"Huft akhirnya aku tidak telat" Baekyeon memasuki kelasnya yang masih terlihat kosong.
Jelas saja masih kosong teman-temannya mungkin masih tidur dirumah mengingat ini masih jam 7 pagi dimana jam 8 kegiatan belajar mengajar baru akan dimulai.
Baekyeon duduk di kursi barisan pertama di depan guru, wajar saja karena ia adalah salah satu murid paling pintar di sekolah ini.
Bisa dibilang ia jauh dari kata berada tapi kenapa Baekyeon diterima disekolah ini? Apalagi kalau bukan karena beasiswa.
Maka dari itu Baekyeon tidak akan menyia-nyiakan beasiswa yang sudah dia dapat dengan susah payah.
Sambil menunggu pelajaran di mulai Baekyeon mengambil kacamatanya yang sengaja dia tinggal di loker nya.
Baekyeon merasa nyaman memakai kacamata yang sekarang bertengger di hidung bangirnya, kacamata ini ia temukan di dalam lokernya bersama seragam yang entah milik siapa.
Netranya kini menatap bahagia ke seragam yang ia kenakan saat ini, terlihat bersih dan baru.
Senyumnya semakin merekah ketika mengingat kejadian yang membuatnya harus kehilangan kacamata kesayangannya.
Kenapa Baekyeon bisa tersenyum disaat barangnya hilang?
"Aku yakin, kacamata dan seragam ini untukku. Jika bukan untukku kenapa ukurannya bisa pas sekali di tubuhku, ini pasti pemberian dari Suyeon" gumam Baekyeon sambil menutup kembali lokernya.
Kenapa Baekyeon mengira jika kedua barang itu dari Suyeon? Apa yang terjadi.
Setelah mengambil kaca matanya, Baekyeon memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Perlu kalian ketahui bahwa Baekyeon sampai sekarang tidak memiliki banyak teman melainkan Daejong, Daejong sama dengan Baekyeon karena sama-sama murid penerima beasiswa. Namun keadaan Daejong lebih baik dari Baekyeon dari sisi keuangan.
Baekyeon masuk ke perpustakaan dan melanjutkan acara membacanya. Setelah lama berkutat dengan bukunya Baekyeon menuju ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
Sesampainya di kelas terlihat teman-temannya sudah datang dan siap untuk belajar.
"Baekyeon-a" laki-laki berkaca mata yang duduk tepat di belakang tempat duduk Baekyeon melambaikan tangan kearahnya.
Baekyeon duduk di tempat duduknya. Laki-laki memanggilnya tadi adalah Daejong teman sekaligus sahabat Baekyeon.
"Baekyeon, apa kau sudah mengerjakan tugas yang kemarin diberikan oleh Yuri Saem?" tanya Daejong.
"Belum sempat Dae, sepertinya besok karena aku harus meminjam buku paketnya di perpustakaan. Kau tau sendiri kan aku tidak mampu untuk membelinya" Baekyeon mengambil buku untuk belajar di dalam tasnya.
"Begitu ya, aku punya bukunya. Kalau mau kau bisa meminjam buku ku besok aku bawakan ya? Kebetulan aku sudah selesai mengerjakannya" Baekyeon terlihat mempertimbangkan.
"Apakah boleh Dae?"
"Tentu boleh"
"Yasudah kalau kau mau meminjamiku buku paketnya besok tolong bawakan ya" Daejong mengangguk.
"Oh iya Baek, apa kau masih menyukai Suyeon?"
Baekyeom membekap mulut Daejong "Sssstt pelan kan suaramu Dae"
"Bagaimana kalau temen-temen yang lain mengetahuinya" Baekyeon masih setia membekap mulut Daejong.
"mmpphhh" Daejong memukul-mukul tangan Baekyeon yang masih membekap mulutnya.
Baekyeon dengan cepat melepaskan tangannya dari mulut Daejong.
"Jadi benar kau masih menyukai Suyeon?" tanya Daejong dengan nada lirih seperti berbisik.
Baekyeon hanya diam saja tanpa berniat menjawab pertanyaan temannya itu.
"Alah mengaku saja bung" Daejong menyenggol lengan Baekhyun berniat menggoda.
