"Ya Baekyeon-a apa yang kau lakukan" Daejong merasa kebingungan dengan Baekyeon yang tiba-tiba berdiri.
"Apa saya bisa menemani Suyeon saem"
Suyeon menatap kearah Baekyeon "Apa lagi yang ingin dia lakukan" pikir Suyeon dalam hati
Sean menatap tajam kearah Baekyeon setelah mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan lelaki yang dikenalnya pendiam itu "Tidak, saya yang akan menemani Suyeon saem"
Sean nampaknya tidak menyukai Baekyeon"Berani sekali Baekyeon mencoba mendekati Suyeon di depan matanya" ucap Sean dalam hatinya.
"Ya Baekyeon-a, kau jangan membahayakan dirimu sendiri kau tidak seharusnya ikut campur pada masalah yang tidak kau ketahui" Daejong memperingatkan sahabatnya itu agar tidak ikut campur dengan masalah yang bisa membahayakan nasib sahabatnya itu di sekolah ini jika sampai Baekyeon melakukan kesalahan, namun Baekyeon mengabaikan ucapannya.
"Sean-a, kau tidak percaya jika Suyeon yang menyuruh seseorang untuk melukaiku?" Sejung berdiri disamping Sean.
Tentu saja Sean tidak percaya karena ia sangat yakin jika Suyeon tidak mungkin berbuat seperti itu, Sean berani menjamin atas itu.
"Aku belum bisa percaya jika itu tidak terbukti dengan jelas" jawab Sean.
"Ya! Bahkan orang suruhannya bilang bahwa Suyeonlah yang menyuruhnya. Apa kau masih tidak percaya padaku?" Sejung menatap Sean dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudah cukup. Choi Suyeon, Kim Sejung, Koo Baekyeon, Na Sean. Ikut keruangan saya" Song saem dan Gong saem berjalan mendului 4 orang yang mereka sebut tadi.
Diruang kesiswaan terdapat orang tua Sejung yang sudah menunggu kedatangannya dengan beberapa dewan sekolah.
"Membahas tentang tuduhan yang ditujukan pada Choi Suyeon, apakah kau ingin melakukan pembelaan sebagai tersangka?" tanya Goo saem.
"Tidak" Suyeon menjawabnya dengan nada datar dan terkesan malas untuk menjawab pertanyaan itu.
Semua orang diruangan itu menatap kearah gadis berwajah dingin itu termasuk Sean dan Baekyeon.
Suyeon memang tidak ingin menjelaskan sesuatu karena disini dirinya akan menjadi serba salah, memang ia tidak melakukan apa yang seperti dituduhkan. Namun apakah mereka semua yang ada diruangan itu percaya ketika dirinya membela diri sedangkan Suyeon tidak memiliki bukti apapun.
"Sudah aku duga pasti kau yang membuat anakku terluka, dasar sahabat tidak tahu diri" ucap Ibu Sejung sambil menunjuk Suyeon.
Goo ssaem selaku guru kesiswaan menghela napasnya lalu berusaha bertanya dengan nada yang sedikit lembut, ternyata bukan hanya teman-temannya yang sulit berinteraksi dengan Suyeon namun guru-gurunya pun sama sulitnya.
"Kenapa kau tidak melakukan pembelaan" tanya Goo saem lagi.
"Saem, aku tidak bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah jadi untuk apa aku membela diri" Suyeon menatap tajam kearah keluarga Sejung.
"Wah sepertinya jiwa pemberanimu patut ditiru, kau bahkan mengakui kesalahanmu. Bukankah kita harus mengeluarkan siswa yang melakukan kekerasan terhadap temannya sendiri ini Goo saem?" ibu Sejung menatap tidak suka kearah Suyeon.
Padahal selama Suyeon berteman baik dengan Sejung bahkan wanita itu terlihat lemah lembut dan selalu menyayangi Suyeon seperti anak sendiri, namun sekarang wanita itu terlihat membenci Suyeon.
"Pihak sekolah tidak bisa langsung memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan yang matang Nyonya. Saya akan menyelidiki kasusnya" jawab Goo saem.
"Sayang anak kita sudah menjadi korban kekerasan apa kau tidak ingin meminta pihak sekolah untuk mengeluarkannya, aku tau kau punya koneksi kuat di sekolah ini"
Memang benar jika ayah Sejung memiliki koneksi yang kuat disekolah ini karena beliau menjadi salah satu pendonasi terbesar disekolah ini, jadi beliau memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
"Tenanglah, jangan mempermalukan dirimu" jawab suaminya dengan nada setengah berbisik.
