"emang elu yang salah" batin Lika
Yama meremas rambutnya yang agak berantakan menutupi sampai ke bawah matanya, ia merapikan rambutnya sambil mencuri pandang ke Lika yang sedari tadi hanya melihat ke samping.
"masih sakit ya? boleh gua liat gak?" Yama meminta ijin sambil tangannya pelan menurunkan tangan Lika yang enggan memperlihatkan merah cap tangan itu.
Yama menyentuh pelan kulit wajah Lika tepat di dekat bekas tamparan, Yama gak nyangka hasil keusilannya berakhir begini.
"...." tidak mampu berkata-kata, Yama menarik kembali tangannya dari menyentuh wajah Lika, dalam hati Yama terasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri. baru beberapa hari yang lalu ia mempunyai sebuah harapan untuk mendekati Lika karena yang ia rasakan adalah nyaman berada di dekatnya namun tidak begitu rasanya untuk malam ini.
Lika juga belum berkata apapun, melihat ekspresi Yama yang tampak kecewa.
"Gua gak apa-apa... paling sakitnya bentar aja. besok juga paling udah hilang" Lika akhirnya membuka suara
Yama mengigit-gigit bibirnya masih karena rasa bersalahnya, ia tahu jawaban Lika itu hanya untuk menenangkan rasa bersalahnya.
"ada luka lain?" Yama bertanya
"no more, cuma ini doang" Lika berbohong, tadi Manda juga dengan keras menjambak rambut Lika hingga kepalanya tertarik dan terasa nyut-nyutan di kepalanya sekarang.
kembali hening
Kekesalan Lika pada Yama sedikit memudar melihat ekspresi penyesalan Yama.
"gua antar pulang ya" Yama bangkit berdiri, ia merasa tidak ada yang bisa ia katakan kepada Lika untuk meringankan sakit Lika, mungkin Yama juga akan lebih terlihat seperti tidak tulus jika terus mengucapkan kata maaf.
Lika mengangguk, ikut berdiri dan mengikuti Yama dari belakang. berjalan tepat di belakang tubuh tinggi Yama, Lika seakan bisa melihat wajah Yama yang sendu.
selama perjalanan mereka menuju rumah Simayati, tidak ada musik tidak ada juga terucap kata-kata usil dari Yama. padahal Lika sedikit berharap Yama setidaknya mengucapkan beberapa kata konyol agar ia bisa mengeluarkan juga kekesalannya pada Yama.
Lika melirik Yama yang fokus menyetir, sepertinya Yama sedang memikirkan sesuatu.
Tiba di rumah Simayati, tampak mobil Sima belum terparkir di rumah menandakan ia belum tiba di rumah.
Lika mengirimkan pesan pada Simayati, memberitahukan bahwa ia dan Yama sedang menunggu di depan rumahnya. dari jawaban Sima, ia baru akan menuju sekarang setelah mengantar Ryan.
"Gua boleh nanya gak?" Lika memecah keheningan mereka yang menunggu di dalam mobil di depan rumah Sima
"Nanya apaan?" tone Yama terdengar pelan, ia membuka seat beltnya, menoleh ke Lika sebentar dan melihat kedepan lagi
"Lu sama Manda kenapa bisa putus? Kayaknya dia masih sayang banget sama elu" tanya Lika yang memang penasaran akan hal ini
Yama seperti berpikir sebentar lalu menjawab
"Gua nemu dia lagi jalan sama gebetannya yang lain, awalnya dia bilang itu bukan siapa-siapa tapi si cowok kayaknya juga gak terima kalau Manda mainin perasaannya dia trus cowok itu dm gua semua chat dan juga beberapa foto dia sama Manda, terus gua yang minta putus aja... buat masing-masing perbaikin diri sendiri.. gitu dah endingnya"
"Lu masih ada rasa sama Manda?"
"Rasa apa ni? rasa coklat susu, vanilla atau strawberry?" Yama yang usil mulai kembali tapi dengan cepat ia menjawab lagi pertanyaan serius Lika "Gua udah move on...gua gampang move on kalau giliran di sakitin"
Lika mengangguk, masuk akal jika Manda masih seperti itu tapi dia yang memulai dan mendapatkan hasil "Main-main" nya terhadap perasaan orang lain.
tanpa sadar Lika mengelus kepalanya yang bagian di jambak tadi.
Yama memperhatikan Lika karena ekor matanya menangkap pergerakan kecil dari Lika yang mengelus kepala nya, kerutan alis Lika memperlihatkan bahwa ada sesuatu di kepalanya.
