warning : R18+
Lika menghela nafas sekali lagi, memainkan buku yang sedari tadi ia pegang.
"Gua minta maaf soal yang kemarin" Yama mengubah arah duduknya menghadap Lika.
"iya gua maafin.... sebenarnya gua juga gak terlalu bermasalah Yam, gak enakan aja gua" Lika menyelipkan ke belakang telinganya seuntai rambutnya yang jatuh ke keningnya
"kemarin emang teman gua yang agak ngegas kok.... btw lu sini sendirian?" mengalihkan pembicaraan
"iya sendirian.... Lu bagusnya balik ke teman-teman elu deh sebelum di cariin" Lika menoleh lagi ke teman Yama yang masih terlihat menikmati santai mereka.
Yama merasa sama seperti Lika, sejak tahun pertama mereka di kelas yang sama, Lika tidak pernah terlalu dekat dengan siapapun selain Simayati. dia selalu terlihat sibuk dengan smartphonenya dan tidak terlalu vocal jika ada diskusi, tapi Lika termasuk yang selalu bahagia nilainya di kelas.
"Eh... lu masih lama gak?" tanya Yama
"kenapa?" balik bertanya Lika
"kemarin gua di suruh cek lagi ke dokter mama, lu nemanin gua mau ya"
tumben banget Yama seperti ini pikir Lika, Lika tahu Yama tipe yang perhatian tapi kan ada orang-orang tertentu juga yang mendapatkan perhatiannya, contohnya kayak perhatiannya dia ke pacarnya dulu yang dari fakultas kedokteran. satu kampus juga tahu hubungan mereka karena sama-sama idola, yang satu cantik lagi sempurna dan satunya keren tingkat dewa.
"gua mau ke tempat lain setelah ini" selalu ada alasan dari Lika untuk menolak
"kemana? gua temanin ya baru lu temanin gua cek lagi" ucapan Yama terdengar indah saat Lika membayangkan berjalan dengan cowok sekeren Yama namun yang terucap tetap penolakan
"kan ada teman elu yang bisa mem nemanin, kenapa mesti gua" mengemas tasnya Lika menghindari tatapan penuh harapan Yama
"kan masih tanggung jawab elu yang bikin gua benjol" jurus terakhir Yama adalah membuat Lika merasa bersalah
"..."
"okay ya..."
"..."
"gua ambil tas gua dulu ya, tungguin gua" Yama berlari keluar ke temannya, tampak oleh Lika dia mengambil tas nya dan menyerahkan kunci, mungkin kunci mobilnya pada temannya untuk pulang. raut wajah Hertha terlihat tidak senang, entahlah.
mata Lika beralih ke tubuh tinggi, ramping dan berotot Yama, bahkan sosok Yama dari samping pun masih terlihat sangat sempurna seperti Korean idol. tinggi badannya yang 183 cm membuat ia menonjol saat berada di manapun.
Lika berdiri dan bersiap keluar melihat Yama menuju masuk lagi
"yuk...." berlari kecil menghampiri Lika ia terlihat bersemangat
"teman lu pada gak apa-apa?"
"gak apa-apa. yuk"
mereka keluar, parkiran roda dua berada di sebelah kiri toko sedangkan parkiran mobil di sebelah kanan tersambung dengan bagian tempat terbuka untuk membaca buku yang tadi di tempati teman Yama.
memakai scooter Lika mereka menuju klinik untuk cek Yama lagi, sebenarnya sudah tidak ada apa-apa dengan Yama hanya saja mamanya memaksa untuk periksa ke dokter yang ini lagi.
selesai cek jam 5 sore setelah antrian panjang, di klinik Yama dan Lika keluar menuju scooter Linda yang terparkir rapi.
"Gua lapar...." Yama memegang perutnya yang rata
"Gua juga" Lika mengenakan helm nya
"kita makan ya"
"boleh"
di dekat daerah rumah Yama ada tempat makan yang biasa selalu ia datangi dan ke situlah ia mengajak Lika makan.
"wuih mas Yama tumben bawa cewek?" bapak yang punya tempat makan menggoda
"iya pak.... mumpung ada yang mau di ajak" ucap Yama sekenanya
entah apa maksud Yama berkata begitu, mungkin hanya basa-basi, hanya Lika saja yang merasa wajahnya memerah karena malu.
kemana pun mereka selama sehari ini, mata orang-orang tidak berhenti mengikuti gerak gerik mereka terutama Yama, dia benar-benar pusat perhatian di manapun.
terasa sangat lama bagi Lika waktu ini berjalan karena ia merasakan tekanan dari tamu rumah makan yang seperti magnet otomatis menoleh atau melirik Yama selama mereka duduk makan.
