Chereads / sahabatku semangat hidupku / Chapter 7 - kunjungan

Chapter 7 - kunjungan

Pada hari berikutnya Olive dirawat di rumah sakit, demam Olive sudah turun, dan gadis itu pun sudah sadar, tapi gadis itu tampak linglung dan kebanyakan hanya diam saja.

Pada hari itu teman-teman sekolah Olive yaitu Tono dan Desi datang ke rumah sakit untuk mengunjungi. Mereka mendengar tentang kejadian yang menimpa Aldi dan Olive dari Reni, tetangga Olive yang juga bersekolah ditempat yang sama.

Hanya mereka berdua yang datang menjenguk Olive, sedangkan temannya Rendy harus ikut ke luar kota bersama kedua orang tuanya dihari terakhir ujian selesai.

Desi mengetuk pelan pintu ruang perawatan "Permisi" Desi menjulurkan kepalanya kedalam.

Kebetulan juga pada saat itu Bagas yang sedang ada di dalam ruangan. Tentu saja dia rajin datang ke rumah sakit karena demi bisa sering ketemu suster Ifa.

Bagas menoleh ke pintu. "Siapa?"

"Saya Desi, apa benar Olive di rawat di ruangan ini?"

Bagas melihat kedua orang anak itu "Oh kalian pasti teman sekolahnya Olive ya?"

"Benar kak" Tono menjawab pertanyaan Bagas, sementara Desi sedang terbengong menatap pria yang ada di hadapannya.

Saat ini Desi sedang menebak-nebak siapa orang yang berdiri didepannya, Olive pernah bercerita kalau dia punya seorang kakak lelaki yang tinggal bersama ayah dan ibunya diluar desa, tapi baru kali ini gadis itu melihatnya. Pasti itu dia.

Pria yang ada di hadapannya ini sangat mengejutkan Desi. Kalau dilihat secara sekilas pemuda ini cukup tampan dan tinggi, dia juga memiliki beberapa kemiripan dengan Olive, hanya saja berbeda dengan Olive yang memiliki warna kulit yang lebih putih pria didepannya ini memiliki warna kulit yang lebih gelap. Meskipun kulitnya agak sedikit kecoklatan tapi itu tidak membuat pria itu kelihatan kusam, malah sebaliknya memberikan kesan jantan.

Saat pertama kali Pria itu memandangnya, Desi merasa kalau pria ini seperti seorang dewan juri yang sedang menilai peserta audisi di tv. Gadis itu tidak menyangka kalau sahabatnya mempunyai seorang kakak yang seperti itu. Tipe playboy sekolah.

Desi dan Tono kemudian melihat Olive yang sedang bersandar diranjang rumah sakit lalu mereka mendekatinya. Olive terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu, kedua pipinya yang semula agak tembem terlihat lebih cekung.

Desi meletakkan keranjang buah yang mereka beli saat dalam perjalanan ke rumah sakit diatas meja yang terletak disamping tempat tidur. Desi berjalan mendekat lalu duduk ditepi ranjang.

"Bagaimana keadaanmu, apakah sudah lebih baik?"

Olive tidak menjawab melainkan langsung memeluk sahabatnya itu, tanpa terasa air matanya kembali mengalir.

"Dia pergi Des, dia pergi. Dia ninggalin aku... "

Melihat gadis itu menangis, hatinya tiba-tiba terasa perih. Olive yang biasanya terlihat kuat dan ceria kenapa bisa jadi serapuh ini?!

Desi sendiri terkejut ketika mendengar tentang kabar kecelakaan itu pada keesokan harinya. Dia tidak menyangka dua sejoli yang sedang berbahagia dan seringkali memperlihatkan kemesraan mereka hingga membuatnya merasa iri tiba-tiba harus dipisahkan oleh kematian.

