Chereads / Dari Samping Yama / Chapter 6 - Salah Yama

Chapter 6 - Salah Yama

Sudah hampir seminggu lamanya setelah kejadian Yama mengantar Lika malam scooter nya mengalami kerusakan untuk kali keduanya.

dalam minggu ini hanya ada dua mata kuliah yang dosennya hadir, membuat pertemuan di kelas sangat singkat. semua orang tampak sibuk menyelesaikan projects masing-masing dengan waktu libur kian mendekat dan tenggat waktu mahasiswa akhir sudah mulai menghantui.

Lika sibuk dengan urusan skripsi-nya yang mulai memasuki tahap penentuan judul, tidak hanya Lika... mungkin ini juga berlaku bagi semua mahasiswa tingkat akhir.

Sore mendekati jam 3

Saat Lika baru saja bangun dari tidur siangnya. meraih smartphone untuk melihat ada notif apa saja yang masuk

"Lika...malam ini mau hang out gak?" pesan dari Simayati berada di chat box

"mau kemana?" Lika membalas chat

Di rumah seharian membuat Lika juga kadang merasa boring, walaupun ia bukan penyuka banyak kegiatan ya tetap saja ada kalanya ia juga hang out bersama beberapa temannya walau yang ia lakukan di kumpulan hanya diam bermain smartphone

"di ajakin clubbing sama Reni Monica and the Genk, ikut ya..." chat balasan dari Simayati

"boleh deh, lu jemput gua ya"

"okay siap! " chat Sima di akhiri dengan emoticon kiss

Di usia mereka yang berada di kisaran dua puluhan memang adalah saat sebuah pribadi sedang dalam pencaharian jati diri dan melakukan banyak hal berbeda sebenarnya lumrah bagi anak muda seusia mereka.

*********

jam 10 malam Sima dan Lika sudah berangkat seusai Lika pamit pada mama papanya untuk menginap di rumah Sima sehabis hang out.

"Tumben banget lu mau clubbing" Lika menyodok pinggang Sima yang sedang menyetir

"Lagi pengen aja hahaha....bapak Gua lagi di luar kota, Emak gua lagi ke Bandung nengok sepupu nikahan, harusnya gua tu ikut ke Bandung tapi gua gak jadi ikut karena emak gua bilang mendingan gua jaga rumah aja"

"Pantess....lagi gak ada pawangnya rupanya hahahaha"

"binatang kali gua di pawangin"

"ha ha ha.... mestinya lu pake celana legging motif macan itu loh Sim, supaya lebih berasa aura binatangnya ha ha" Lika memeriksa outfits Sima yang agak "Errrrrr" malam ini. dress ketat hitam yang sudah ia kenakan dan ada lagi sepatu hak tinggi di kursi penumpang bakal dia pakai.

"gua senang dah Lik kalo lu juga senang" Sima menepuk pundak Lika "anyway....lu gak mau ganti baju pake dress gua yang di belakang tu? kali aja ada buaya yang nyangkut liat lekukan body elu....ahayy!!!!" Sima tertawa sendiri mendengar leluconnya

"Gak lucu....selama tampilan gua ini masih di ijinin pak sekuriti buat masuk, ngapain gua ganti" Lika malam ini mengenakan celana pendek jeans sobek-sobek, sepatu kets Balenciaga putih dan tank top putih longgar.

menghabiskan hampir 1 jam di macetnya jalan, Sima dan Lika langsung masuk mencari Reni dan yang lainnya.

Reni Monica, teman Simayati dari SMA, idola para lelaki satu sekolahan karena kecantikan dan kehebatannya dalam tim cheer leader sekolah. sampai sekarang pun ia masih aktif mengisi acara dengan genknya yang kebanyakan teman juga tim cheer leader SMA dulu.

Lika di kenalkan saat dulu Reni dan grupnya tampil di acara festival musik di kampus 2 tahun lalu.

"Woi sini!!!" Reni dengan ceria melambai Sima dan Lika dari dalam remang dan kelap kelip lampu. suara dentuman musik dari dj pembuka sudah dari tadi di mainkan.

"Hai.....lama gak keliatan, sibuk ngapain?" Reni menarik Lika duduk, volume suara mereka auto naik untuk mengimbangi kencangnya suara musik.

"Gak ngapa-ngapain, cuman kuliah doang gua!" Lika menjawab dengan suara yang juga agak kencang

"Okay...well have fun ya, gua nampil malam ini sama yang lain" Reni berdiri mengikuti beberapa temannya yang juga tadi duduk di sini

"Oh? okay...." Lika duduk, sementara Sima dari tadi sudah menghilang di antara kerumunan pengunjung yang kian memadati club. Lika sudah hafal kelakuan Sima jadi ia santai saja

Lika menikmati suasana sambil minum, minuman yang sudah di pesan oleh Reni untuk meja mereka.