" abis antarin gua pulang lu langsung balik?" Yama memasukkan kunci kontak starter scooter
"iya langsung balik kayaknya"
"oke... yuk naik"
Yama mengendarai dengan kecepatan sedang, mereka sudah berada di dalam perumahan rumah Yama.
Tarrrrr!!!!
suara letusan terdengar, setelah itu scooter terasa oleng. Yama berhenti untuk memeriksa ban dan benar saja tak adakah suara letusan ban belakang scooter Lika.
"yaaa.... bocor " Lika juga ikut melihat ban yang sudah kempes
"jalan kaki bentar ya.... rumah gua udah dekat kok, biar gua yang dorong" Yama menaikkan standar scooter dan mulai mendorong.
"tar gua antarin pulang, scooter lu tinggal dulu aja di rumah gua atau lu mau kita panggilin service?"
"kalau nunggu Abang service Lama gak ya?"
"biasanya tergantung sih, kadang ada yang cepat ada juga yang agak lelet. lu pakai scooter gua aja mau gak? buat scooter elu, gua yang bawa ke kampus Senin"
" ..." Lika berpikir
"terserah elu sih"
"gua coba tungguin deh Abang servicenya"
"wise choice" Yama tersenyum sendiri
tak terasa mereka sudah berada di depan pagar rumah Yama, rumah yang besar dan terlihat rapi dan bersih, ada dua mobil terparkir dalam garasi dan juga dua scooter lagi.
"gua telpon service ya, silahkan duduk" menekan cepat screen smartphonenya Yama mengubungi service terdekat, sedikit menjauh dari Lika yang duduk di kursi depan teras.
"udah gua telpon, di suruh nunggu bentar.... masuk aja dulu" Yama membuka pintu rumah, mempersilahkan Lika masuk
"lu sendirian?"
"mbak yang biasa di rumah lagi balik ke rumahnya, anaknya sakit jadi datang kalau siang aja..... mau minum?"
"gua mau ke toilet dong"
"sini gua antarin" Yama berjalan mendahului Lika, usai menunjukkan letak toilet, Yama kembali ke depan menunggu tukang service datang
sementara di toilet, Lika termenung.
"hampir empat tahun lebih satu kelas baru kali ini gua nyampe rumah Yama, anak tunggal tapi gak manja" selesaikan urusan di toilet Lika keluar
"Manda, lu gak boleh gini" suara Yama terdengar berbarengan suara gaduh dari ruang tamu
"Gua belum terima lu putusin Yam, apa sih kurangnya gua Yam?" suara gadis yang di panggil Manda terdengar tidak stabil, mungkin mabuk
langkah Lika terhenti di sudut, ia tidak ingin terlihat apalagi ikut campur urusan pribadi mereka.
"kenapa sih gua apes banget kalau lagi sama ni orang" batin Lika, ia memilih untuk duduk meringkuk di sudut tak terlihat ini.
"Man...kamu mabuk?"
"Iya gua mabuk, dan Gua kangen elu"
terdengar lagi suara gaduh dari arah Yama dan Manda.
Lika memainkan smartphonenya selagi menunggu keadaan aman.
Bruk....Brukk!!!
tapp....tapp....
kali ini langkah kaki tidak teratur bergerak, posisi Lika yang tadi tidak terlihat sekarang bisa terlihat karena Manda mendorong tubuh Yama mundur, Yama yang tidak siap dengan pergerakan tiba-tiba Manda terdorong ke belakang terjepit antara Manda dan meja untuk meletakkan aksesoris vas bunga kecil.
andai saja Manda tidak terlalu fokus menciumi bibir Yama dan meraba tubuh atletis Yama, dengan sedikit menoleh ke kanan saja ia pasti bisa melihat Lika duduk meringkuk.
Lika menyaksikan Yama di gerayangi dan di lumat bibirnya oleh Manda dengan takjub, ini seperti adegan pemaksaan bercumbu dalam pilem-pilem barat yang pernah di tonton.
Yama terlihat menolak tubuh Manda, tangan Manda tetap menarik kuat leher dan rambut Yama selagi mencium bibirnya. jika Yama mengunakan kekuatan sedikit lebih banyak untuk mendorong Manda, bisa jadi Manda akan kesakitan.
tangan Manda yang tadi hanya di badan Yama berpindah cepat ke kancing celana Yama.
"Mand...jangan gini Mand" Yama bisa melihat Lika yang pelan-pelan merangkak untuk mencari persembunyian baru agar tak terlihat, Yama merasa bersalah kepada Lika.
tidak sedikitpun Manda mendengarkan kata-kata Yama. baju Yama sudah kusut karena tarikan dan gesekan tubuh Manda, bahkan kini tangannya mulai buru-buru membuka kancing celana Yama.
