aldi dinilai yang paling tampan didesanya. Karena masalah biaya, setelah lulus SMA pemuda ini tidak meneruskan pendidikannya ke universitas, tapi langsung bekerja sebagai penjaga minimarket yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Pada saat Olive menelfon Aldi sedang ada di tempat kerjanya, kebetulan pada saat itu suasananya sedang sepi pembeli jadi dia dengan senang hati mengangkat telfon dari pacarnya.
"Halo Olive " suara jernih pemuda itu terdengar.
"Aldi... " rengeknya
"Ada apa? kamu habis nangis ya?"
"Itu.. sepeda motor merahku disita sama orangtua ku" "Kalau begini kan aku enggak bisa kemana-mana lagi, enggak bisa jalan sama temen lagi"
"Mungkin memang ada bagusnya, jadi kamu bisa lebih serius belajar" kata Aldi.
"Kok kamu malah gitu sih!!" Olive kesal.
"Sekarang kamu itu sudah kelas tiga, main-mainnya dikurangin dulu. Memangnya kamu enggak mau lulus SMA?"
"Ya mau dong" jawab gadis itu.
"Katanya setelah lulus kamu mau kerja bareng aku" makanya yang serius dong belajarnya, biar tahun ini kamu bisa lulus" Aldi menasehati, setiap kata yang dia ucapkan lembut sehingga membuat Olive tidak merasa sedang diceramahi.
Gadis itu terdiam memikirkan nasehat dari pacarnya, dia memang ingin cepat lulus. Olive ingin bekerja segera setelahnya, mengumpulkan uang untuk membuka toko sendiri kelak. Gadis itu punya rencana ingin membuka toko ponsel dan voucer pulsa didepan rumah neneknya, tapi itu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Olive tidak ingin merepotkan nenek dan kakeknya untuk membuka toko itu, apalagi kalau sampai harus meminta pada ayah ibunya, karena dia ingin menggunakan uangnya sendiri.
Orangtua Olive sebenarnya ingin agar gadis itu melanjutkan kuliah di kota setelah lulus, tapi Olive bermaksud menolaknya, dia tidak ingin jauh dari Aldi pacarnya. Meskipun Olive masih muda tapi dia sudah memikirkan masa depannya bersama dengan Aldi, dia ingin menikahinya.
"Kalau motorku disita bagaimana caraku berangkat sekolah? aku enggak mau ah naik sepeda butut itu lagi" kata Olive.
"Kalau berangkat sekolah kan bisa bareng sama aku, aku akan menjemputmu pagi sebelum aku pergi kerja"
Mata gadis itu bersinar begitu mendengar kata-kata pacarnya, membayangkan dibonceng Aldi setiap hari ke sekolah membuatnya merasa senang, rasa kesal karena dihukum orangtuanya sudah tidak ada lagi.
Dia bisa membayangkan setiap pagi Aldi datang menjemputnya mengenakan seragam kerja, dengan menggendarai sepeda motor birunya. Sambil memakai ransel dipunggungnya tangan kanan Olive memeluk pinggang Aldi sambil bersandar dipunggungnya. Meskipun bukan sepeda motor baru, tapi motor itu Aldi beli menggunakan uang hasil jerih payahnya sendiri, dan Olive sangat bangga akan hal itu.
Banyak teman wanitanya yang merasa iri begitu tahu Olive berpacaran dengan Aldi, dia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi teman-temannya begitu tahu dia diantar kesekolah tiap hari.
"Lalu pulang sekolahku bagaimana?" tanya Olive, sambil berusaha menyembunyikan rasa senangnya.
"Kalau toko sedang sepi aku akan datang menjemputmu, tapi kalau tidak bisa ya terpaksa kamu harus menumpang dengan motor temanmu"
Olive diam sebentar. Lalu dengan manja dia berkata "Ya sudah kalau begitu, tapi janji ya kamu jemput aku setiap pagi?"
"Aku janji" kata Aldi lalu menutup ponselnya.