"Setelah kejadian kemarin, kau masih menyukainya?" setlah mendengar perkataan Daejong membuat Baekyeon termenung mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana ia membuat Suyeon sangat marah.
Flashback
Baekyeon sedang berjalan di koridor selepasnya dari perpustakaan, tangan kanannya sibuk menata buku yang ia bawa karna sedikit berantakan sampai dirinya tidak sabar menabrak tubuh seseorang.
Tubuh bagian atasnya basah karena tersiram air minum yang dibawa oleh orang yang baru saja di tabrak olehnya secara tidak sengaja.
Dengan perasaan takut Baekyeon menengadahkan netranya untuk melihat siapa orang yang baru saja ia ttabrak itu
Betapa senangnya Baekyeon karena yang orang yang ia tabrak itu adalah Choi Suyeon, orang yang selalu ia kagumi segala apa saja yang gadis itu lakukan.
Namun rasa senangnya tidak bertahan lama, karena ia mengingat bahwa dirinya baru saja menabrak gadis cantik itu, dan minuman yang dibawa Suyeon akhirnya tumpah.
Kini perasaan Baekyeon berada diantara takut dan gugup, Baekyeon sangat takut Suyeon akan marah karena ia sudah membuat minuman yang dibawa gadis itu tumpah.
Dan Baekyeon merasa gugup karena ia bisa menatap Suyeon dengan jarak yang sangat dekat, mengingat selama ini Baekyeon hanya bisa mengagumi kecantikan Suyeon dari jauh.
Mereka memang satu kelas, tapi jarak diantara mereka sangat terbentang jauh.
"Hei kau kalau jalan gunakan matamu!" bentakan Suyeon membuat Baekyeon tersentak dan sadar ke kehidupan nyatanya setelah lama melamun.
"M-maaf" Baekyeom menatap mata bulat tegas milik Suyeon.
"Kau berani menatapku?!" Baekyeon menjatuhkan tatapannya kelantai sekolah.
"Dasar culun" entah kenapa hinaan Suyeon terdengar seperti angin segar untuk Baekyeon.
HEI sadar Baekyeon, kau di bilang culun dan kau malah tersenyum!
"Hei! Aku sedang bicara denganmu" Baekyeon menatap Suyeon lagi.
"M-maaf, s-suyeon-ssi aku benar-benar tidak sengaja sungguh"
"Mck" Baekyeon bisa melihat Suyeon melipat kedua tangan didada sambil menatapnya tajam.
"A-apakah aku perlu menggganti minuman mu?" Suyeon bersmirk melihat Baekyeon yang menatapnya dengan tatapan memohon untuk dimaafkan.
"Berlututlah" Baekyeon hanya menurut mendengar perintah dari Suyeon.
Tidak lama kemudian Baekyeon merasa air dingin berbau jeruk itu mengguyur kepalanya sepertinya Suyeon menyiram minumannya itu ke kepala Baekyeon.
Memang benar bahwa air itu dari Suyeon, dia menyiramkan air sisa minumannya tadi ke kepala Baekyeon yang sedang berlutut di bawahnya.
Teman-temannya berkumpul mengelilingi Baekyeon dan Suyeon lalu melihat betapa hina nya seorang Koo Baekyeon.
"Suyeon-a..Baekyeon kau tidak apa-apa?" Tanya Kim Sejung sahabat Suyeon.
"Hei culun! Kau sudah membuat moodku pagi ini menjadi sangat buruk" Suyeon melempar gelas plastik bekas minuman ke arah Baekyeon yang masih setia berlutut.
"M-maaf Suyeon-ssi" Suyeon membuang buku yang dibawa Baekyeon dan melepas paksa kacamata yang sedang Baekyeon pakai lalu menginjaknya sampai hancur.
"Suyeon-a jangan" Im Tera sahabat Suyeon menahan tangan sahabatnya itu untuk memperingatkan Suyeon, supaya gadis itu tidak berkelakuan diluar batas dan mencoba meredam emosi dari sahabatnya itu.
Baekyeon menatap nanar kacamatanya yang sudah hancur menjadi 3 bagian.
"Aku paling tidak suka ada orang yang mengganggu ketenanganku. Dan kau berani sekali mengganggu jalanku! Itu akibatnya jika kau berani mengganggu Kim Suyeon" Suyeon menatap kearah teman-temannya pergi meninggalkan Baekyeon bersama kedua temannya.