"Manda!" Yama menangkap tangan Manda dengan agak keras membuatnya berhenti
"Yam... please, Gua belom bisa move on dari elu..." Manda mulai menangis
"Mand.... lu harus berhenti nyiksa diri lu sendiri gini, gua juga capek kalau tiap mabuk lu terus menerus ke rumah gua..."
"kenapa sih Yam.... iya gua salah udah duain elu tapi gua gak benar-benar suka sama dia Yam, Gua cuma main-main aja"
"gua telpon taksi buat antar lu pulang ya" nada suara Yama masih tetap tenang
"gak mau.... gua mau di sini aja" Manda menggelayut manja pada Yama.
Lika sudah berpindah tempat dari sudut ke belakang meja makan besar yang cukup untuk menyembunyikannya. perkataan Manda barusan membuat Lika stress
"Gimana caranya gua pulang kalau dia nginapnya di sini" Lika mengumam, memonyongkan bibirnya tanda agak kesal.
"Lu gak bisa di sini" Yama berserta Manda yang masih bergelayut padanya melangkah mendekati persembunyian Lika, tampak Yama punya rencana
Lika menunduk, mendekap kepalanya di antara ringkukan kakinya.
"kenapa gak bisa?"
"karena ada dia" Yama menunjuk Lika yang tampak seperti orang di kepergok di belakang meja.
Manda melepas pelan tangannya dari lengan Yama dan melihat kearah yang di tunjuk Yama. sangat jelas sekali ia kaget melihat Lika di sana
"Dia siapa? pembantu?" tanya Manda seketika matanya terang
"He he.... Gua tem..." Lika membuka mulutnya berbicara namun terpotong oleh sahutan Yama
"Dia pacar gua yang baru, namanya Lika" Yama berdiri di samping Lika, menarik tangan Lika supaya berdiri
"pacar elu yang baru? terus kenapa dia di situ?" Manda memandangi Lika dari ujung kaki sampai ujung rambut
"Dia hobi main petak umpet, sekarang lu udah boleh pulang ya.... kesian pacar gua" Yama menambahi
Gepp!!!
Lika dengan kuat mencubit pinggang Yama dari belakang.
"Aaawww!!....tu kan lu liat dia ganas kalau lagi marah" Yama semakin menjadi, ia tahu Lika kesal padanya
Raut wajah Manda berubah kesal melihat Yama tampak dekat dengan gadis ini.
"gua benci sama elu!!" Manda menghentak kakinya lalu keluar dengan kesal
"gua juga kesel sama elu!!" Lika melotot pada Yama
"maaf.... gua terpaksa pakai elu, maaf ya" Yama menyatukan tangannya memohon maaf
tapi Lika hanya berlalu
"next time kalau gua tiba-tiba di gampar cewek di pas gua lagi jalan, gua bakal salahin elu" Lika mengambil tasnya dan keluar rumah
"Eiii.... iya lu boleh salahin gua. tapi masih teman kan?" Yama berjalan mengikuti Lika
"teman pala lu teman! gua mau balik" Lika terus berjalan arah luar pagar
"Eh kok gitu? gak jadi nungguin scooter lu?" Yama tetap santai berjalan di samping Lika, yang Yama tahu Lika ini tidak bisa terlalu lama marah pada temannya, itu yang Simayati pernah bilang padanya
"....." Lika berhenti, mengeluarkan telpon untuk menelpon taksi online
"maafin dong.... gua yang salah" Yama merebut smartphone Lika
"...!!!"
"bentar.... tunggu bentar!!" Yama berlari masuk ke dalam rumah dan keluar lagi tergesa-gesa. ia mengunci pintu rumah, masuk ke dalam salah satu mobil, keluar dari pagar ia meninggalkan mobil dalam keadaan hidup dan pintu terbuka
Lika masih melihatnya berlari ke sana kemari
"ayuk" Yama menarik tangan Lika keluar pagar karena ia akan menutup pagar, setelah selesai menutup pagar ia membuka pintu mobil untuk Lika
"gua antarin pulang" ucapnya kemudian
Lika hanya berdiri mematung, dalam hati Lika ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran cepat Yama
"udah masuk" mendorong pelan Lika hingga masuk terduduk lalu menutup pintu mobil. Yama berlari kecil untuk juga masuk dan menjalankan mobil.
5 menit pertama mobil berjalan dan mulai keluar dari perumahan, Yama terlihat ragu
"Lika.... gua gak tahu alamat rumah elu"