"Apa kau tadi pergi berkunjung bersama Baekyeon?"
Suyeon terkejut dengan pertanyaan Sean, darimana Sean bisa tahu jika ia pergi bersama Baekyeon? Apa Sean juga datang kerumah duka tadi?
"Aku tadi melihatmu pulang diantar oleh Baekyeon menggunakan taksi" ucap Sean karena Suyeon hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.
Suyeon mengangguk, ternyata Sean melihatnya ketika pulang bersama Baekyeon tadi.
"Jadi benar kau meminta Baekyeon menemanimu pergi berkunjung?" tanya Sean lagi.
"Aih tidak, aku tadi tidak sengaja bertemu dengannya dirumah duka bersama ibunya" Suyeon dengan cepat mematahkan dugaan sahabatnya yang kurang benar itu.
"Untuk apa dia dirumah duka?" Sean nampaknya saat ingin tau pasal Baekyeon karena lelaki itu berani mendekati Suyeon dibelakangnya.
"Dia mengunjungi ayahnya, hari kematian ayahnya sama dengan hari kematian ibuku"
Sean mengangguk mengerti. Ternyata mereka tidak sedekat seperti apa yang ia pikirkan tadi.
"Apa kau dekat dengan Baekyeon selama aku tidak ada di sekolah?"
Suyeon merasa aneh dengan pertanyaan Sean, tidak biasanya ia bertanya tentang Baekyeon lalu kenapa sekarang seakan-akan Sean sangat ingin tahu tentang Baekyeon.
"Kenapa? Apa pertanyaanku salah?" tanya Sean karena melihat Suyeon tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Apa memang benar jika Suyeon dan Baekyeon dekat selama dirinya mengikuti olimpiade basket?
"Tidak, aneh saja. Tumben kau bertanya tentang Baekyeon" Suyeon berjalan menuju dapur untuk mengambil jus yang sudah disiapkan oleh ibunya.
"Karena dia tadi bersamamu wajar jika aku menanyakannya. Mungkin kalian dekat selama aku mengikuti turnamen" Sean memperhatikan segala pergerakan Suyeon mulai dari mengambil jus sampai kini Suyeon berjalan lagi kearahnya.
Suyeon memasukkan potongan buah stroberi kedalam mulutnya "Kkk dekat bagaimana?"
"Kau kan tidak akrab dengannya sebelum aku berangkat turnamen tapi setelah aku kembali kalian terlihat dekat. Bahkan dia menemanimu keruang kesiswaan kemarin" Sean ikut memakan buah yang dibawa Suyeon.
"Mck, aku memang akhir-akhir ini sering berbicara dengannya karena aku mendapat tugas kelompok dari Lim ssaem dan kebetulan aku satu kelompok dengan Baekyeon, tapi aku tidak sedekat itu dengannya seperti apa yang ada dipikiranmu itu"
Sean megangguk "Ah begitu rupaya"
"Apa kau cemburu dengannya?"
"Iya" Sean meneguk jus ditangan Suyeon.
"Ya! Ambil sana sediri"
Sean mengabaikan teriakan Suyeon dan meminum jus buah itu sampai habis.
Baekyeon sampai dirumahnya, nampaknya dia sangat bahagia hari ini. Berkat ibunya dia bisa sedikit lebih dekat dengan Suyeon.
"Baekyeon-a"
Pemilik nama menoleh pada sang ibu yang sedang berdiri didepan pintu "Ibu" Baekyeon berjalan menuju ibunya.
"Kau mengantar Suyeon dengan selamat kan"
Baekyeon mengangguk "Iya bu, yasudah kalau begitu aku kekamar dulu ya" Baekyeon melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah sebelum kerah mantelnya ditarik kebelakang oleh sang ibu.
"Apa kau tidak ingin berterimakasih pada ibu eoh?"
Baekyeon melihat ibunya yang sedang mengangkat dagunya dan berlagak sombong "Hehe terimakasih ibu" Baekyeon kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah setelah mengecup pipi ibunya.
"Ayah, apa ini jawaban ayah untuk membantuku dekat dengan Suyeon? Terimakasih ayah" Baekyeon mengelus pigura foto milik ayahnya yang sengaja ia simpan di kamarnya.
"Aku akan memperjuangkan cintaku pada Suyeon"
Baekyeon masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Keesokan harinya Suyeon berangkat kesekolah bersama Sean, laki-laki itu sengaja ingin memiliki waktu hanya berdua bersama Suyeon ya bisa dikatakan quality time sebelum dirinya ada turnamen lagi bulan depan.
Jika Suyeon dibiarkan sendirian Sean tidak mau Suyeon dekat dengan Baekyeon.
