Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga menuju lantai bawah, langkah kaki itu terdengar sangat terburu-buru melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.30, dimana pemilik langkah kaki tersebut menjalani kegiatan rutinnya yaitu bersekolah sebelum terlambat.
Sesampainya dilantai bawah ia harus melihat keluarga yang sangat di bencinya. Disana terdapat Ayah, Ibu ah ia tidak mau menyebut wanita tua genit itu sebagai ibunya.
Sungguh ia sangat muak dengan keluarganya entah karena apa, netranya menatap tajam ketika melihat wanita tua itu menghampirinya dengan senyuman.
Wanita tua itu adalah Yoon TaeHi, beliau adalah seorang wanita yang dinikahi oleh Choi Siwun 6 tahun yang lalu.
TaeHi sebenarnya bukan wanita tua seperti yang pemilik langkah kaki tadi sebutkan. Tetapi pemilik langkah kaki tadi menyebut TaeHi dengan sebutan 'wanita tua genit' yang notabene nya adalah istri dari ayahnya.
"Kau sudah bangun sayang, duduk sini ibu ambilkan sarapan untukmu" TaeHi menghampiri si pemilik langkah kaki tadi.
"Apa kau tidak lihat ini sudah jam berapa" jawabnya dengan sangat datar dan dingin.
"Ah iya sekarang sudah jam setengah delapan kau pasti harus segera berangkat ke sekolah, apa perlu ibu siapkan bekal untuk kau bawa ke sekolah?" TaeHi kembali ke meja makan untuk menyiapkan bekal.
"Aku berangkat" belum sampai dua langkah meninggalkan ruang makan, ucapan ayahnya terdengar sangat mengganggunya.
"Sopan lah sedikit dengan ibu mu, apa di sekolah kau tidak diajarkan sopan santun oleh gurumu" ujar ayahnya sembari menyantap makanannya tanpa melihat kearah lawan bicaranya.
"Aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai ibu ku" ucapnya sebelum pergi meninggalkan ruang tamu
"CHOI SUYEON!" teriakan ayahnya sama sekali tidak dihiraukan, ia sudah terbiasa mendengar teriakan ayahnya jika menyangkut wanita tua genit itu.
Ya, pemilik langkah kaki tersebut adalah Choi Suyeon atau bisa di panggil Kim Suyeon, entah apa dia tidak pernah menggunakan marga Choi milik ayahnya.
Gadis berusia 17 tahun itu duduk di kelas dua Senior High School (SHS).
Suyeon sangat terlihat cantik menggunakan jas almamater berwarna hitam pekat dengan warna abu-abu di setiap sisi jasnya. Penampilannya semakin antas dipadukan dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai dan dengan riasan wajah khas gadis 17 tahun.
Dipagi yang sama seorang laki-laki keluar kamar sambil menenteng sepatu di tangannya menuju dapur dimana ibunya berada. Di sana ibunya sedang berkutat di dapur ,tangannya tampak lihai saat memasak.
"Pagi bu" sapa anak laki-laki tadi yang duduk disalah satu kursi di meja makan sambil memakai sepatunya.
"Pagi nak, berangkat pagi lagi?" tanya ibunya.
"Iya bu, takut kesiangan seperti kemarin dan aku bisa ketinggalan bus hehe" laki-laki tadi tersenyum memperlihatkan sederet gigi rapih nya, ketika ibunya berjalan kearahnya.
"Lain kali jangan belajar sampai larut malam sayang ibu tidak mau kau kelelahan dan mimisan seperti minggu lalu" dia tersenyum ketika ibunya mengusap rambut hitamnya.
"Maafkan ibu ya, ibu belum bisa membelikanmu sepeda untuk berangkat ke sekolah"
"Ah ibu mulai lagi, aku tidak papa kok bu. Aku bisa sampai sekolah dengan selamat saja sudah senang" Ibu nya hanya bisa mengangguk.
Untung saja ia mempunyai anak yang sangat mengerti keadaannya yang bisa dibilang jauh dari kata berkecukupan.
Namun anaknya itu terlihat sangat mensyukuri apa yang ia punyai sekarang, tanpa menuntut apapun padanya.
"Yasudah sekarang kau sarapan, dan ibu akan menyiapkan bekal untuk kau bawa ke sekolah" laki-laki itu mengangguk dan tersenyum menampilkan mata bulan sabitnya yang menjadikan senyumannya sangat manis.
"Oh iya baek, sepulang sekolah bisakah kau menggantikan ibu menjaga kios. Ibu ada pesanan yang harus diantar ke pembeli" ucap sang ibu sambil menata bekal makan siang untuknya
"Bisa bu, nanti aku langsung ke kios sepulang sekolah" dia melanjutkan sarapannya.
