Chereads / Destiny a Love / Chapter 12 - BAB 12 : Sesuatu yang tidak Suyeon ketahui

Chapter 12 - BAB 12 : Sesuatu yang tidak Suyeon ketahui

"Baekyeon-a apa benar jika Suyeon menyuruh seseorang untuk melukai Sejung?" tanya Daejong saat melihat Baekyeon yang sedang berjalan menuju kearahnya yang sedang duduk dibelakang bangku milik Baekyeon.

"Aku tidak tahu" Baekyeon duduk lalu merogoh saku celananya dan memainkan ponselnya.

"Bagaimana kau bisa tidak mengetahuinya, bukankah tadi ikut keruang kesiswaan"

"Aku tidak tau Daejong-a berhenti menanyakan Suyeon padaku"

Daejong bisa melihat jika sahabatnya ini sedang ada masalah "Ada apa denganmu, tumben kau tidak bersemangat saat aku membahas Suyeon. Apa ada sesuatu yang terjadi diantara?"

Daejong menatap sahabatnya yang duduk didepannya itu.

"Berhenti mencampuri hidupku dan urusi kehidupanmu" Daejong sempat kaget mendengar ucapan sahabatnya itu.

Apa perkataan yang baru saja Baekyeon lontarkan itu ditujukan untuknya?

"Bakyeon-a" Daejong sama sekali tidak menyangka jika perkataan itu benar ditujukan padanya.

"Berhenti mengusikku" ucap Baekyeon lagi.

"Baekyeon-a kau berbicara seperti itu padaku eoh?" Daejong masih tidak percaya bahwa sahabat yang sudah ia kenal selama dua tahun ini berkata seperti itu padanya.

Seolah sadar dengan kehidupan nyatanya, Baekyeon melihat Daejong yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Tidak, aku hanya ingin tau apa yang akan kau lakukan ketika ada seseorang yang berkata seperti itu padamu" ungkap Baekyeon.

Daejong nampak terihat lega karena Baekyeon tidak benar-benar berkata seperti itu padanya, lalu ditujukan untuk siapa perkataan Baekyeon baru saja itu.

Tidak mungkin jika perkataan itu sama sekali bukan untuk seseorang.

"Yaishhh aku kira kau bicara seperti itu padaku. Uwaah aku tidak menyangka jika perkataanmu tadi benar-benar untukku" Daejong menghela napas lega.

"Tapi apa yang akan kau lakukan jika perkataanku tadi untukmu?" tanya Baekyeon sambil menoleh ke Daejong yang juga sedang memandanginya.

"Sebenarnya ada apa denganmu Baekyeon-a akhir-akhir ini kau terlihat sedikit aneh"

Benar. Akhir-akhir ini memang sikap Baekyeon sedikit berbeda dari biasanya, ini dimulai ketika Baekyeon dekat dengan Suyeon.

Sebelum mengenal Suyeon, Baekyeon persis seperti dirinya yang kurang peduli dengan masalah-masalah yang tidak menyangkut dirinya, dipikirannya hanya fokus belajar dan belajar.

Namun akhir-akhir ini Baekyeon sudah jarang belajar bersama dengannya, Baekyeon terlihat sedang menyembunyikan sesuatu atau memang Baekyeon sudah tidak menganggapnya sahabatnya lagi setelah Baekyeon bisa dekat dengan Suyeon. Gadis pujaan hati Baekyeon.

"Jawab saja pertanyaanku"  perintah Baekyeon dan Daejong langsung mengangguk.

"Mungkin aku akan benar-benar berhenti untuk mengusikmu dan berhenti mencampuri urusanmu. Bahkan aku akan menjauh darimu jika itu bisa membuatmu senang dan tidak merasa terganggu olehku" jawab Daejong dengan mantap.

"Ah begitu ya"

"Apa Suyeon tidak senang dan nyaman selama aku di dekatnya? Dan apa aku harus menjauh saja" pikir Baekhyeon.

"Memangnya siapa yang berkata seperti itu padamu?" tanya Daejong.

"Tidak ada, aku hanya ingin mendengar jawabanmu saja" Baekyeon kembali memainkan ponselnya.

"Ayah, apa aku harus menjauh dari Suyeon? Apa aku harus berhenti berjuang sebelum berperang? Sekarang aku tidak punya harapan lagi untuk dekat dengan Suyeon, ia sudah jelas-jelas menyuruhku untuk menjauh" ucap Baekyeon dalam hati.

Seakan tau apa yang dirasakan anaknya, nampaknya Koo Jumyeon (Ayah Baekyeon) ingin melihat anaknya untuk tetap berusaha memperjuangkan cintanya pada Suyeon.

Ponsel milik Baekyeon kembali bergetar memperlihatkan sederet video yang direkamnya semalam.

