Chereads / Destiny a Love / Chapter 8 - BAB 8 : Baekyeon menyesal

Chapter 8 - BAB 8 : Baekyeon menyesal

Sean mengusap kening Suyeon yang tengah berbaring "Tidurlah, aku disini sampai kau tidur"

"Kenapa kau tidak tidur?" tanya Sean ketika melihat Suyeon yang tak kunjung memejamkan mata bulatnya, bahkan mata itu masih terbuka lebar.

Sean sangat tau keadaan Suyeon saat ini, Suyeon tidak boleh mengalaminya lagi.

Sean menggenggam tangan Suyeon "Suyeon-a semua bukan salahmu berhenti menyalahkan dirimu sendiri ini semua takdir"

"Sean..."

"Hm"

Gadis yang tadi memanggil namanya sama sekali tidak mengatakan apapun, bahkan membuat keduanya terdiam beberapa saat membuat Sean mengeryitkan alisnya.

"Kau ingin menangis? Menangislah" Sean memeluk tubuh gadis mungilnya, sungguh ia tidak tega melihat Suyeon seperti ini lagi.

Ia tidak ingin kenangan buruk yang pernah gadisnya itu alami terulang kembali.

Setelah lama menunggu akhirnya terdengar suara isak tangis dari seorang yang berada di dekapannya saat ini.

Sean lebih senang melihat Suyeon mengungkapkan perasaannya dengan menangis bukankah itu lebih baik daripada harus diam dan menyimpannya dalam hati.

Tok tok tok

"Suyeon-a ibu masuk ya" Taehi membuka pintu kamar milik anak gadisnya.

"Apa dia sudah tidur?" tanya Taehi sambil meletakkan segelas air di nakas samping ranjang Suyeon.

Taehi mengelus surai anak gadisnya "Apa Suyeon baru saja menangis tadi?"

"Iya, Sean rasa itu lebih baik daripada Suyeon harus memendamnya sendirian" jawab Sean.

Sean menatap ibu dari gadisnya itu "Apa tante akan terus diam tentang semua yang sebenarnya terjadi"

"Aku sedang menunggu waktu yang tepat Sean-a"

Taehi menatap wajah tampan Sean lalu ia mengusap lembut pipi Suyeon "Aku hanya ingin bersama Suyeon untuk waktu yang lama, apakah aku bisa bersamanya lagi jika dia sudah mengetahui semuanya? Aku hanya ingin bersama anakku lebih lama lagi"

"Tolong bantu aku untuk menjaganya Sean-a , aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi untuk melindungi Suyeon selain dirimu. Jangan sampai kejadian 6 tahun yang lalu terjadi lagi, aku akan sangat terluka melihatnya terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri"

Taehi mendongakkan kepalanya untuk menahan cairan bening yang siap tumpah kapan pun.

Sean menggenggam tangan Taehi yang sedang menggenggam tangan Suyeon "Sean akan selalu menjaga Suyeon tanpa tante minta sekali pun karena Sean sangat mencintai Suyeon tante"

"Terimakasih Sean-a" Sean mengangguk.

Dilain tempat seorang Koo Baekyeon sedang mengacak kamar miliknya, pikirannya sangat berkecamuk mengingat apa yang sudah ia lakukan disekolah tadi.

"Arghhh!" Baekyeon melempar barang-barangnya.

Tok tok tok

Sena berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar milik Baekyeon "Baekyeon-a apa yang kau lakukan didalam"

'Bodoh! Aku sudah melukai perasaan Suyeon"

"Baekyeon-a apa yang terjadi denganmu?" Sena menghampiri anak laki-lakinya yang sedang terduduk dilantai.

"Ayo bangun jangan duduk dilantai seperti ini, ibu belum menyalakan penghangat ruangannya nanti kau bisa sakit" Sena membantu Baekyeon untuk berdiri tapi Baekyeon menolaknya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini"

Sena baru pertama kali melihat anaknya mengamuk seperti ini.

"Apa ada masalah disekolah?" tanyanya sekali lagi.

"Ibu"

Sena menunggu anak semata wayangnya itu melanjutkan perkataannya.

"Apa aku keterlaluan?" lanjut Baekyeon.

Sena mengernyitkan dahinya, apa anaknya ini baru saja melakukan kesalahan. Pikirnya dalam hati.

"Kau melakukan kesalahan?" tanya nya pada anaknya.

Baekyeon menggangguk.

"Ceritakan pada ibu" Sena mengusap rambut anaknya itu.

Baekyeon menceritakan semua kejadian hari ini selama disekolah kepada sang ibu, tujuannya agar sang ibu bisa memberinya saran untuk dirinya tidak terus-menerus merasa bersalah dengan Suyeon.

"Kau harus meminta maaf padanya, kau tidak salah ketika membela ibumu. Tapi apa yang kau lakukan itu berlebihan Baekyeon-a, kau tidak harus menyinggung tentang keluarganya."

Baekyeon masih menunduk menyesali perbuatannya.