Pria itu yang sangat dicintai sahabatnya telah pergi meninggalkan nya dan membuat sahabatnya menderita. Kalau saja dia hanya pergi kesuatu tempat atau pergi berpaling ke gadis yang lain, Desi bisa pergi untuk menemui pria itu dan menampar wajahnya, sayangnya pria itu pergi dari dunia ini dan tak mungkin kembali jadi dia tidak bisa menghukumnya.

Desi berkata dengan lembut sambil menepuk punggungnya "Sabar Liv, kamu harus tegar. Semua ini sudah takdir, kamu harus merelakannya pergi. Kalau Aldi melihatmu seperti ini dia pasti akan sangat sedih".

Olive masih menangis dipelukan Desi. Desi melepas pelukan lalu mengusap wajah sahabatnya dan menyeka air matanya.

" Lihatlah, bagaimana kau bisa jadi sekurus ini? kau harus makan lebih banyak" kata Desi.

Sementara itu Tono yang datang bersama Desi hanya bisa menyaksikan gadis itu menenangkan Olive, cowok itu tidak tahu harus bagaimana. Melihat seorang gadis sedang menangis saja sudah membuatnya bingung, jadi bagaimana dia bisa menghiburnya?!.

Bagas yang berdiri tak jauh dari sana menyaksikan bagaimana usaha Desi menenangkan adiknya.

Dia berfikir, teman Olive ini lumayan juga, dia juga cukup manis. Sayangnya aku tidak tertarik pada anak kecil.

Desi tentu saja tidak mengetahui pikiran Bagas, dia masih sedang berbicara dengan Olive untuk membuatnya berhenti menangis.

Hari semakin siang, Tono dan Desi tidak bisa tinggal lebih lama lagi, akhirnya mereka berpamitan untuk pulang. Pada saat mau pergi ayah dan ibu Olive datang, kedua anak itu menyapa mereka berdua sebentar lalu berpamitan dan pergi dari rumah sakit.

Setelah Tono dan Desi pulang, dokter dan suster datang untuk pemeriksaan. Dokter mengatakan kalau deman Olive sudah turun jadi Olive sudah bisa dipulangkan. Tapi dokter mengingatkan agar gadis itu tidak boleh terlalu stress dan juga harus makan dengan teratur.

Bagas yang hadir disana merasa sangat senang melihat suster Ifa datang. Dia sampai tidak terlalu mendengarkan apa yang telah dikatakan oleh dokter.

Sedangkan suster Ifa yang sedang berdiri disamping dokter merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan dari Bagas.

Wanita itu merasa tidak senang digoda oleh Bagas.

"Kekasihnya sedang sakit dihadapannya, tega sekali dia menggoda wanita lain. Dasar pria hidung belang" pikir suster Ifa.

Pemuda itu yang tidak mengetahui kalau dia sedang disalah fahami, saat ini sedang berusaha memutar otak untuk bisa mendapatkan nomor telfon dari suster cantik itu.

Bagas baru mengetahui kalau adiknya akan dipulangkan hari ini setelah dia melihat ibunya tengah membereskan barang-barang. Dia merasa kecewa karena dia tidak bisa bertemu lagi dengan suster Ifa, dia bahkan belum berhasil mendapatkan nomor ponselnya.

Dia berfikir. "Apa yang harus kulakukan sekarang? kenapa sih Olive tidak tinggal di rumah sakit lebih lama?

Haruskah aku berpura-pura sakit agar bisa dirawat oleh suster Ifa?, tapi kalau nanti Dokter datang dan memeriksaku aku pasti bakal ketahuan, dan suster Ifa pasti bakalan lebih tidak menyukaiku".

Pemuda itu berfikir dan berfikir, tapi dia tidak bisa menemukan solusi yang tepat, hingga dia pun menyerah.

Untuk saat ini Bagas memutuskan untuk mundur terlebih dahulu, karena dia percaya kalau mereka jodoh mereka pasti akan bertemu lagi.

Akhirnya pemuda itu membantu ibunya beres-beres lalu membawa barang-barang mereka pulang.