"Apa sebaiknya kita makan bersama lebih dulu Suyeon-a, kau tidak keberatan bukan?" tanya Sena sambil melihat melihat Suyeon yang sedang meminum air mineral yang dibelinya tadi.
Baekyeon berbisik pada ibunya "Ibu, kenapa ibu sok akrab sekali. Bagaimana jika Suyeon merasa tidak nyaman saat baru mengenal ibu"
"Kau ini, siapa yang sok akrab kita memang sudah akrab benar bukan Suyeon-a?" Suyeon hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ibu" Baekyeon berusaha menegur sang ibu agar tidak terlalu sok dekat dengan Suyeon.
Baekyeon hanya tidak mau gadis pujaannya merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk pergi.
"Ah sudah kau diam saja"
Baekyeon menghela napasnya pasarah dengan apa yang akan ibunya lakukan.
"Apa kau tidak keberatan jika kita makan bersama?"
Suyeon melihat kearah ibu dan anak didepannya ini secara bergantian lalu gadis itu tersenyum "Tentu tidak tante"
Baekhyun tersenyum lega ternyata Suyeon tidak merasa tertekan dengan kehadiran dirinya dan ibunya.
"Baguslah kalau begitu kita cari tempat makan yang dekat sini ya"
Suyeon mengangguk lalu mulai berjalan mengikuti Sena dan Baekyeon.
Mereka bertiga berjalan berdampingan dengan Sena yang berada ditengah-tengah antara Baekyeon dan Suyeon.
Sesampainya di restoran mereka memilih tempat duduk disamping jendela sambil melihat pemandangan jalanan yang ramai karena banyak kendaraan yang berlalu lalang disana.
Mereka menyantap makanannya dengan tenang dan sesekali tertawa mendengar Sena melontarkan beberapa kalimat candaan, entah karena apa kini Baekyeon dan Suyeon tidak canggung seperti sebelumnya dimana Baekyeon tidak berani hanya untuk sekedar menatap wajah cantik Suyeon.
Kini Baekyeon lebih sering menatap kearah Suyeon ketika gadis itu sedang tersenyum dan kadang tertawa karena candaan ibunya, ia bahkan sudah terbiasa jika tiba-tiba Suyeon melihat kearahnya.
Mungkin karena adanya sang ibu bisa mencairkan sedikit suasana yang ada diantara dirinya dan Suyeon.
"Teimakasih ibu, aku mencintaimu" ucap Baekyeon dalam hati untuk ibunya karena ibunyalah ia bisa dekat dengan gadis pujaan hatinya.
"Suyeon-a"
Suyeon yang sedang ingin menyuapkan nasi kedalam mulutnya kembali meletakkan sendoknya ketika namanya dipanggil "Iya tante"
Begitu juga Baekyeon, ia menoleh kearah ibunya ketika sang ibu memanggil nama Suyeon.
"Tolong jangan berkata macam-macam Bu" batin Baekyeon.
"Em sebelumnya tante meminta maaf jika ini akan membuatmu kembali bersedih, apa tadi yang kau kunjungi itu ibumu?"
Suyeon terdiam untuk beberapa saat dan itu membuat Baekyeon menyenggol lengan ibunya.
Seakan tahu dengan perasaan Suyeon akhirnya Sena mengelus tangan gadis cantik itu yang berada diatas meja.
"Tidak usah dijawab tante sudah mengetahuinya Suyeon-a" Sena merutuki dirinya ketika menanyakan hal yang sudah pasti membuat Suyeon bersedih, melihat keterdiaman Suyeon ia melihat kearah anaknya yang sedang menatapnya tajam.
"Suyeon maafkan ibuku, ibuku tidak..." ucapan Baekyeon terpotong.
"Tidak apa-apa sungguh aku baik-baik saja" sahut Suyeon.