Sena mengusap tangan Baekyeon "Ibu sangat bangga mempunyai anak sepertimu, ibu seperti mempunyai malaikat pelindung yang siap melindungi ibu kapan saja. Tapi ibu minta jangan terlalu berlebihan, ibu tidak papa jika Suyeon menolak salad buah buatan ibu"

Sungguh Sena merasa kasihan dengan anaknya ini, baru pertama Sena melihat Baekyeon sefrustasi seperti saat ini.

Mau bagaimana pun Baekyeon memang salah karena sudah melukai hati gadis pujaannya tanpa disengaja.

"Aku harus bagaimana bu" ucap Baekyeon frustasi.

"Kau harus minta maaf pada Suyeon, jangan biarkan ini berlarut-larut. Kau mencintainya bukan? Kau tidak maukan dia lepas dari jarak pandangmu?" Baekyeon mengangguk.

"Kau harus segera meminta maaf, apapun yang akan terjadi nantinya yang terpenting kau sudah mengakui kesalahanmu dan berjanji tidak akan menyakitinya lagi" Baekyeon mengangguk lagi.

"Jika Suyeon tidak mau memaafkanku, aku akan menjauhinya Bu" putus Baekyeon.

Sena dengan cepat menggeleng dan meraih pundak anaknya "Jika kau mencintainya jangan sekali-kali kau mundur untuk mendapatkannya"

"Baekyeon-a, bisa kau antarkan buah ke alamat ini?" Sena memberikan secarik kertas bertuliskan alamat yang akan dituju pada Baekyeon.

Baekyeon mengambil secarik kertas itu dari tangan ibunya "Em tentu, kalau begitu Baekyeon berangkat"

"Hati-hati ya, jangan lupa berikan bil itu padanya"

"Siap bu" Baekhyun berjalan keluar dari dalam kios buah milik ibunya.

Tidak memakan waktu lama untuk Baekyeon sampai ditempat yang dituju,netranya seperti tidak asing dengan rumah mewah yang berada tak jauh darinya itu.

Baekyeon memeriksa alamat yang ditulis oleh ibunya sekali lagi untuk memastikan mungkin ibunya salah menulis "Apa mungkin ibu salah menulis?"

Setelah dirasa alamat itu memang benar, Baekyeon melihat kerumah mewah itu lagi "Bukankah itu rumah Suyeon"

Tentu saja Baekyeon tidak mungkin lupa akan rumah gadis pujaannya itu karena ia pernah sekali berkunjung kerumah yang berada tidak jauh dari hadapannya sekarang ini.

Baekyeon melihat karangan buah yang ada di dekapannya itu "Ah benar ini pasti pesanan tante Taehi"

Baekyeon melangkahkan kakinya untuk mendekati rumah itu, namun langkahnya terhenti saat melihat Suyeon dan Sean.

Kondisi Suyeon memang sudah membaik setelah beberapa hari beristirahat dirumah, terlihat ia sedang bersiap-siap untuk pergi bersama teman-temannya.

Tok tok tok

"Suyeon-a, Sean sudah datang, kau akan pergi dengan Sean?" tanya Taehi dari balik pintu kamar milik Suyeon.

Seperti biasa hanya keheninganlah yang menjawab pertanyaan Taehee.

Seohyun memakai celana jeans hitam dan kemeja merah kebesarannya yang sengaja ia masukkan bagian depan kemejanya itu. Rambut panjangnya sengaja ia gerai, tak lupa ia memakai liptint peach di bibir tipisnya.

Suyeon menghampiri Sean yang sedang duduk berdampingan dengan ibunya "Ayo berangkat sekarang Sean-a"

"Kalian akan pergi kemana?" tanya Taehi pada anaknya yang kini memasang wajah dinginnya.

"Kita akan pergi makan bersama teman-teman tante" Sean segera menjawab karena pertanyaan Taehi sama sekali tidak ada jawaban dari Suyeon.

"Oh, kalau begitu jangan pulang larut malam ya" Sean mengangguk.

"Kita berangkat tante" Sean merangkul pundak Suyeon.

"Baiklah, hati-hati ya. Titip salam tante untuk teman-temanmu yang lain, Suyeon-a bersenang-senanglah" Taehee kembali menelan pil pahit saat Suyeon lagi-lagi mengabaikannya.

Sean melajukan mobilnya menuju rumah makan yang sudah ia tentukan bersama teman-temannya.

"Kau akan kena kali ini Suyeon-a, aku tidak akan membuatmu bahagia bersama orang yang aku cintai" ucap seseorang yang sedang menatap kepergian Sean dan Suyeon.

"Permisi tante" Baekyeon menyapa Taehi yang terlihat masih berdiri setelah mobil Sean pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.

Apa Baekyeon melihat Suyeon pergi bersama Sean pergi baru saja?

"Oh Baekyeon-a, apa kau mencari Suyeon?" Taehi melihat Baekyeon memandang kemana arah mobil Sean pergi tadi.

"Tidak tante, Baekyeon hanya ingin mengantarkan ini" Taehi nampak bingung melihat Baekyeon memberinya karangan buah.

Ia memang memesan buah tapi bukan pada Baekyeon melainkan pada Sena.