"Baiklah pihak sekolah akan menyelidiki kasus ini, namun jika setiap saat saem memanggil, kalian harus siap di intograsi. Mengerti?" ucapan Goo ssaem tertuju pada Suyeon, Sean, Sejung dan juga Baekyeon.
Keempatnya mengangguk "Mengerti saem"
"Kalian boleh kembali ke kelas" perintah Goo ssaem.
Suyeon, Sean, Sejung dan Baekyeon kembali kekelas mereka, saat menuju ke kelas mereka berjalan tanpa ada yang berbicara diantara keempatnya.
"Suyeon" Baekyeon memberanikan diri untuk memanggil Suyeon yang berjalan tidak jauh di depannya.
"Hm"
"Bisakah kita berbicara sebentar?" tanpa menjawab ajakan Baekyeon, Suyeon berjalan memutar arah dan itu tandanya jika gadis cantik itu bersedia diajak mengobrol dengan Baekyeon.
Mengetahui jika Suyeon menyetujui ajakannya, Baekyeon langsung mengekor di belakang gadis cantik itu.
Disinilah mereka sekarang dimana lagi jika tidak diatap sekolah, bagi Suyeon atap sekolahnya ini pantas dijadikan untuk tempat mengobrol ataupun tempat untuk menenangkan diri.
Keduanya berdiri saling berhadapan namun tidak saling menatap, karena Suyeon lebih memilih menatap kedepan dimana tepat dibelakang Baekyeon terlihat jalanan yang dipadati kendaraan daripada melihat kearah Baekyeon yang masih berjarak beberapa langkah di depannya.
"Maaf" akhirnya Baekyeon memberanikan diri memulai pembicaraan.
Hanya keheningan yang membalas perkataan Baekyeon.
"Aku minta maaf atas perkataanku waktu itu, sungguh aku tidak bermaksud berkata seperti itu padamu. Aku sangat menyesal saat itu" Baekyeon kembali berucap ketika Suyeon masih dalam keterdiamannya.
"Aku minta maaf" Baekyeon menunduk tanda menyesal.
Baekyeon melihat sepasang sepatu putih yang dikenakan oleh Suyeon. Netranya bergerak mengikuti gerak sepatu putih itu yang berjalan melewatinya.
Baekyeon melihat kemana sepatu milik Suyeon itu pergi, kini ia memandang punggung sempit milik gadis cantik yang membelakanginya.
"Apa kau mau memaafkanku" Baekyeon kembali berucap.
Suyeon masih setia dengan keterdiamannya, Baekyeon pun memutuskan untuk berdiri disamping gadis cantik itu.
"Apa kau percaya padaku" Suyeon berucap sambil memandang kearah jalanan seakan ia sedang berbicara dengan angin.
Baekyeon menoleh untuk melihat wajah Suyeon dari arah samping "Aku sangat percaya padamu"
Suyeon mendecih "Bahkan kau tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kau berkata bahwa kau percaya padaku" Suyeon menghela napas beratnyanya.
"Aku tahu semuanya" Baekyeon masih setia dengan posisinya menatap Suyeon dari samping.
"Sungguh pemandangan yang sangat indah dan ini adalah waktu yang sangat berharga untukku, aku berjanji tidak akan melupakan saat dimana aku bisa melihat wajahmu yang sangat cantik ini tepat di depan mataku" ucap Baekyeon dalam hatinya.
"Bagaimana mungkin aku bisa disalahkan atas perbuatan yang tidak kulakukan" Suyeon kini melihat kearah Baekyeon yang sedang asik menatapnya dengan cepat lelaki itu mengalihkan pandangannya.
"Tapi kenapa kau tidak membela dirimu tadi" Baekyeon membalas menatap Suyeon yang belum mengalihkan pandangannya.
Tatapan mereka terpaku untuk beberapa saat setelah Suyeon mengeluarkan perkataan.
"Apa aku bisa"
Apa Baekyeon baru saja mendengar keputusasaan dari seorang Choi Suyeon?
"Ya?" Baekyeon mencoba membenarkan apa yang didengarnya baru saja.
Suyeon menghela napasnya lagi lalu mengarahkan pandangannya ke depan "Apa aku bisa membuat semua orang itu percaya padaku, jika aku saja tidak mempunyai bukti bahwa aku tidak bersalah"
"Aku akan melakukannya untukmu" Baekyeon menatap Suyeon yang berada tepat disampingnya.
"Apa maksudmu?"
Suyeon memang tidak pernah sedekat ini dengan Baekyeon meskipun hanya sekedar menyapa, namun mengapa akhir-akhir ini ia bisa dekat dengan lelaki ini.
"Aku akan membuktikan bahwa kau tidak bersalah" ucap Baekyeon lagi.
