Chereads / sahabatku semangat hidupku / Chapter 4 - kabar buruk

Chapter 4 - kabar buruk

Sikap aneh Aldi ternyata juga terjadi pada malam hari berikutnya. Aldi lagi-lagi datang ditengah malam untuk mengajak Olive jalan-jalan keliling kampung menggunakan sepeda motornya, yang tentu saja kali ini juga di tolak oleh gadis itu.

"Jangan sekarang Al, malam ini aku harus tidur lebih awal besok adalah hari terakhir ujian. Kenapa kita tidak pergi besok saja sih? kan masih banyak waktu"

"Tapi sudah tidak ada waktu lagi, besok aku harus pergi" gumam Aldi. Suaranya terlalu pelan sehingga terdengar seperti dengungan, Olive tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Karena tidak berhasil membujuk Olive akhirnya lagi-lagi Aldi pulang dengan kecewa.

"Ada apa sih dengannya, semakin hari semakin aneh saja" kata Olive di dalam hati.

Pada keesokan harinya. Seperti biasa Aldi mengantarkan Olive ke sekolah, setelah melepas helm dan menyerahkannya ke Aldi Olive bergegas masuk kedalam gerbang. Sebelum sempat beranjak dari sana tangan Olive dipegang oleh Aldi

"Liv, hari ini kamu bolos saja ya?"

Olive terkejut mendengar permintaan Aldi. Biasanya Aldi adalah orang pertama yang akan menentang saat Olive bilang ingin membolos sekolah, dia juga orang yang sering mengingatkan Olive agar tidak membolos. Tapi ada apa dengan dia hari ini? itu benar-benar membuat gadis itu bingung.

"Al, kamu tahu kan kalau hari ini hari terakhirku ujian, kenapa kau menyuruhku untuk membolos?"

"Hanya hari ini saja Liv, ikutlah dengan ku"

"Lalu kenapa tidak besok, atau nanti sore?" Olive mulai kesal. Tiga bulan dia belajar mati-matian adalah untuk hari ini, tapi tiba-tiba saja dia di suruh membolos. Apa dia ingin usahanya selama ini sia-sia?.

"Apa kamu yakin tidak akan menyesal?" tanya Aldi

"Tidak!" jawab Olive tegas "Sudah pergi sana, kalau tidak nanti kamu juga bisa terlambat"

Tapi Aldi tidak juga pergi dari tempat itu. Tangan kanan Aldi menyentuh pipi Olive dan memandangnya dengan lembut selama beberapa saat, dia tidak melepaskannya sampai Olive sendiri yang melepaskan tangan Aldi.

Pemuda itu masih ada ditempat yang sama saat Olive melangkah memasuki sekolah, sampai punggung Olive tidak kelihatan lagi pemuda itu baru menyalakan motornya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Waktu ujian berlangsung Olive melemparkan masalah pacarnya jauh dibelakang kepalanya dan mengerjakan soal ujian dengan sebaik-baiknya, gadis itu yakin bahwa usahanya kerasnya kali ini tidak akan sia-sia.

Olive ingin membuktikan kepada orangtuanya kalau dia juga bisa lulus dengan nilai yang bagus, seperti kakak laki-laki yang mereka banggakan itu. Dan yang lebih penting lagi Olive ingin mendapatkan kembali sepeda motornya.

Berkat belajar mandiri dan ikut bimbingan belajar yang dia lakukan selama ini Olive dapat mengerjakan semua soal dengan lancar, setidaknya dia yakin nilainya tidak akan lebih buruk dari nilai ke tiga temannya.

Kalau melihat dari wajah Rendy yang tidak terlalu baik, Olive tahu nampaknya anak itu tidak bisa mengisi soal ujiannya dengan benar. Gadis itu penasaran apakah anak itu akan mendapatkan nilai yang bagus kali ini. Tapi Rendy adalah seorang anak yang cerdas, bahkan dengan belajar yang asal-asalan dan keluyuran dia masih bisa mendapatkan peringkat sepuluh dikelas. Jadi Olive tidak boleh meremehkannya.

Akhirnya ujian berakhir, semua anak yang keluar dari ruang ujian merasa sangat lega, seperti baru saja terbebas dari beban yang berat. Begitu juga Olive, saat ini dia ingin segera pulang kerumah untuk tidur sepuasnya.

"Olive" panggil Desi yang juga baru keluar ruangan

"Bagaimana ujiannya?"

"Bagus, kurasa aku menjawabnya dengan baik" jawab Olive.

"Sungguh? kau beruntung. Jawabanku sepertinya banyak yang salah" Desi tampak muram.