"Aku memang memesan buah Baek tapi kenapa kau yang mengantarnya? Biasanya pemilik kios itu sendiri yang mengantarnya " ucapnya sambil menerima karangan buah pesanannya.

"Ibu sedang sibuk, jadi tidak bisa mengantarnya sendiri tante" Baekyeon menyerahkan bil pada Taehi.

"Jadi kau anaknya Han Sena pemilik kios buah itu?" Baekyeon mengangguk.

Baekyeon tersenyum lalu menjawab "Iya tante"

"Oh, apa kau mau masuk dulu Baek? Eunwoo selalu menanyakanmu"

Baekyeon menatap rumah besar di depannya "Lain kali saja tante, Baekyeon harus segera ke kios membantu ibu"

"Baiklah, kau hati-hati ya sampaikan salam tante pada ibumu" Taehi tersenyum pada Baekyeon.

"Iya tante" Baekyeon berbalik dan hendak melangkahkan kakinya meninggalkan pekarangan rumah milik keluarga Choi.

Namun langkah nya harus berhenti mendengar ucapan Taehi.

"Seringlah datang kemari Baekyeon-a" Baekhyun kembali membalikkan badanya untuk menghadap Taehee.

"Tante tahu kau menyukai Suyeon" Baekyeon terkejut mendengar ucapan Taehi.

"Aku juga pernah muda Baekyeon-a, tatapanmu begitu terlihat ketika sedang memandangi Suyeon. Aku benar kan?"

Baekyeon tersenyum malu, bagaimana mungkin ibu dari gadis yang disukainya itu mengetahui perasaannya.

"Berjuanglah untuk mendapatkan hati Suyeon, Aku tau kau anak baik. Jadi jangan menyerah untuk mendekati Suyeon"

Apa ia tidak salah dengar, kenapa ibu dari gadis pujaannya ini menyuruhnya untuk mendekati Suyeon. Bukankah ia tahu jika Sean lah yang pantas bersama Suyeon?

"Aku sangat tahu bagaimana perasaan Suyeon karena aku ibunya"

Apakah Baekyeon boleh berharap jika suatu saat nanti ia bisa dekat dengan Suyeon?

"Sudah, kau percaya saja dengan ucapan tante ini, kalau kau memperjuangkan cintamu pasti Suyeon akan jatuh padamu. Tante masuk dulu ya, kau lekaslah pulang kasihan ibumu pasti sudah menunggu" Taehi meninggalkan Baekyeon yang masih termenung mencerna perkataannya.

"Suyeon-a, kau sudah merasa baik sekarang?" tanya Sean sembari melihat Suyeon yang masih diam.

"Begitulah"

"Sebenarnya siapa yang membuatmu menangis sampai seperti itu, kau tahu aku sangat khawatir melihatmu menangis seperti kemarin" Sean mengembalikan atensinya pada jalanan.

"Terimakasih Sean-a"

Sean kembali menatap gadis mungilnya "Tidak usah berterimakasih, itu sudah menjadi tugasku untuk selalu menjagamu. Aku sangat mencintaimu Suyeon-a"

Suyeon tersenyum mendengar pengakuan Sean "Cih, berapa kali kau bilang seperti itu Sean-a, aku juga mencintaimu"

Sean tersenyum miris mendengar jawaban Suyeon 'Ya, kau memang mencintaiku. Tapi cintamu tidak seperti seorang gadis mencintai laki-lakinya' ucap Sean dalam hati.

Baekyeon berjalan menuju ke kios ibunya, saat diperjalanan ia melihat seorang gadis yang dikenalnya sedang mengobrol dengan gadis lain didepannya.

Baekyeon tidak dapat melihat dengan jelas gadis satunya itu karena gadis itu memakai masker dan topi.

Baekyeon berjalan sambil menunduk ketika berjalan melewati dua gadis itu, namun langkahnya terhenti ketika mendengar dua gadis itu menyebut nama Suyeon.

Untuk mengetahui lebih jelas apa yang mereka bicarakan, Baekyeon bersembunyi dibalik tembok yang tidak jauh dari tempat kedua gadis itu berbicara.

Baekyeon dengan cepat mengambil ponsel disaku matelnya berniat untuk merekam pembicaraan kedua gadis itu.

'Kenapa ia merencanakan hal seperti itu pada Suyeon bukankah mereka bersahabat' pikir Baekyeon dalam hati.

Gadis yang membelakangi Baekyeon itu membalikkan badan melangkah kearahnya dan Baekyeon dibuat kaget ternyata penglihatannya tidak salah, gadis itu memang sahabat Suyeon, tapi kenapa ia berniat jahat pada Suyeon.

Baekyeon dengan cepat menyembunyikan tubuhnya dibalik tong sampah didekatnya agar gadis yang sedang berjalan kearahnya itu tidak mengetahui keberadaannya.

Baekyeon memutuskan untuk mengikuti langkah gadis didepannya itu dengan sangat hati-hati, ia ingin melihat apa yang sebenarnya gadis itu rencanakan.

Dirinya tidak akan tinggal diam jika ada seseorang yang ingin melukai gadis pujaannya, Baekyeon harus terus memantau pembicaraan kedua gadis itu.

to be continue...