Sean sangat tahu jika Baekyeon menyukai gadis mungilnya itu, banyak yang berkata seperti itu termasuk Kyle dan Canyol.
Kedua sahabatnya itu sering melihat Baekyeon yang sedang memperhatikan Suyeon. Sepertinya Sean harus segera mengikat gadisnya ini.
"Nanti sepulang sekolah temani aku ke toko olahraga ya" Suyeon mengangguk "Aku ingin membeli sepatu basket dan aku juga ingin mengajakmu jalan-jalan" lanjut Sean.
Memang setelah pulang dari turnamen basket beberapa hari lalu Sean belum sempat mengajak Suyeon untuk sekedar pergi berdua.
"Iya Yan aku tidak bisa menolak ajakan sahabatku ini"
Senyuman Sean luntur mendengar kata 'sahabat' yang terlontar dari mulut Suyeon.
Bagaimana mungkin Sean ingin mengikat gadisnya jika gadis itu hanya menganggapnya sebagai sahabat.
Sesampainya disekolah Sean melihat kearah tempat duduk Baekyeon, laki-laki itu sedang melihat kearahnya dan Suyeon.
Seakan tahu perasaan Baekyeon, Sean dengan cepat merangkul pundak Suyeon dan menatap tajam kearah Baekyeon seolah-olah berkata jika Suyeon hanya miliknya dan tidak ada yang bisa mendekati Suyeon selain dirinya.
Baekyeon memutar tubuhnya menghadap Daejong ketika mendapat tatapan tajam dari Sean.
Didalam hatinya Baekyeon sangat ingin mengalahkan Sean dihati seorang Choi Suyeon, namun apa yang ia miliki Baekyeon kalah jauh dengan Sean.
"Choi Suyeon keruang kesiswaan sekarang"
Mendengar suara Song saem membuat Suyeon menoleh kebelakang dimana gurunya itu berada.
"Sidang atas tuduhan kekerasan yang kau lakukan pada Kim Sejung akan digelar hari ini, segera hubungi orang tuamu untuk datang kesekolah" Song saem meninggalkan ruang kelas.
Suyeon menghela nafasnya dan meraih ponselnya didalam saku mantelnya "Huft"
Sean merebut ponsel milik Suyeon "Aku akan menghubungi tante Taehi, sebaiknya kau mempersiapkan dirimu"
Sebelum menekan tombol memanggil, Suyeon merebut kembali ponselnya "Untuk apa kau menghubungi wanita itu"
"Jika bukan tante Taehi yang datang kau akan menghubungi siapa? Tidak mungkin ayahmu kan"
Suyeon berfikir sejenak "Aku akan meminta paman Wujin untuk menjadi wali ku"
Sean dengan cepat merebut kembali ponsel Suyeon namun kali ini sedikit kasar "Apa kau gila Suyeon-a kau masih memiliki orang tua, kenapa kau menghubungi paman Wujin?"
Sean menelfon seseorang dengan ponsel Suyeon "Halo ini Sean, sidang Suyeon akan digelar hari ini bisakah anda datang kesekolah" ucap Sean pada seseorang yang sedang ia telfon.
"Baiklah, terima kasih" Sean menutup panggilannya.
Dengan cepat Suyeon merebut ponselnya dan melihat siapa yang baru saja dihubungi oleh Sean "Kenapa kau menghubunginya! Mck kau menyebalkan Sean!" Suyeon berjalan keluar kelas dengan langkah lebarnya dan terkesan terburu-buru.
"Suyeon-a" Sean mengejar Suyeon.
Pemandangan itu tidak luput dari netra Baekyeon, apa ia akan tetap membantu Suyeon untuk membuktikan bahwa gadis itu tidak bersalah atas tuduhan yang ditujukan Sejung padanya atau ia akan diam saja.
"Baekyeon apa kau tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Suyeon dan Sejung?" Daejong duduk disamping Baekyeon.
Daejong menyenggol lengan Baekyeon yang sedang menopang dagunya "Yak! Kenapa kau hanya diam saja"
"Kalau aku tahu semuanya aku harus bagaimana. Biarkanlah Suyeon menyelesaikan masalahnya sendiri aku tidak mau mencampuri urusannya lagi" Baekyeon menopang kembali dagunya.