Kali ini Baekyeon tidak ingin berharap terlalu tinggi, terbukti ia sekarang menggerakkan tangannya untuk menghapus beberapa video yang direkamnya semalam.

Mungkin ini akhir dari perjuangannya, meskipun ia belum sepenuhnya berjuang. Namun Baekyeon sudah sangat ingin mengakhirinya, ia tidak pantas bersama Suyeon.

Melihat Baekyeon yang hanya diam saja sambil memandangi layar ponselnya membuat Daejong ingin bertanya mengenai sebab berubahnya sikap Baekyeon akhir-akhir ini.

"Kenapa kau akhir-akhir ini berubah Baek aku sampai tidak mengenalimu"

Alis Baekyeon naik seolah tidak mengerti dengan maksud sahabatnya itu "Berubah bagaimana, aku masih Baekyeon dan aku tidak berubah menjadi hulk" Baekyeon terkekeh sendiri dengan perkataannya.

Daejong menghela napas dan menahan untuk tidak memukul wajah tampan dan manis didepannya ini.

Maksud Daejong bukan perubahan seperti itu namun perubahan sikap sahabatnya itu yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Bukan berubah seperti itu yang kumaksud"

Baekyeon kembali menaikkan alis kanannya "Lalu?"

"Kau berubah semenjak dekat dengan Suyeon, apa kau melupakan sahabatmu ini setelah berhasil dekat dengan gadis pujaanmu?" Daejong mencoba menduga apa yang membuat sahabatnya ini sedikit berubah.

Baekyeon menggeleng "Aku tidak seperti itu Daejong-a"

"Lantas kenapa kau sekarang jarang belajar bersamaku lagi dan lebih memilih sendirian, aku merasa dilupakan sekarang. Kau tahu kan hanya kau yang aku kenal dan dekat denganku, kurasa kau pun juga begitu"

"Aku sama sekali tidak melupakan mu Daejong-a sungguh"

Daejong bisa melihat jika sahabatnya ini tidak berbohong jika tidak melupakannya, Baekyeon tidak mungkin seperti itu "Lalu kenapa kau akhir-akhir ini jarang belajar bersamaku?"

"Itu karena aku sedang ada urusan" jawab Baekyeon dengan cepat tanpa berpikir panjang.

Daejong berdecak "Urusan macam apa sehingga kau mengabaikan sahabatmu sendiri, kau bahkan tidak menceritakan sesuatu yang terjadi denganmu padaku"

"Belum waktunya untuk aku menceritakannya padamu" jawab Baekyeon.

Bukan tidak mau bercerita namun ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita dengan Daejong, karena memang masalah yang tengah ia hadapi ini belum selesai sepenuhnya.

"Kalau kau sedang ada masalah usahakan untuk bercerita denganku siapa tahu aku bisa membantumu Baek"

Baekhyeon mengangguk.

"Apa ini masih menyangkut dengan kejadian dimana kau bertengkar dengan Suyeon?"

Baekyeon mengangguk "Itu salah satunya"

"Apa kau belum meminta maaf pada Suyeon?"

"Sudah tapi dia belum menjawab permintaan maafku, aku masih merasa bersalah atas perkataanku waktu itu" Baekyeon menunduk.

"Jika kau membutuhkan bantuanku untuk meminta maaf pada Suyeon maka aku akan siap membantumu" Daejong mengelus pundak Baekyeon dari belakang.

Sungguh Daejong adalah sahabat yang sangat mengerti keadaannya, jika dulu ia tidak kenal dengan Daejong entah bagaimana kesepiannya Baekyeon ketika semua teman-temannya mengucilkannya karena dirinya hanya siswa yang bisa masuk ke sekolah ternama ini karena beasiswa.

"Kau sudah pulang? Ganti bajumu setelah itu kita makan bersama" Taehi berjalan kearah anak gadisnya itu untuk sekedar mengelus rambut panjang dan lebat milik Suyeon.

"Tidak usah, aku sudah makan" walaupun itu penolakan namun Taehi senang, setidaknya anaknya itu sudah mulai mau menjawab perkataannya meskipun tidak sering.

"Ikutlah makan malam, ayah ingin berbicara sesuatu padamu" tanpa menjawab perkataan ayahnya Suyeon masuk kedalam kamarnya.

Seperti malam-malam sebelumnya Siwun mungkin akan membiarkan saja anak gadisnya itu saat tidak mau makan malam bersama dengannya dan sang istri namun kali ini tidak.

Ada sesuatu yang harus ia dengar dari Suyeon tentang masalah anak gadisnya itu disekolah, memang apa yang dilakukan anaknya di sekolah sampai bisa dipanggil keruang kesiswaan dan mengakibatkan ia dihubungi oleh pihak sekolah jika sang anak membuat masalah.