Gadis cantik itu menghela napasnya pelan kemudian menatap Sena "Benar, aku berkunjung ke tempat ibuku. Ibuku meninggal 7 tahun yang lalu saat aku masih kecil"
Baekyeon menatap sendu kearah gadis cantik didepannya ini, rasa bersalahnya kembali merasuki hatinya seharusnya waktu itu ia tidak menyinggung pasal keluarga Suyeon apalagi ia baru mengetahui jika ibu kandung Suyeon sudah meninggal.
"Suyeon-a maafkan tante, tidak usah dilanjutkan ya"
Suyeon menggeleng "Tidak apa-apa tante, Suyeon hanya ingin bercerita sedikit saja"
Suyeon merasa kedua orang ini adalah orang yang tepat untuk tempatnya bercerita, lagipula mereka juga sudah mengetahui sedikit tentangnya.
Sena mengangguk begitu juga dengan Baekyeon.
"Kalau boleh tahu, ibumu meninggal karena apa?" Sena dan Baekyeon sangat menunggu jawaban gadis di depannya ini. Terlebih Baekyeon.
"Ibuku meninggal karena kecelakaan, dan itu semua salahku. Aku yang sudah membuat ibuku meninggal"
Sena dan Baekhyun terkejut mendengar perkataan Suyeon.
Perasaan bersalah Sena muncul mengingat dirinyalah yang terlebih dulu memulai pembicaraan yang membuat Suyeon kembali bersedih bahkan sebentar lagi gadis itu sepertinya akan menangis lagi.
Merasa bersalah karena ibunya membahas tentang ibu Suyeon, Baekyeon memberanikan diri untuk menatap Suyeon "Suyeon, itu semua terjadi karena takdir. Kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri"
Sena tersenyum akhirnya anak lelakinya yang sedari tadi diam kini berani berbicara juga dengan Suyeon "Iya Suyeon-a ini semua terjadi karena takdir, kau tidak boleh berkata bahwa kau yang membuat ibumu meninggal. Jika ibumu mendengar ini pasti beliau akan sedih" imbuh Sena.
"Benar, ini semua takdir aku seharusnya tidak menyalahkan diriku" Suyeon menatap balik Baekyeon, yang ditatap sempat tertegun karena Suyeon baru saja membenarkan perkataannya.
Sena mengarahkan jemarinya untuk mengusap punggung tangan gadis cantik itu "Kau tidak boleh menyalahkan dirimu lagi Suyeon-a, kau harus buang jauh-jauh pikiran buruk itu mengerti?"
Suyeon tersenyum dan mengangguk "Terimakasih tante"
"Hari kematian ibumu sama dengan hari kematian suamiku, ayah Baekyeon"
Mendengar perkataan Sena membuat Suyeon melirik kearah Baekyeon yang sedang menunduk.
Sama seperti Suyeon yang bersedih ketika mengingat kematian ibunya, Baekyeon juga pasti bersedih jika seseorang mengingatkannya pada kematian sang ayah.
"Ayah Baekyeon juga meninggal karena kecelakaan 8 tahun yang lalu, setelah diselidiki ternyata ada yang mensabotase mobil yang dinaiki oleh ayah Baekyeon saat itu" Sena nampak sudah biasa ketika menceritakan kronologis kematian suaminya.
Sudah dibilang bukan jika Sena sudah bisa merelakan kepergian sang suami.
"Tante, kalau boleh Suyeon tau siapa yang mensabotase mobil yang dinaiki ayah Baekyeon dan apa motifnya?"
Apa Baekyeon tidak salah dengar baru saja Suyeon menyebut namanya?
Sena menggeleng lalu menghela napasnya "Sampai sekarang pun tante tidak mengetahuinya, tante sengaja menutup kasusnya"
"Kenapa tante menutup kasusnya?" tanya Suyeon.
"Tante tidak ingin membuat ayah Baekyeon bersedih disana, biarkan Tuhan saja yang membalas perbuatan orang yang sudah mencelakai ayah Baekyeon"
Suyeon mengangguk lalu diraihnya tangan wanita cantik itu dan tersenyum untuk sama-sama menguatkan .
