Chereads / sahabatku semangat hidupku / Chapter 5 - kehilangan

Chapter 5 - kehilangan

"Jangan bicara sembarangan!!!" Olive marah dan nyaris berteriak.

"Baru tadi pagi dia mengantarkan aku ke sekolah, dan dia masih baik-baik saja saat itu"

Suara keras Olive menarik perhatian para pelayat yang sedang lewat disekitar mereka.

Bagas melihat mata merah Olive yang sedang memelototinya, dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan adiknya. Dia bingung. Dalam keadaan biasa mudah baginya untuk menemukan seribu satu kata yang akan dia gunakan untuk menggoda adiknya, dia baru akan berhenti setelah berhasil membuat adiknya itu marah atau pun menangis. Saat ini adalah pertama kalinya dia merasa kebingungan bagaimana caranya untuk berbicara dihadapan adiknya.

"Tadi pagi Aldi mengalami kecelakaan, tabrak lari" kata Bagas, dia menjelaskan secara singkat kejadian yang telah menimpa Aldi pagi ini dengan suara pelan.

Tidak bisa sabar lagi ,Olive segera berlari menembus kerumunan orang menuju kedalam rumah. Di dalam rumah Aldi sudah terdapat banyak pelayat, di ruang tamu ini biasanya terdapat banyak kursi, tapi sekarang semua kursi dan meja sudah disingkirkan, diganti dengan karpet hijau yang dibentangkan. Di tengah-tengah karpet terbaring sesosok tubuh yang di tutupi kain batik, sementara semua orang sedang duduk mengelilinginya.

Dibawah tatapan banyak orang perlahan-lahan Olive mendekati sosok yang sedang berbaring. Jantungnya berdegup sangat cepat seolah bisa melompat keluar kapan saja, tubuhnya gemetar tapi kakinya tidak berhenti melangkah, dalam hati dia berdoa semoga orang itu bukan Aldi, semoga dia adalah orang lain, semoga kakaknya berbohong padanya, semoga semua ini hanya prank yang sering muncul di televisi akhir-akhir ini, semoga saat dia mendekat ternyata Aldi hanya sedang tertidur bukannya mati.

"Ku mohon.. ,semoga itu bukan dia.." mata gadis itu merah dan wajahnya panas, air matanya menggantung dikelopak matanya siap jatuh kapan saja.

Olive jatuh berlutut disamping jasad yang terbujur kaku, tangannya terulur diatas kain yang menutupi wajahnya. Gadis itu ingin membuka penutupnya tapi dia ragu, dia takut apa bila yang ada dibawah kain batik ini ternyata adalah orang yang paling dia cintai. Olive merasa mungkin lebih baik dia tidak membukanya tapi disisi lain dia harus memastikan kalau apa yang dikatakan Bagas itu tidak benar.

Seorang wanita dengan mata sembab yang duduk di sisi lain jasad melihat keraguan Olive. Wanita itu adalah ibunya Aldi. Melihat Olive tidak jadi membuka kain penutup wajah, wanita itu merasa bahwa dia yang harus membukakan kain itu untuknya. Perlahan-lahan tangan wanita itu mengangkat kain dari atas dan berhenti sampai batas leher jasad.

Di balik kain yang terbuka Olive melihat orang yang terbaring, itu adalah wajah tampan kekasihnya, orang yang akan selalu dikenalinya dimanapun dia berada. Wajah itu terlihat tampan dan tenang bahkan dia terlihat seperti sedang tersenyum, kulitnya putih, sangat putih tidak seperti warna kulitnya yang seperti biasa.

Air mata yang selama ini tertahan jatuh bagaikan air hujan, mengalir seperti air sungai.

Gadis itu terisak lalu memeluk jasad kekasihnya yang sudah tak bernyawa.

"Aldi!!!!" Olive beteriak histeris "Bangun, Aldi bangun, jangan tinggalkan aku.... "

"Apa yang harus aku lakukan tanpamu?"

Gadis itu terus menangis dan terisak, hingga tiba-tiba dia merasa dadanya sesak dan sulit untuk bernafas. Beberapa saat kemudian Olive ambruk disamping jasad nya Aldi, hilang kesadaran.

Bagas yang memperhatikan adiknya dari jauh segera berlari begitu melihat gadis itu pingsan, dan dengan bantuan dari para tetangga Bagas akhirnya membawa Olive pulang kerumah neneknya.

Hari sudah sore ketika akhirnya Olive sadar. Langit sudah hampir gelap, pemakaman Aldi telah selesai dilakukan dan satu persatu pelayat telah pulang kerumah mereka masing masing.