"kenapa?" mata Yama fokus pada tangan Lika yang masih mengelus
"huh? enggak....ha ha ha..." Lika sontak menarik tangannya
"kepalanya kenapa?" Yama menahan lengan Lika agar tidak bergerak menghindar, Yama meraba pelan bagian kanan kepala Lika, bagian yang tadi Lika pegang tanpa sadar.
"...!!!! ini kenapa?! gede gini benjolnya?" tangan Yama menemukan benjolan ajak besar di kepala Lika
"bukan apa-apa... tadi gak sengaja ketarik sama Manda"
"geez! Lika! lu kenapa sih gak ngomong" Yama memasang lagi seat beltnya
"Loh mau kemana?"
"pasang seat beltnya... kita ke apotik" Yama berhenti, melihat Lika yang tidak melakukan yang di minta, Yama dengan cepat menggapai seat belt Lika dan memasangnya
"Gak usah Yam... tar gua kompres di rumah Sima aja" Lika tidak merasa kalau ini urgent
" kelamaan nunggu Sima balik, kita bentar aja beli ice pack sama anti nyeri"
"Gua gak apa-apa, seriu..."
"gua yang kenapa-napa Lika!" setengah keras suara Yama memotong perkataan Lika, terlihat tangan Yama gemetaran di setir mobilnya " sorry, but please just.... biarin gua lakuin sesuatu buat kesalahan gua Lik. lu bukan siapa-siapa gua selain teman gua tapi badan elu sakit gara-gara di mantan gua... gua gak bisa berbuat banyak buat elu.... jadi biarin gua setidaknya melakukan hal yang buat gua percaya diri untuk masih bisa ketemu sama elu next time" Yama meremas tangannya pelan
Lika terdiam, ia tidak berpikir sampai pada kemungkinan di waktu mendatang dimana Yama akan merasa tidak percaya diri lagi untuk bertemu dengannya.
tangan Lika perlahan menuju bahu Yama, menepuk pundak Yama perlahan sampai tiga kali sebagai menenangkan Yama.
"Lu adalah cowok keren idola satu kampus, mana boleh hilang kepercayaan diri... yuk ke apotek" Lika tersenyum pada Yama
**********
Hari Rabu di Minggu berikutnya, kuliah baru selesai jam 3 sore karena dosennya memang minta jam sore.
hari ini sama seperti hari biasa, tidak ada yang istimewa terjadi selain tadi Yama dan Guntur yang datang menyapa Lika dan Sima sekalian Yama menanyakan keadaan Lika.
sekarang hanya ada 5 orang dalam kelas, termasuk Lika yang masih mencoba mencari letak toko buku yang menjual buku yang ia butuhkan untuk referensi penelitian nya .
"Lika, bisa ke cafe sebelah universitas gak sekarang?" chat dari Sima
"Ngapain di sana? eh lu pake langsung ngilang abis kelas, kemana lu?" balas Lika, hanya selang beberapa waktu setelah kelas usai tadi Sima tampak sibuk dengan smartphonenya
"Tar gua kasih tau, lu sini dulu ya buruan...gua tunggu di room 10, gak pake lama" balasan chat dari Sima sangat cepat
Lika tidak merasa heran dengan chat Sima yang sehari-hari juga sama seperti ini jika ingin sesuatu dari siapapun. Lika tidak membawa scooter hari ini, ia membawa mobil karena ada barang titipan mamanya yang akan dia antar ke rumah tantenya.
hanya membutuhkan waktu 9 menit untuk sampai di cafe yang di sebut Sima.
Dengan langkah santai Lika masuk ke cafe yang di rancang mempunyai rooms masing-masing namun tak berpintu ini
Lika mendekati room 10, Sima menunggu di nomor itu katanya di chat tadi. Lika terhenti saat ia melihat seorang gadis duduk di samping laki-laki yang hari ini tampak tetap tampan, si Ryan dan di sebelah Ryan adalah Manda.
duduk berdampingan di hadapan Manda dan Ryan ada Sima dan Yama.