Daejong memandang aneh kearah sahabatnya itu "Ada apa denganmu? Biasanya kau bersemangat saat aku membahas Suyeon"
"Sudahlah aku ingin ke perpustakaan"
Belum sampai melangkah, Daejong menarik Baekyeon untuk kembali duduk "Apa kau tidak tahu jika Suyeon terbukti bersalah, Suyeon akan dikeluarkan dari sekolah ini Baek"
Baekyeon terkejut mendengar perkataan Daejong "Bagaimana mungkin"
"Aku mendengar dari anak kelas sebelah yang tidak sengaja mendengar percakapan antara pihak sekolah yang akan menggelar sidang ini, bahwa siapa yang terbukti bersalah maka dia akan dikeluarkan dari sekolah. Kau tahu bukan koneksi ayah Sejung disekolah ini seperti apa" ucap Daejong setengah berbisik.
Jika menyangkut tentang koneksi yang dimiliki oleh ayah Sejung tentu tidak semua orang bisa menang, meskipun tidak bersalah jika tidak memiliki koneksi yang kuat maka dia akan kalah.
Lelaki itu merasa keberatan dengan konsekuensi yang akan diterima oleh pelaku, kenapa Baekhyeon keberatan?
Apa lagi jika bukan tentang Suyeon, dia tidak akan terima jika Suyeon dikeluarkan dari sekolah ini mengingat gadis cantik itu tidak bersalah sama sekali.
Meskipun mengandalkan koneksi sekalipun, bukan kah kedua orang tua Suyeon juga memiliki koneksi disekolah ini.
"Kau serius?" tanyanya lagi untuk memastikan jika ucapan Daejong memang benar dengan konsekuensi yang akan diterima oleh pelaku yang terbukti bersalah.
Daejong mengangguk "Aku serius, apa kau mau Suyeon keluar dari sekolah ini?"
Baekyeon dengan cepat menggeleng, tentu saja Baekyeon tidak mau jika gadis pujaan hatinya itu dikeluarkan dari sekolah, jika memang Suyeon bersalah mungkin Baekyeon akan menerimanya namun disini gadis cantik itu sama sekali tidak bersalah.
"Jika kau tahu semua yang terjadi bantulah Suyeon, aku tahu kau memiliki hati yang sangat baik apalagi ini menyangkut dengan Suyeon. Gadis yang kau sukai" tegas Daejong sambil melihat Baekyeon sedang memikirkan sesuatu.
Dia berharap sahabatnya ini tidak putus asa begitu saja, dia sangat tahu bagaimana perasaan Baekyeon pada Suyeon.
Jarang mendapat respon saja Baekyeon masih kekeh menyukai Suyeon, apalagi sekarang mereka sudah mulai terlihat dekat mana mungkin Baekyeon tega membiarkan Suyeon dikeluarkan dari sekolah begitu saja.
Meskipun Daejong tidak mengetahui apapun namun jauh di dalam hatinya, ia percaya jika Suyeon tidak melakukan apa yang seperti Sejung tuduhkan.
"Suyeon-a" Sean masih mengejar langkah lebar Suyeon.
Suyeon masih belum mau berhenti ketika Sean terus menerus memanggil namanya dari belakang.
"Suyeon-a" Sean berhasil memegang tangan Suyeon dengan cepat dia memutar tubuh gadis itu untuk berhadapan dengannya.
"Kau mau kemana, sidangnya akan segera dimulai" yang diajak bicara sama sekali tidak melihat kearahnya dan memilih membuang pandangannya.
Sean meraih dagu Suyeon untuk melihatnya "Suyeon-a tatap aku"
"Percaya kau tidak bersalah jangan takut" Sean mencoba memberi semangat kepada gadisnya, walaupun ia sangat tahu jika gadis mungilnya itu sama sekali tidak bersalah.
Suyeon merotasikan bola matanya malas "Siapa bilang aku takut, aku hanya tidak suka kau menyuruhnya untuk datang!"
Sepertinya Sean tahu apa yang membuat gadis mungilnya ini marah "Aku minta maaf, aku akan menemanimu nanti" putus Sean, ia tidak mau Suyeon marah padanya hanya karena masalah ia menyuruh kedua orang tua Suyeon datang.
"Suyeon-a"
Yang dipanggil menoleh kebelakang melihat orang yang sangat tidak ingin dilihatnya berjalan menuju kearahnya.
Sean membungkukkan badannya ketika kedua orang tua Suyeon ada didepannya.
"Apa kau yang menghubungiku tadi Sean-a" Siwun merangkul pundak Sean.
Sean mengangguk "Iya aya- om" lelaki tampan itu meralat panggilanya.
"Kau sudah besar ternyata, aku jarang sekali melihatmu" Siwun menepuk pundak Sean dan sedikit mengagumi wajah tampan anak sahabatnya itu.
"Bagaimana kabar kedua orang tuamu?" tanya Siwun pada Sean.
"Baik om" Sean tersenyum.