Setelah menghabiskan makannya ia mengambil tas yang tadi di taruhnya di kursi sebelah tempat duduknya dan menuju ke belakang rumah untuk pamit dengan ibunya.
"Ibu, Baekyeon berangkat" teriak Baekyeon karna tidak melihat ibunya dimana pun.
Laki-laki tadi adalah Koo Baekyeon, anak dari Han Sena dan Koo Jumyeon. Ia berumur 17 tahun, di usianya kini dia hanya tinggal bersama ibunya.
Ia anak laki-laki yang sangat pintar dan juga cerdas terbukti di kamarnya terdapat banyak sekali piala keberhasilannya dalam mengikuti beberapa perlombaan di sekolahnya.
"Baekyeon-a kau melupakan nametagmu" ucap Sena memasangkan nametag di almamater milik anaknya.
Terlihat jelas di dada sebelah kanan Baekhyun terdapat nametag bertuliskan "Koo Baekyeon" , disana terletak marga milik mendiang ayah tercintanya yang sudah meninggal 7 tahun yang lalu.
"Lain kali jangan ceroboh, kamu bisa di hukum kalau sampai tidak memakai nametagmu ini" ibunya mengusap nametag Baekyeon yang terdapat sedikit berdebu.
"Terimakasih bu, lain kali aku tidak akan ceroboh lagi. Kalau begitu aku berangkat ya"
"Berhati-hatilah"
"Hm" Baekyeon berjalan keluar rumah dengan semangatnya.
Setelah kepergian Baekyeon membuat Han Sena meneteskan air mata, dia teringkat akan mendiang suaminya ketika melihat nametag milik anaknya tadi.
Disana nama anaknya sangat pantas di padukan dengan marga milik mendiang suaminya. Koo Jumyeon.
Kilasan masalalu kembali terlihat dimana suaminya Koo Jumyeon meninggal dengan kedaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Suaminya itu meninggal dalam keadaan mengenaskan, suaminya di kabarkan terlibat kasus penjualan barang terlarang dengan beberapa pengusaha di berbagai Negara.
Setahunya, Koo Jumyeon adalah sosok ayah yang sangat baik dimata anaknya, beliau juga sangat mencintai keluarganya.
Orang seperti Koo Jumyeon adalah tipe orang yang sangat patuh dengan peraturan di negaranya, tidak mungkin suaminya itu menjual barang yang dilarang oleh negara.
Namun pernyataan Choi Siwun selaku sekretaris dan sahabat suaminya itu membuat Han Sena yakin bahwa suaminya sudah sangat jauh melakukan kesalahan.
Kepergian Jumyeon membuat Sena harus kehilangan semua aset berharga yang pernah ia milikinya sebelumnya seperti, rumah, mobil, perusahaan dan lain sebagainya.
Namun, diantara semua aset berharga yang hilang tersebut Sena sangat bersyukur masih bisa hidup bersama Baekyeon anak semata wayangnya dengan Koo Jumyeon.
Hidupnya seakan berubah 180 derajat dari kehidupan yang sangat berada sampai kehidupan yang bisa dikatakan jauh dari kata berada.
Sena dan Baekyeon di usir oleh warga setempat karna dinilai ikut dalam bisnis gelap Koo Jumyeon.
Alhasil disinilah meraka, di salah satu kota besar setelah beberapa tahun berpindah-pindah tempat tinggal dan beberapa kali diusir oleh warga karena mereka keluarga dari Koo Jumyeon. Si pengedar narkoba dan penjualan orang ke berbagai negara.
Itulah berita yang beredar saat itu, mengakibatkan Sena dan Baekyeon diusir dari tempat tinggalnya.
Sudah dua tahun ini hidupnya lebih baik dari sebelumnya, atas kerja keras dan kegigihannya dalam bekerja akhirnya dia bisa membuka kios buah yang sangat ramai pembeli setiap harinya dan Sena kini sudah memiliki 2 karyawan di kedainya.
Setelah cukup lama mengenang masa lalu suramnya Sena menghapus air matanya dan bersiap untuk pergi ke kios buahnya.
"Berangkat sekarang Nona?" pria tua berseragam itu membukakan pintu mobil untuk Suyeon, tanpa jawaban Suyeon langsung masuk kedalam mobil.
Pria tua itu bernama Lee Wujin, supir pribadi keluarga Choi Siwun Ayah dari Choi Suyeon atau Kim Suyeon. Beliau sudah bekerja di keluarga Choi sejak Suyeon kecil.
Selama perjalanan tidak ada obrolan apapun antara supir dan anak majikannya.
Namun ketika berhenti di lampu merah Suyeon tak sengaja melihat anak kecil yang sedang mengamen dijalan dan ada juga yang mengemis, hati Suyeon tergerak untuk memberi mereka sedikit rejeki.
to be continue...