"Hey, yuk disini" Sima menepuk tempat duduk di sampingnya melihat Lika terhenti di depan room
"Ini apa-apaan?" Lika tetap duduk dan menaruh tasnya walau ia merasa tidak nyaman
"Gimana kabar elu?" Ryan yang berbicara, ia menoleh ke Manda dan ke Lika lagi " Manda pengen minta maaf sama elu...jadi kita yang atur supaya bisa ketemu, sorry ya kalau kita dadakan" Ryan menundukkan kepala sebentar tanda minta maaf
"Kita boleh ngomong berdua aja boleh gak?" tanya Lika pada Ryan Sima dan Yama
"eh? kok gitu?" protes Sima
"bentar aja..... boleh ya" Lika meminta lagi
"ya udah... kita pindah ke sebelah ya" Ryan lebih cepat mengambil keputusan
kini tinggal Lika dan Manda.
"Hai" Lika memulai obrolan
"Hai...gua ngomong duluan ya" kata Manda sopan, ini sangat berbanding tebalik dengan Manda yang pernah Lika lihat.
"Ryan cerita ke gua keadaan elu malam itu, gua minta maaf atas perlakuan gua yang sudah jahat... gua suka lepas kontrol kalau sedang mabuk dan malam itu kebetulan liat elu sama Ryan gua tiba-tiba ngerasa marah banget... Yama pasti cerita ke elu kenapa kami bisa putus dulu kan ya? ha ha ....maaf gua jadi ngungkit masa lalu.....by the way hubungan kalian udah berapa lama?" tanya Manda pada akhir ceritanya
"Huh? gua sama Yama?" Lika tidak menyangka Manda akan bertanya tentang ini
"Iya....lama kalian pacaran?" Manda memperjelas lagi pertanyaannya karna Lika terlihat kebingungan.
"Gua sama Yama....." Lika berpikir untuk jujur pada Manda kalau hubungannya dan Yama hanya sebatas teman kelas, tapi Manda akan beralih ke Yama lagi untuk menanyai Yama kenapa berbohong padanya dan apa yang Lika lakukan di rumah Yama malam-malam saat tidak ada orang lain di rumah Yama?
sebenarnya tidak susah untuk Lika jujur tapi ia tiba-tiba ingin menjaga Yama dan dirinya sendiri dari prasangka.
"Permisi mbak.... minumannya" mbak pramusaji datang dengan dua minuman di nampan
"Loh kita belum pesan mbak..." Manda juga Lika kebingungan
"Di pesanin sama room sebelah mbak"
"Oh.....okay. thanks mbak?" Lika mengatur minuman, berharap Manda mengubah pertanyaan
"Gua gak heran kalau Yama udah punya pacar lagi sementara gua masih jomblo gini...dia baik banget sama gua dulu tapi....eiii udahlah malah cerita mulu gua"
"Ha ha gak apa-apa....soal yang malam itu gak usah di pikirin lagi, gua maafin...gua sempat kesel tapi dalam keadaan begitu gua bisa maklum" Lika memajukan tubuhnya kedepan dan menepuk bahu Manda canggung.
"Ahaha...kayaknya gua bisa tahu kenapa Yama suka sama elu, elu keliatan.....apa adanya" ucap Manda terjeda
"Ahahaha....gua gak sepolos keliatannya kok" Lika tersenyum, di mata Manda Lika keliatan sangat manis dengan senyuman tulus dan tawa lepasnya
Di room sebelah, Ryan, Sima dan Yama dari tadi tidak terlalu banyak bicara. telinga mereka fokus ingin mendengarkan pembicaraan Lika dan Manda, walau tidak terlalu jelas tapi Mereka bertiga bisa tahu keadaan di sebelah aman dari suara tawa Mereka yang kadang terdengar.
"Bro....ini yang minta maaf Manda kan ya?" Ryan setengah berbisik pada Yama di sebelahnya
"Iya"
"Tapi kok suara tawa dia kayak orang nonton komedi gitu sih?"
"Gua cek ya, gua penasaran" Sima hendak beranjak di dorong rasa penasaran
"Ei jangan, sini aja dulu tungguin mereka kelar" Ryan menahan Sima
Terdengar lagi suara tawa Lika dan mereka bertiga hanya bisa saling menatap.
Lima menit kemudian Manda dan Lika datang ke room sebelah, Manda pamit pergi dan dari rautnya ia terlihat ceria begitu juga dengan Lika, tidak ada raut kesal di wajahnya hanya senyuman saat ia melambaikan tangan pada Manda.
Sekeluarnya Manda dari cafe
Ryan, Yama dan Sima kini melekatkan tatapan mereka pada Lika.
Tatapan minta penjelasan atas keceriaan yang terlihat di wajahnya dan Manda setelah berpisah tadi.
"Lu pada kenapa gitu mukanya?"