Masih dalam keadaan setengah sadar gadis itu duduk dan mencari tahu dimana dia sekarang berada, ternyata saat ini dia sudah berada didalam kamarnya.

"Apa aku baru bangun tidur?"

Perlahan-lahan gadis itu mengingat peristiwa yang terjadi tadi siang, Aldi kekasihnya telah pergi dari dunia ini untuk selama-lamanya, meninggalkan dirinya seorang diri. Air matanya kembali mengalir tak terkendali sambil terisak gadis itu memanggil manggil nama Aldi.

Mendengar Olive menangis, keluarga gadis itu yang sedang ada diruang keluarga segera masuk kedalam kamar untuk menenangkannya. Ibu dan nenek memeluk Olive, mereka mengatakan agar gadis itu bersabar dan merelakan kepergian pacarnya supaya arwahnya tenang dialamnya.

"Kenapa dia pergi nek, ta_tadi pagi dia ma_sih sehat dan mengantarkan aku ke se_kolah, kenapa dia pergi secepat ini..." Olive sesenggukan.

Dari neneknya gadis itu mendengar peristiwa lengkap yang terjadi pada Aldi. Pagi itu setelah mengantarkan Olive ke sekolah, Aldi pergi ke minimarket untuk bekerja seperti biasa. Dari dalam minimarket tempat Aldi bekerja pemuda itu melihat anak kecil yang berlari ke tengah jalan raya untuk mengambil mainannya yang menggelinding, Aldi berlari dari dalam toko untuk menyelamatkan anak kecil itu yang hampir tertabrak sebuah mobil. Anak itu selamat tapi sebagai gantinya malah Aldi yang harus kehilangan nyawa. Sopir mobil itu melarikan diri dari tempat kejadian sejak saat itu dan sedang dalam pengejaran.

Mendengar penjelasan neneknya tentang kejadian yang telah merenggut nyawa kekasihnya, Olive jadi marah dan menyalahkan sopir mobil yang telah menabrak pacarnya, lalu kemudian dia juga menyalahkan anak kecil itu yang berlari ke tengah jalan sehingga membuat Aldi harus pergi menyelamatkannya, tapi setelah itu Olive jadi menyalahkan orang tua anak itu yang tidak bisa menjaga anaknya dengan baik, namun kemudian Olive jadi menyalahkan dirinya sendiri yang telah menolak ajakan terakhir dari Aldi pagi tadi.

Olive berfikir, kalau saja dirinya menerima permintaan Aldi untuk membolos dan pergi jalan-jalan bersamanya pagi ini, apakah peristiwa kecelakaan itu akan tetap terjadi? atau apakah peritiwanya malah akan menyeret dirinya dan Aldi kedalam kecelakaan bersama yang membuat mereka berdua mati?.

Saat ini Olive merasa mungkin mati bersamanya jauh lebih baik, dari pada dia harus ditinggalkan sendiri oleh orang yang sangat dicintainya.

Olive tidak pernah menyangka kalau pertemuan mereka pagi ini akan menjadi pertemuan yang terakhir kalinya bagi mereka, setelah ini dia tidak akan pernah lagi bisa melihat senyumnya, tak kan ada lagi Aldi yang akan datang dan mengantarnya kesekolah, tidak akan ada lagi orang yang datang setiap hari dan memberikannya semangat untuk belajar dengan giat.

Olive masih ingat usapan hangat dari tangan pacarnya dipipinya pagi ini, sekarang tak akan ada lagi orang yang akan mengusap pipinya seperti itu. Kalau saja dia tahu kalau itu adalah usapan yang terakhir darinya, Olive pasti tidak akan pernah melepaskan tangannya.

Ingatan-ingatan yang dimiliki Olive tentang Aldi membuat tangisan gadis itu semakin menjadi, orang-orang disekitarnya yang masih berusaha untuk menenangkannya jadi semakin sedih melihat keadaannya yang seperti itu.

_________________________________________________

Penulis ingin mengatakan sesuatu

Hai teman-teman. Menurut kalian bagaimana caraku untuk mengambarkan perasaan para tokohnya?, masih ada yang kurang atau malah terlalu berlebihan? tolong berikan kritik dan sarannya ya.

Sejujurnya sulit bagiku menuliskan adegan yang begitu emosional, tapi karena ini adalah novel yang terinspirasi dari kisah nyata jadi saya ingin menggambarkannya serealistis mungkin.

Baiklah sampai jumpa dibab berikutnya...