"hai.... sendirian?" suara dari belakang Lika mengejutkan.

posisi kursi Lika dan kursi untuk meja lainnya saling membelakangi, dan cowok ini menemukan Lika sendirian saat kebetulan duduk menyamping.

"Oh? no...gua sama teman" Lika tersenyum tidak terlalu acuh.

di cowok malah berdiri dan pindah ke sebelah Lika.

"Gua temanin boleh?" tanya cowok yang perawakannya tinggi dan lebih ke wajah western, keturunan luar mungkin, pikir Lika.

Lika hanya tersenyum sopan.

"Nama gua Ryan, elu?" si cowok bernama Ryan mengulurkan untuk berjabat tangan

"Gua Lika"

mereka berjabat tangan

"Gak turun? dance?" selalu Ryan yang bertanya duluan

"Gua di sini aja" Lika tertawa lalu meneguk lagi minumannya, Lika bisa ngerasain si cowok tipe yang agresif namun belum ke tahap kurang ajar, so Lika masih baik-baik saja.

"Gak hobby clubbing ya?" tanyanya lagi untuk kesekian kalinya

Lika hanya tersenyum, berharap Ryan segera pergi jika tak di ledeni.

"Lagi gak pengen di ganggu ya? aku pikir kamu kesepian tadi, that's why gua niat nemanin" kalimat Ryan kali ini terdengar tulus

"Gua gak apa-apa sendirian kok, maaf gua bikin lu tersinggung" Lika juga berucap tulus, ia melihat Ryan tidak ada niat untuk mencari kesempatan dalam kesempitan dan seorang bisa saja mempunyai pemikiran yang sama seperti yang Ryan pikirkan saat melihat seorang gadis sendirian di tempat hiburan malam.

"No that's fine...gua yang minta maaf udah ganggu elu. haha...." Ryan tertawa renyah, barisan gigi putihnya terlihat dan Lika baru sadar kalau Ryan ini keren dan juga ganteng, tampilan Ryan lebih mirip para eksekutif muda keren yang baru keluar kantor untuk menikmati kehidupan malam.

"Heh! lu Lika kan?" seorang perempuan hampir menabrak Lika jika tidak di tahan temannya dari belakang, perempuan ini dalam keadaan mabuk.

Ryan yang duduk di sebelah Lika memperhatikan baik-baik wajah perempuan yang mabuk ini, tertutupi sebagian wajahnya karena rambut panjangnya menjuntai ke depan membuat Ryan harus melihat agak lama untuk mengenalinya

"Manda?! eh Mand ini elu kan?" Ryan berdiri setelah merasa jelas dengan identitas perempuan di depannya ini

"Ryan?!! hei dasar wanita murahan! gak cuma Yama di embat! teman baiknya juga lu embat!!!" Manda mengayunkan tangan ke wajah Lika

PLAKKK!!!!

sebuah tamparan mendarat keras di wajah Lika, belum hilang rasa kaget oleh tamparan tiba-tiba itu kini Lika merasakan rambutnya di jambak dan di tarik oleh Manda.

"Eh Mand lu gak boleh gini...hey!" Ryan menangkap tangan Manda dan mendorongnya di bantu teman Manda dua orang di belakang yang juga dari tadi hendak menghentikannya.

"Eh kenapa gaduh di sini? hey!!! Lik lu gak apa-apa?" Sima dari kerumunan lantai dansa melihat temannya sudah berantakan. "Lu apain teman gua hah?!" ia hendak memukul balik Manda namun Lika menahannya

"Dia mabuk Sim, jangan di lawan" Lika berdiri, tangan kirinya masih memegang pipi kirinya yang di serang tiba-tiba oleh Manda tadi.

"Maafin dia guys....maaf dia lepas kontrol" seorang temannya yang meminta maaf sementara yang satunya membawa Manda pergi dengan paksaan

beberapa menit

Lika tak bicara, ia berjalan keluar di ikuti Ryan dan Simayati.

Pikiran Lika sekarang adalah Yama, dia merasa sangat marah, kesal dan speechless. ucapannya kemarin tentang bisa saja suatu hari ada mantan Yama yang akan melabraknya dan itu ternyata kejadian malam ini.

"tunggu bentar...." Ryan menahan bahu Lika di parkiran basement, Simayati sedikit tertinggal di belakang sana oleh sepatu hak tingginya

Lika berhenti tapi tidak menjawab.

"Lu kenal Manda? kok tadi Manda nyebut nama Yama juga? elu pacaran sama Yama maksudnya?" Ryan membuat tebakan dari hal yang ia dengar tadi

"....." tak ada jawaban, hanya nafas Lika lebih cepat, emosi seakan ingin meluap keluar, ia mencoba menahan emosi dengan tidak berbicara

"Okay, lu tenangin diri lu dulu aja" Ryan berdiri di depan Lika, Ryan melihat bekas telapak tangan Manda menyisakan bekas merah di pipi kiri Lika.