Itu membuat seorang Choi Siwun sangat malu.

Setelah lama membersihkan diri kini Suyeon berjalan menuju ruang makan.

"Oh kau sudah selesai, kemarilah" Taehi menarik kursi yang akan di duduki oleh Suyeon itu dan mempersilahkan anaknya untuk duduk.

Tanpa pikir panjang Suyeon duduk di kursi yang biasa ia duduki ketika sedang makan malam bersama.

"Kau jangan terlalu memanjakannya" ujar Siwun. Ayah Suyeon.

"Kau ini" Taehi menyendokkan nasi ke dalam piring milik Suyeon dan mengabaikan ucapan sang suami.

Taehi meletakkan gelas berisi jus stoberi itu disamping piring milik Suyeon "Seperti biasa, ibu buatkan jus stoberi kesukaanmu"

Suyeon mulai menyuapkan masakan ibunya itu kedalam mulutnya, melihat Suyeon yang nampak menyukai masakan miliknya membuat Siwun dan Taehi tersenyum.

Namun ketika sedang makan, netra bulat milik Suyeon menatap kearah kursi kosong disamping ayahnya.

Kursi yang sekarang kosong itu adalah kursi yang biasa ditempati oleh adiknya yang sangat berisik dan selalu mengganggunya ketika sedang makan, namun sekarang hanya kehingan yang ada diantara mereka, kemana perginya Enu?

"Enu sedang demam makanya dia tidak ikut makan malam, ini ibu sudah membuatkannya bubur. Ibu antar bubur untuk adikmu dulu ya" Taehi berjalan menuju kamar Enu yang berada disebelah kamar milik Suyeon.

Kini tinggal sepasang anak dan ayah yaitu Siwun dan Suyeon yang ada dimeja makan, Suyeon terlihat tidak berniat untuk memulai pembicaraan dengan ayahnya.

"Ayah dengar kau mendapat tuduhan kekerasan dari keluarga Kim, apa itu benar?"

Suyeon hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan ayahnya tanpa berniat mengeluarkan suara sedikit pun.

Siwun menatap anak gadisnya yang sedang meminum jus stoberi buatan istrinya "Apa benar kau yang melakukannya?"

"Darimana ayah mengetahuinya? Apa ayah Sejung yang sudah mengadukannya pada ayah?" pikir Suyeon.

"Meskipun aku tidak tahu mengenai perilakumu di sekolah namun ayah percaya jika kau tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu"

Suyeon menghela napas karena ayahnya masih mau mengerti dirinya dan tidak langsung menghakiminya.

"Melihatmu seperti ini ayah berpikir jika kau memang tidak bersalah namun kenapa kau tidak mengatakan bahwa kau tidak bersalah"

Suyeon membalas tatapan ayahnya "Sejak kapan ayah peduli dengan masalahku"

Wajar saja jika Suyeon berkata seperti itu, pasalnya ayahnya ini sama sekali tidak pernah mau ikut campur dengan permasalahannya, namun kenapa sekarang seolah ayahnya ini sangat peduli dengannya.

"Apa salah jika seorang ayah peduli pada anaknya?"

"Aku tanya sejak kapan ayah peduli padaku?!" Suyeon menaikkan nada bicaranya pada sang ayah.

Apa yang terjadi dengan anak perempuannya ini, kenapa Suyeon seakan menolak perhatian darinya "Suyeon-a"

"Apa dengan begini kau sudah menjadi ayah yang baik untukku?" entah kenapa mata Suyeon merasa panas dan gadis itu merasa sebentar lagi mata itu mengeluarkan sesuatu. Apalagi kalau bukan airmata.

"Ayah hanya ingin membantu menyelesaikan masalah yang terjadi padamu, ayah tidak mau keluarga Kim membuat reputasi keluarga Choi buruk dimata publik"

Suyeon kini tertawa sinis mendengar perkataan ayahnya, sungguh keterlaluan pikirnya "Oh jadi kau ingin membantuku hanya untuk sebuah kehormatan? Apa kau tidak kasihan padaku Ayah?! Kau benar-benar tidak peduli denganku hiks lalu untuk apa aku hidup, seharusnya aku mati bersama ibu" tangis Suyeon akhirnya pecah.

"CHOI SUYEON!" Siwun merasa geram dengan anak gadisnya itu, niatnya hanya ingin membantu meringankan beban permasalahan anaknya tapi kenapa malah berakhir seperti ini.

"Jangan pernah sekalipun kau membahas ibumu didepanku" emosi Siwun nampaknya sudah terpancing dengan perkataan sang anak.