"Ternyata sudah hampir sore bagaimana kalau kita pulang sekarang" usul Sena sambil merogoh sesuatu di dalam tas jinjingnya.
Baekyeon mengangguk begitupun dengan Suyeon.
"Baekyeon-a kau antar Suyeon menggunakan taksi nanti ibu bisa pulang sendiri"
Baekyeon yang sedang memakai jaketnya menoleh pada sang ibu dengan raut wajah kebingungan.
Suyeon merasa tidak enak mendengar penuturan dari ibu Baekyeon itu "Apakah tidak merepotkan tante, Suyeon bisa pulang sendiri dengan taksi"
Sena menggeleng "Tidak-tidak, Baekyeon-a kau antar Suyeon ya. Kasihan jika gadis secantik Suyeon harus pulang sendirian"
Baekyeon mengangguk setelah sekian lama "Baiklah"
"Tante Suyeon pamit ya, terimakasih teraktiran makannya. Lain kali bisakah kita bertemu kembali?"
Sena mengelus surai panjang milik Suyeon dan tanpa ia sadari dirinya sudah beberapa kali mengelus surai itu "Tentu saja Suyeon-a, sepulang sekolah kau pulanglah bersama Baekyeon jika kau ingin datang kerumah"
Baekyeon melotot mendengar ucapan ibunya "Ibu ini kenapa sih?" bisik Baekyeon pada sang ibu namun diabaikan oleh beliau.
"Baiklah"
Baekyeon dibuat tercengang dengan sikap Suyeon hari ini, sikap dingin dan angkuh yang selama ini gadis itu tunjukkan seakan hilang dalam sekejab.
Gadis pujaan hatinyanya ternyata gadis yang sangat ramah, lembut, murah senyum dan sangat menghargai orang lain. Sungguh berbeda dari biasanya.
"Suyeon, apa tidak apa-apa aku yang mengantarmu pulang?"
Suyeon mengangguk lalu masuk kedalam taksi yang kebetulan sedang berhenti didepannya.
"Baekyeon-a kau harus mentraktir ibu setelah ini eoh?"
Baekyeon hanya bisa tersenyum malu mendengar ucapan ibunya "Ibu berhati-hatilah, setelah mengantar Suyeon aku akan segera pulang"
Sena mengangguk dan tersenyum senang ketika taksi yang membawa Baekyeon dan Suyeon pergi meninggalkannya "Semoga mereka bisa semakin dekat" ucap Sena sebelum melangkahkan kakinya ke kasir untuk membayar makanannya tadi.
Taksi yang ditumpangi Baekyeon dan Suyeon tadi sudah sampai di depan kediaman gadis cantik pujaan hati Baekyeon itu.
Suyeon segera keluar dari dalam taksi itu lalu merogoh saku celananya untuk mengambil uang "Aku sudah membayarnya, kau tidak perlu memberinya uang lagi" ucap Suyeon sambil memasukkan uang kembaliannya kedalam saku celana.
"Seharusnya aku yang membayarnya" ucap Baekyeon merasa tidak enak.
Bagaimana tidak, ketika seorang lelaki mengatar pulang seorang wanita menggunakan taksi namun malah wanitanya itu yang membayari ongkosnya.
"Tidak apa-apa" Suyeon tersenyum.
"Terimakasih"
Tanpa menjawab ucapan terimakasih dari Baekyeon, Suyeon melangkahkan kakinya untuk memasuki pekarangan rumahnya yang sangat besar itu.
Namun Suyeon kembali berbalik kearah taksi yang hendak melaju itu.
Apa barang Suyeon ada yang tertinggal?
"Baekyeon terimakasih" ucap Suyeon pada Baekyeon yang berada didalam taksi lalu setelahnya gadis itu berjalan kembali menuju rumahnya.
Baekyeon lagi-lagi dibuat tercengang dengan sikap Suyeon hari ini.
Suyeon berterimakasih padanya? Suyeon baru saja memanggil namanya? Apakah ini bukan mimpi?