Taehi mendekat ke anak gadisnya itu yang sedari tadi hanya diam "Apakah sidangnya sudah dimulai Suyeon-a?"
"Sepertinya sebentar lagi tante" jawab Sean ketika melihat Suyeon sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan ibunya.
Siwun membenarkan setelan jasnya dan melirik Suyeon "Haish sebenarnya aku sangat sibuk hanya untuk mengurusi urusan seperti ini"
Suyeon berjalan mendului ketiga orang dibelakangnya, dia sangat muak melihat ayahnya berlagak seperti ayah pada umumnya.
Nyatanya tidak seperti itu, ayahnya datang hanya karena untuk menjaga kehormatannya.
"Selamat datang tuan Choi"
Semua orang yang berada diruang kesiswaan memberi penghormatan bagi pengusaha sukses Choi Siwun.
Siwun duduk diikuti Taehi, Suyeon dan Sean.
"Berhubung semua sudah hadir sebaiknya kita mulai sidang ini" Goo saem memulai sidangnya.
"Setelah mendapat bukti dari Sejung kami sudah bisa menyimpulkan dan memutuskan bahwa Choi Suyeon resmi terbukti bersalah"
Suyeon berdiri dari tempat duduknya "Tapi saya tidak bersalah saem" tentu saja Suyeon mengelak karena ia memang tidak bersalah namun kenapa ia yang terbukti bersalah.
"Tapi sudah ada bukti jika kau menyakiti anak saya!" ibu Sejung menatap tidak suka kearah Suyeon sambil menunjuk gadis cantik itu.
"Tolong jangan sembarangan menunjuk anak saya" Taehi menyingkirkan tangan ibu Sejung yang menunjuk Suyeon dengan seenaknya.
"Saya tidak pernah mengirim pesan seperti itu" memang benar jika Suyeon tidak pernah mengirim pesan seperti itu.
Kini Sejung yang berdiri dari tempat duduknya "Apa kau ada buktinya?! Jelas-jelas itu nomor milikmu"
"Aku tidak mungkin melakukan itu padamu!" Suyeon benar-benar dibuat geram dengan tuduhan yang diajukan oleh Sejung padanya.
Seharusnya hal semacam ini bisa diselesaikan dengan berbicara empat mata saja, tapi sahabatnya itu malah menyeret masalah ini ke sekolah.
"Alah mengaku saja" Sejung melipat tangan di dadanya.
"Sudah cukup" Goo ssaem selaku guru kesiswaan menengahi pertengakaran diantara kedua siswanya itu.
"Sesuai peraturan disekolahan kita, Choi Suyeon akan resmi dikeluarkan dari sekolah ini karena terbukti bersalah"
Siwun, Taehi dan Sean terkejut dengan ucapan guru kesiswaan disekolah itu.
Mendengar putusan itu membuat Sejung tersenyum puas karena rencananya membuahkan hasil seperti yang ia harapkan.
"T-tapi anak saya tidak bersalah pak" ucap Taehi yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Anda diam saja jika tidak mempunyai bukti" ujar Sejung menatap Taehi dengan tatapan tidak sukanya.
"Suyeon-a apa kau membawa ponselmu?" yang ditanya malah melengos mendengar pertanyaan sang ibu.
"Suyeon-a" Taehi mencoba memanggil anaknya yang masih saja diam.
"Apa sudah selesai sidangnya" semua orang yang berada di ruangan itu menatap Suyeon.
"Aku ingin segera keluar dari sini"
"Jaga sikapmu Suyeon-a" Siwun segaja menekan kata-katanya.
"Dasar tidak tahu sopan santun" ucapan ibu Sejung membuat Suyeon menatap sengit kearah wanita itu.
Saat Suyeon ingin menjawab, Sean menarik gadis itu untuk duduk kembali.
"Siwun-a apa kau tidak ingin berkata sesuatu? Anak kita tidak bersalah" Taehi menepuk lengan suaminya.
"Tuan Kim apa kita tidak bisa membicarakannya secara baik-baik, kita bahkan sudah menjalin kerja sama selama beberapa tahun"
Suyeon menghela napasnya malas karena dirinya sudah mengetahui apa yang akan ayahnya itu ucapkan.
"Apa kau tetap ingin mengeluarkan anakku dari sekolah ini mengingat kita sudah menjadi rekan kerja selama beberapa tahun" ucap Siwun pada ayah Sejung.
"Maaf tuan Choi tapi anak anda memang terbukti bersalah, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita" ayah Sejung menatap Siwun.
Untuk apa sebenarnya ayahnya itu datang kesini? Apa ini hanya demi kehormatan semata bukan untuk membela dirinya? Pikir Suyeon.
to be continue...