Dari ruangan yang berbeda Rendy dan Tono muncul, mereka tampak senang ujian sudah selesai, mereka sedang merencanakan pergi untuk merayakannya.

"Wuhu.. akhirnya selesai juga"

"Iya, tapi banyak prediksi yang meleset, aku tidak yakin dengan nilaiku"

Rendy tersenyum ceria "Sudah jangan difikirkan, sekarang saatnya senang senang... , para gadis ikut yuk"

Mata Desi bersinar, dia terlihat bersemangat dengan ajakan dua teman cowoknya, sedangkan Olive kelihatan tidak tertarik.

"Enggak ah, aku mau pulang aja dan tidur sepuasnya" jawab Olive.

Desi cemberut mendengar jawaban Olive "Yah... kalau enggak ada kamu enggak seru" katanya.

"Iya nih, Olive enggak asik"

"Bodo amat" Olive tidak perduli. "Aku sudah tidak tidur nyenyak selama beberapa hari ini, sekarang aku mau menebusnya"

Setelah berpamitan pada ketiga sahabatnya gadis itu pun pergi, Olive berniat ingin naik ojek atau becak untuk pulang kerumah hari ini, tapi begitu keluar dari gerbang sekolah dia melihat sudah ada seseorang yang menjemputnya, orang itu adalah Bagas kakak laki-lakinya.

Olive mengerutkan alisnya karena heran. Tumben kakaknya datang menjemputnya.

"Wah.. mimpi apa kau semalam tiba-tiba datang menjemputku?"

Bagas tidak menanggapi ejekan adiknya, dia hanya menatap gadis itu dengan ekspresi yang rumit. "Ayo cepat naik" katanya.

Olive terdiam melihat cara kakaknya menanggapi ucapannya. Tidak biasanya pria itu seperti ini, biasanya dia selalu mencoba menggodanya dan mengejeknya setiap kali punya kesempatan, diwaktu normal orang itu pasti akan mengatakan sesuatu yang berbeda yang mungkin akan membuatnya merasa kesal pada saat ini.

"Apa dia sedang sakit, kalau sakit lalu kenapa menjemputku?" tentu saja hal ini hanya ada dalam hati Olive.

Olive menerima dan memakai helm yang diberikan oleh Bagas, lalu naik dibelakang dengan patuh. Olive sendiri tidak punya niatan untuk bercanda lebih banyak dengan kakaknya.

Sepeda motor yang dipakai oleh Bagas untuk menjemput Olive adalah sepeda motor yang biasanya dipakai oleh Olive ke sekolah. Gadis itu merasa kesal, dia baru tahu kalau setelah motor itu disita ternyata motor itu jatuh ketangan Bagas.

"Sialan!!" umpatnya dalam hati "Awas saja kalau nanti sampai rusak"

Bagas mengendarai motor dengan perlahan menelusuri jalanan kampung. Lagi-lagi Olive merasa heran, biasanya Bagas tidak pernah mengendarai motornya sepelan ini, biasanya cowok itu selalu mengendarai motor dengan ngebut seperti orang yang kesetanan, membuat Olive selalu trauma setiap kali dibonceng oleh Bagas.

Motor yang mereka kendarai melewati rumah neneknya Olive dan tidak berhenti. Gadis itu kebingungan, memangnya dirinya mau dibawa kemana?.

"Kak, kamu yakin tidak sedang amnesia? rumahnya sudah kelewatan tuh" kata Olive mengingatkan.

Bagas tidak menjawab, dan motor masih tetap melaju melewati rumah neneknya semakin jauh.

"Kenapa sih akhir-akhir ini semua orang pada aneh?" fikir Olive.

Sepeda motor terus berjalan pelan, dan baru berhenti setelah sampai di depan rumah Aldi. Di depan rumah Aldi sudah terpasang bendera kuning dan banyak orang yang keluar masuk dari rumah itu.

"Mereka seperti orang yang datang melayat"

"Kak, siapa orang yang meninggal?" Olive mulai panik.

Gadis itu berfikir jangan-jangan orang tuanya Aldi yang meninggal, kalau benar kasihan sekali Aldi, dia pasti sangat sedih sekarang. Olive ingin segera masuk dan menghiburnya.

Bagas terlihat sedih dan sekaligus juga bingung mau menjelaskan.

"Liv, itu... Aldi, Aldi meninggal Liv" kata Bagas sepelan mungkin, agar adiknya tidak kaget.

Bruk!! tas gadis itu membentur jalan dengan keras. Kata-kata Bagas bagaikan petir di siang bolong untuknya. Tidak benar, itu tidak benar. Olive mengatakan hal itu berkali-kali didalam hatinya.