"Sama-sama" jawab Baekyeon dan hanya ditemani oleh angin yang berhembus karena Suyeon sudah tidak ada dihadapannya.
Sean langsung menancap gas begitu mobilnya keluar dari area parkiran sekolah, tujuannya hanya satu yaitu kerumah Suyeon.
Sedari tadi pagi hingga siang menjelang sore semua pesan dan panggilannya sama sekali tidak ada balasan dari gadis mungilnya itu.
Sean memberhentikan mobilnya tidak jauh dari rumah Suyeon, Sean mengeratkan pegangan pada setir mobilnya ketika melihat pemandangan didepannya, alis hitam tebalnya menukik tajam memikirkan sesuatu.
Didepannya kini ia melihat Suyeon yang baru saja keluar dari taksi yang menghadap kearahnya, matanya semakin tajam melihat orang didalam taxi itu yang sedang berbicara dengan gadis mungilnya.
Ia hanya ingin tahu dengan siapa Suyeon pergi mengunjungi makam ibunya, Sean berniat untuk menginjak gasnya ketika melihat Suyeon masuk kedalam rumah.
Namun ia kembali menarik kakinya lagi ketika melihat Suyeon berbalik dan berbicara dengan seseorang yang ada didalam taksi itu.
Sean semakin menajamkan penglihatannya saat melihat Suyeon tersenyum pada seseorang didalam taksi yang tidak ia ketahui siapa itu.
Setahunya, Suyeon hanya tersenyum seperti itu padanya dan pada teman-temannya.
Namun siapa orang yang bisa membuat Suyeon tersenyum seperti itu selain dirinya?
Saat taksi itu melaju menuju kearahnya, Sean sempat dibuat terkejut ketika melihat orang didalam taksi itu adalah Baekyeon.
Jadi Baekyeon yang menemani Suyeon mengunjungi rumah duka?
Sejak kapan keduanya dekat?
Apa selama ia mengikuti turnamen dan tidak berada di sekolah mereka sering bersama dan sekarang keduanya dekat?
Tidak mau berfikir lebih jauh lagi Sean segera melajukan mobil nya masuk kedalam pekarangan rumah Suyeon.
"Sean-a" sapa Taehi ketika melihat Sean keluar dari mobilnya.
Sean membungkuk 90 derajat "Siang tante"
"Siang, kenapa kau tidak masuk bersama Suyeon tadi?"
Sean bingung dengan ucapan wanita didepannya ini, apa ibu gadis mungilnya itu tidak tahu jika Suyeon pulang dengan Baekyeon tadi?
"Suyeon berkunjung ke tempat ibunya bersamamu bukan?"
Ah Sean tau, pasti wanita ini mengira bahwa dirinya yang mengantar Suyeon pulang baru saja.
"Yasudah ayo masuk" Taehi mempersilahkan Sean untuk masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu miliknya.
"Sebentar tante panggilkan Suyeon dulu ya"
Sean mengangguk lalu mendudukkan dirinya disofa ruang tamu dirumah itu "Iya tante"
Sean masih memikirkan apa yang baru saja ia lihat itu.
Apa benar orang yang didalam taksi tadi adalah Baekyeon?
Bagaimana bisa Suyeon meminta Baekyeon untuk menemaninya berkunjung ketempat ibunya dan apa Suyeon sengaja tidak memberitahunya?
Apa Suyeon marah dengannya karena masalah Sejung waktu itu?
Pertanyaan itu muncul didalam benak Sean.
"Sean"
Merasa namanya dipanggil Sean menoleh kearah sumber suara "Suyeon-a"
Sepertinya gadis yang sekarang duduk disampingnya ini belum sempat berganti pakaian, terbukti dia masih memakai baju yang tadi sempat dilihatnya ketika keluar dari dalam taksi.
Suyeon membuka kaleng soda yang dibawanya dari dapur tadi "Mau apa kau kesini" gadis itu mengarahkan kaleng soda itu kemulutnya berniat untuk meminumnya.