"Baekyeon-a maafkan Suyeon ya" ucap kedua sahabat Suyeon itu lalu mereka berjalan menyusul Suyeon yang sudah berjalan mendului mereka.
Merasa tontonan sudah selesai teman-teman Baekyeon yang tadi berkumpul dan mengelilinginya bubar dengan sendirinya.
Apa Baekyeon baru saja menjadi tontonan untuk teman-temannya?
Baekyeon tersenyum miris melihat punggung Suyeon yang sudah menghilang di balik pintu kelasnya, ada sedikit perasaan senang yang menjalar di hatinya karna Baekyeon bisa melihat wajah Suyeon dengan jarak yang sangat dekat.
Baekyeon gila!
Flashback off
"Aku takut dengan Suyeon Baek, tapi aku heran besoknya di lokermu ada seragam dan juga kacamata baru. Kedua barang itu dari siapa ya Baek?" Daejong menatap Baekyeon seakan bertanya.
"Aku juga tidak tau Dae, apa mungkin itu dari Suyeon?" Baekyeon menatap balik Daejong.
Dan lihatlah mereka sedang pandang-pandangan sekarang haha.
"Ah mengarang kau Baek, tidak mungkin jika kedua barang itu dari Suyeon".
Pelajaran di mulai namun fokus Baekyeon tidak tertuju pada materi yang tengah diberikan oleh gurunya melainkan ke arah bangku milik Kim Suyeon.
Bangku yang terletak di barisan paling belakang dekat jendela kelas itu nampak kosong menandakan bahwa pemilik bangku tersebut tidak masuk hari ini.
Baekyeon mencoba menduga kira-kira kemana perginya Suyeon, tapi lagi-lagi Baekyeon tersadar dengan posisinya. Mereka tidak sedekat itu untuk Baekyeon boleh mengkhawatirkan Suyeon.
Baekyeon mencoba fokus pada materi yang sedang dibahas oleh gurunya, namun sesekali netranya melirik ke arah bangku Suyeon lagi.
"Baekyeon, apa kamu bisa menjawab pertanyaan yang saya tulis di papan mengenai limit fungsi?"
"Bisa saem"
"Kalau begitu tulis jawaban kamu di depan dan kalian perhatikan bagaimana cara Baekyeon mengerjakan rumusnya" Lim saem kembali duduk setelah memberikan spidol yang digunakannya untuk menulis tadi pada Baekyeon.
"Baik saem" semua teman-teman sekelas Baekyeon memperhatikan Baekyeon yang mulai mengerjakan soal yang di berikan oleh gurunya di papan tulis.
"Semuanya sudah nona, apakah kita bisa ke sekolah sekarang?" Suyeon mengangguk mengiyakan.
"Hati nona sangat baik dan lembut, paman sangat tahu itu" ucap paman Lee sambil mengemudi mobil BMW keluaran terbaru itu.
Setelah lama tidak mendengar sahutan dari nona mudanya paman Lee tetap tersenyum mengingat perbuatan manis yang tadi gadis itu lakukan.
"Sudah sampai nona" paman Lee memberhentikan mobil persis di depan gerbang sekolah Suyeon.
"Jangan mengatakan apa pun pada si wanita tua itu" ucap Suyeon sambil keluar dari mobil BMW milik ayahnya.
Dapat ia lihat bahwa suasana di sekolahnya sudah sepi itu menandakan jika kegiatan belajar mengajar sudah berjalan, mengingat ini sudah pukul 8 lebih 15 menit.
Suyeon berjalan dengan santainya ketika melewati beberapa kelas yang sudah memulai pembelajaran.
Gadis cantik itu sama sekali tidak merasa jika langkah kakinya menjadi pusat perhatian ketika dirinya melewati setiap kelas.
"Haishh ini mata pelajaran guru killer itu" gumam Suyeon ketika melihat kearah pintu kelasnya yang sudah tertup rapat, menandakan bahwa pelajaran sudah dimulai.
Dengan langkah ringan Suyeon membuka pintu kelasnya dengan kasar dan tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Ketika Baekyeon sedang menulis jawaban nya di papan tulis kegiatannya harus terhenti karena seseorang membuka pintu kelas nya tanpa permisi dan orang itu adalah...
to be continue...