"Kenapa?! Kenapa aku tidak boleh membahas ibu kenapa! Apa ayah lupa bahwa ibulah yang menemani ayah disaat kakek tidak menganggap ayah sebagai anaknya, berkat ibulah ayah mendapatkan semua ini. Tapi apa! Kau bahkan membencinya hiks"

Suyeon menghela nafasnya sebentar, membahas ini hanya membuat dadanya sesak.

"Kau hanya tidak tahu-"

"Apa yang aku tidak ketahui ayah?!!" sahut Suyeon dengan cepat memotong ucapan ayahnya.

"Kau bahkan tidak datang pada saat pemakaman ibu berlangsung. Apa kau sangat benci dengan ibuku?! Apa yang sudah ibuku perbuat sehingga kau sangat membencinya? Apa karna wanita itu ayah melupakan ibu?!"

Siwun sangat tahu jika wanita yang dimaksud oleh Suyeon adalah Taehi sang istri.

Jika memang benar dugaan Suyeon selama ini tentang ayahnya yang membenci ibunya karena Taehi maka Suyeon tidak segan-segan untuk menghajar wanita penggoda itu, sungguh mengingat wajah Taehi membuat Suyeon semakin membenci wanita itu.

Taehi yang memang sengaja sedang mendengarkan pembicaraan suami dan anaknya dibalik tembok itu terkejut dengan perkataan Suyeon, apa Suyeon masih membencinya? Karena wanita yang dimaksud oleh Suyeon adalah dirinya.

"Berhenti menyalahkan ibumu Suyeon-a"

Sudah berapa kali Suyeon mendengar ayahnya menyebut wanita penggoda itu adalah ibunya, sungguh Suyeon muak dengan semua ini!

Amarah Suyeon nampak sudah dipermukaan sekarag dan siap untuk meletus "Ibu? Apa pantas wanita perebut suami orang itu dipanggil ibu?"

"Jaga bicaramu!"Siwun yang sedari tadi menahan agar nada bicaranya tidak naik akhirnya tidak bisa mengontrolnya.

Siwun menganggap ucapan Suyeon sudah sangat keterlaluan, bagaimana mungkin seorang anak mengatai ibunya sendiri wanita perebut suami orang.

"Lihat, bahkan ayah sangat marah jika aku berbicara yang tidak pantas tentang wanita itu. Sehebat apakah wanita itu sampai bisa membuat ayah begitu membelanya, apa dia memang berbakat menjadi wanita penggoda"

PLAK

Siwun benar-benar sudah tidak bisa mengontrol emaosinya, salahkan saja perkataan Suyeon yang memancing amarahnya.

Taehi membekap mulutnya karena terkejut melihat suaminya itu menampar Suyeon.

Ini baru pertama kali Taehi melihat suaminya bersikap kasar pada Suyeon, ia tahu jika sang suami sedang emosi namun tidak seharusnya suaminya itu dengan ringan tangan menampar pipi anak perempuannya itu.

Wajar saja jika ia menjadi Suyeon maka ia akan membenci wanita yang sudah merebut ayahnya dari sang ibu, namun kali ini berbeda hanya saja Taehi butuh waktu untuk mengungkapkan semuanya.

"Berani sekali kau berkata seperti itu pada ibumu sendiri!" Siwun kini tengah berdiri sembari mengatur napasnya.

Suyeon menatap ayahnya tidak kalah tajam "Sampai kapan pun aku tidak akan menganggapnya sebagai ibuku" putus Suyeon sambil memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan yang baru saja  ayahnya berikan.

"Apa ini yang dulu ibumu ajarkan padamu? Apa ibumu yang mengajarimu untuk berbicara kasar pada ayahmu sendiri?"

Suyeon kembali menatap nyalang  sang ayah "Aku menjadi kasar seperti ini karenamu ayah, jangan menyalahkan ibuku dan berhenti membahas ibuku!" teriak Suyeon.

Suyeon tahu kemana arah pembicaraan ayahnya itu, ia sangat tahu jika sang ayah hanya akan membandingkan ibunya dengan wanita penggoda itu. Taehi.

"Aku hanya bertanya, bukankah kau sendiri yang mulai membahas ibumu saat aku bertanya tentang perilakumu disekolah?" Siwun mengangkat sebelah alisnya sambil menatap anak perempuannya.

"Berhenti mengatakan ibuku, ia juga istrimu"

Sungguh Suyeon tidak habis pikir dengan ayahnya itu, bisa-bisanya lelaki tua itu menganggap ibunya seolah bukan orang yang pernah ada dihatinya.

"Istri macam apa yang akan memenjarakan suaminya sendiri"

Apa maksud ucapan ayahnya itu? nampaknya ada banyak rahasia yang terjadi di masa lalu ibu dan ayahnya.

to be continue...