Sean dengan cepat merebut kaleng soda itu sebelum menyentuh bibir Suyeon "Apa kau gila?"
"Mck kembalikan" Suyeon ingin merebut kembali kaleng sodanya yang sudah berada ditangan Sean, namun laki-laki itu justru menjauhkan kaleng soda itu dari Suyeon.
Sean menjitak kepala Suyeon "Sejak kapan kau minum minuman yang bersoda seperti ini eoh"
"Haishh kembalikan" Suyeon masih berusaha merebut kaleng soda itu.
"Tidak" Sean meletakkan kaleng soda milik Suyeon disebelah kirinya agar Suyeon tidak bisa menjangkaunya.
Suyeon menghela napasnya kasar serta mengusap wajahnya dan itu bisa dilihat dengan jelas oleh Sean.
"Apa kau sedang frustasi?" Sean merasa kasihan pada gadis mungilnya itu, Suyeon sekarang terlalu menutup diri terhadapnya sehingga ia tidak bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dengan gadis mungilnya ini.
"Sebenarnya kau mau apa kesini" tanyanya lagi pada Sean.
"Kenapa kau hari ini sulit sekali ku hubungi, kenapa kau tidak memintaku untuk menemanimu berkunjung ketempat ibumu, sebenarnya kau menganggapku apa?"
Sean memang sedikit kesal dengan Suyeon, bagaimana bisa sahabat kecilnya ini tega mengabaikannya seharian dan memilih pergi bersama orang lain daripada dengan dirinya.
Padahal setiap berkunjung ketempat ibunya ia tidak pernah absen untuk menemani sahabat kecilnya itu.
Mendengar ucapan Sean membuat Suyeon menatap laki-laki yang duduk disampingnya ini malas "Ada apa dengan mu"
"Seharusnya aku yang bertanya, ada apa denganmu kenapa kau mengabaikanku seharian ini"
Suyeon sedikit mengacak rambutnya "Aku tidak bermaksud mengabaikanmu"
"Kalau tidak mengapa kau tidak membalas pesan dan tidak mengangkat telfonku?"
Suyeon menatap Sean kemudian menghela napasnya lagi "Aku tidak sempat memegang ponsel tadi"
"Kenapa kau tidak memintaku menemanimu berkunjung ketempat ibumu tadi?" sahut Sean.
"Sean-a"
Seakan tahu dengan maksud tatapan Suyeon, Sean segera berucap "Oke kali ini aku memaafkanmu karena tidak mengajakku berkunjung ketempat ibumu tapi lain kali kau harus datang bersamaku" Sean tahu jika Suyeon sedang lelah dan tidak mau diajak berdebat.
"Aku memang tidak ingin merepotkanmu lagi, lebih baik kau pulang aku ingin beristirahat" Suyeon berdiri dari duduknya dan mengambil kaleng soda yang sempat direbut oleh Sean tadi.
Sean kembali merebut kaleng soda itu sembari menarik tangan Suyeon untuk membuat gadis itu menghadapnya "Maafkan aku karena tidak mengingat hari kematian ibumu, sungguh aku minta maaf Suyeon-a" Sean menatap sendu sahabatnya itu.
Ia memang bodoh sudah melupakan hari penting ini, gadis mungilnya pasti sangat membutuhkannya disaat seperti ini.
Suyeon kembali duduk begitupun dengan Sean "Untuk apa kau minta maaf Sean-a kau tidak bersalah"
"Ini juga salahmu kenapa kau tidak menelfonku untuk menemanimu berkunjung"
Melihat Sean merajuk membuat Suyeon tersenyum, terkadang Sean bersikap sangat dewasa dan juga bisa bersikap sangat manja ketika sedang bersamanya.
"Cih sudahlah tidak apa-apa lagian aku sudah pulang juga ini"
"Tapi lain kali jangan mengabaikanku lagi"
Suyeon mengangguk untuk menginyakan perkataan Sean.
to be continue...