Lika mengatur nafasnya sambil memejamkan matanya, menarik nafas dan membuang nafas pelan.

terdengar suara hak tinggi Sima datang, ia langsung mendekap Lika ke dalam pelukannya

"Elu gak kenapa-napa kan? duhhh sayang aku...jahat banget tu cewek, asli " Sima terlihat hendak menangis melihat Lika tersakiti

Ryan masih berdiri dengan mereka, Ryan merasa ada yang salah di sini. Tentu saja selain Lika yang di sakiti fisik oleh Manda, ada juga hal lainnya yang membuat Ryan merasa bertanggung jawab untuk meluruskan persoalan.

"Kita cari tempat ngobrol yang nyaman ya" Ryan berkata

"Lu siapa? kenapa dari tadi ngikutin Lika?" Sima kini menatap Ryan dari ujung sepatu hingga ujung rambut

"Gua temannya Yama..."

"Yama lagi Yama lagi.... kenapa semua gadis ini berhubungan dengan Yama, gak di mall lah klab lah....ada aja yang datang atas nama Yama" gerutu Sima

"Udah....kita balik aja" Lika sudah merasa baikan

"No....tar gak bakal kelar urusannya kalo di biarin, oke gini aja....lu bawa kendaraan gak? gua bisa numpang?" Ryan mencoba solusi lain supaya bisa bicara dengan Lika

"Gua yang bawa mobil" jawab Sima

"Okay.... boleh gak kita cari tempat dekat sini buat ngobrol? bentar gua ambil barang gua" Ryan berlari kearah mobil paling ujung dan kembali dengan tas kecil

Mereka menuju sebuah kafe yang nyaman dan enak untuk ngobrol. mendapat tempat duduk di luar ruangan terbuka dan sepi yang juga nyaman Ryan mulai bertanya dengan lebih sopan

"Sorry gua ikut campur tapi gua ngerasa ikut andil meluruskan masalah ini.... yang gua tau Manda itu mantan Yama, udah putus 2 tahunan... dan tadi entah kenapa dia langsung nyerang Lika tiba-tiba sambil nyebutin Lika dengan yang enggak-enggak"

"Gua ikut nyimak ya Lika, gua juga kaget karena gak tahu asal masalah" Sima menolehkan kepalanya melihat Lika

Lika terdiam, ia tidak tahu harus memulai dari mana menjelaskan permasalahannya. mungkin dari awal Yama berdusta tentang Lika adalah pacarannya. tapi banyak cerita yang di awalnya harus di beritahu sebelum tiba di titik Yama berdusta itu.

"bro...." panggilan yang terdengar akrab di telinga Ryan membuat mereka bertiga menoleh, ini adalah Yama dengan celana santai Nike dan tank top rumahan lengkap dengan sendal Nike, jelas sekali bahwa ia datang dari rumah dengan tergesa-gesa.

Yama duduk di sebelah Ryan tepat juga di hadapan Lika.

"lu cerita ke kita kenapa Manda bisa nyerang Lika?gak usah tanya gua kenapa bisa kenal Lika dari mana, lu duluan cerita" Ryan menginterogasi Yama.

"Gua bilang ke Manda kalau gua pacaran sama Lika....gua gak nyangka si Manda bakal gini" Yama mengigit bibirnya melihat pipi Lika merah

tahu ia sedang di tatap, Lika menempelkan minuman dinginnya ke pipi untuk menutup bekas merah cap tangan Manda.

"okay jadi Manda ngirain lu berdua pacaran trus tadi dia liat gua lagi duduk sama Lika di klab dan berpikir kalau Lika juga gebetan gua, okay that's make sense now..." Ryan ulai mengerti

"make sense yang mananya?" giliran Sima bersuara "Ini gimana caranya lu bisa ngaku-ngaku kalau Lika tu pacar elu? sejak kapan lu berdua seakrab itu?" Sima yang lebih tahu hubungan mereka masih merasa janggal

"Tar gua ceritain ke elu ya Sim, gua minta maaf banget...trus bro urusan Manda gua serahin ke elu ya" Yama minta maaf ke arah Sima.

"Ini ni yang gua gak suka, kenapa gak bisa sekarang coba ceritanya?" Sima masih bersikukuh

"janji tar gua ceritain detailnya...Lika, gua mau ngobrol boleh ya" suara bersalah Yama masih terdengar

"okay...lu berdua boleh ngobrol baik-baik ya, Cuy...antarin gua balik ngambil mobil gua ya" Ryan menendang kaki Sima, isyarat untuk meninggalkan Yama dan Lika berduaan saja.

"Lu antarin dia pulang rumah gua, awas kalau lu macam-macam!" Sima masih sempat-sempatnya mengancam walau tangannya di tarik Ryan untuk pergi.

hening untuk beberapa waktu, Lika tidak mau melihat wajah Yama dan Yama hanya menunduk, lalu berkata

"Kali ini gua tahu gua yang salah"