"Kenapa kau begitu yakin bahwa aku tidak bersalah?"
Wajar saja gadis cantik itu bertanya demikian, karena setahunya ia tidak menceritakan masalah ini kepada siapapun termasuk Baekyeon namun kenapa lelaki di depannya ini seolah mengetahui semua yang terjadi , meskipun Baekyeon belum mengatakan yang semuanya padanya.
"Karna aku tahu semua yang terjadi"
"Bagimana bisa?" batin Suyeon.
"Cih, bagaimana kalau aku memang menyuruh seseorang untuk melukai Sejung karna menyukai Sean. Apa kau juga akan membantuku untuk membuktikan bahwa aku bersalah?" Skakmat Baekyeon salah dengan perkataannya.
"Tidak.."
"Pikirkan sudut pandang orang lain dengan begitu kau akan bisa menentukan yang mana yang benar dan mana yang salah. Bagaimana bisa kau yakin..."
"Aku bilang aku tahu semua yang terjadi!" Baekyeon kesal sekarang, bagaimana bisa gadis didepannya ini mengatakan seakan dia yang bersalah padahal gadis itu tidak bersalah sama sekali.
"Diamlah. Aku tidak mau kau terlibat"
Benar. Suyeon tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalah kesalahpahaman ini.
"Aku akan membuktikan bahwa kau tidak bersalah"
"Tetap diam sebelum semuanya semakin rumit" tegas Suyeon.
"Bagaimana aku bisa diam melihat orang yang tidak bersalah harus bertanggung jawab atas apa yang tidak ia lakukan"
Baekyeon tidak menyangka dengan pemikiran Suyeon, gadis itu tidak bersalah tapi kenapa Suyeon yang disalahkan!
"Apa pedulimu"
"Aku peduli padamu sebagai seorang teman, aku ingin kau mengatakan bahwa kau tidak bersalah" ujar Baekhyeon.
"Tidak! Aku tidak mau mengatakannya dan berhenti mencampuriurusanku" Suyeon menatap tajam kedalam netra teduh milik Baekyeon.
Suyeon pikir lelaki di depannya ini mengajaknya mengobrol hanya untuk meminta maaf atas kesalahannya beberapa hari lalu padanya, namun kenapa pembicaraan mereka sampai disini dan itu membuat Suyeon kesal.
"Jangan berharap kau akan menjadi orang terpenting dihidupku, berhenti mengusikku dan urusi saja kehidupanmu!" Suyeon meninggalkan Baekyeon yang masih mematung mendengar perkatannya tadi.
Perkataan yang baru saja Suyeon lontarkan itu seakan membuat Baekyeon seperti dijatuhi benda berat di dadanya, kenapa rasanya sesak sekali ketika Suyeon melarangnya untuk berharap menjadi orang terpenting dihidupnya.
Baekyeon bahkan sudah tidak lagi berharap sampai sejauh sejauh itu, sekarang ia hanya ingin menjadi teman untuk Suyeon namun sebegitu bencinya Suyeon dengannya?.
Suyeon masuk kedalam kelas lalu mengambil tasnya dan mengabaikan teman-temanya tengah yang asik menbicarakannya.
Sebelum berjalan meninggalkan kelas Sean menahan tangan gadis cantik itu "Kau mau kemana, sebentar lagi pelajaran akan dimulai"
Sean sangat khawatir dengan keadaan gadis cantik itu akhir-akhir ini, melihat Suyeon ingin pergi begitu saja tentu membuat Sean cemas.
"Aku akan pulang, lepaskan tanganmu" Suyeon menatap tajam kearah sahabat laki-lakinya itu.
Sean tidak menjawab dan langsung menarik tangan Suyeon untuk keluar dari kelas.
Baekyeon melihat Sean yang menarik tangan Suyeon menghentikan langkahnya yang akan masuk kedalam kelas, awalnya ia ingin mengikuti kemana perginya mereka namun ia ingat dengan perkataan Suyeon kepadanya kalau ia tidak boleh mencampuri kehidupan Suyeon lagi.
Apa Baekyeon menyerah untuk memperjuangkan cintanya pada Suyeon?
Suyeon memberontak ketika tangannya ditarik paksa oleh Sean "Sean-a lepas!"
"Bukankah kau ingin membolos hari ini, aku akan menemanimu kemanapun kau ingin pergi, aku tidak percaya kau akan pulang kerumah" Sean terus menarik Suyeon untuk meninggalkan area sekolah.
Disinilah mereka, disebuah taman yang cukup nyaman untuk menenangkan pikiran bagi siapapun yag muak dengan masalah hidupnya.
Sean menyodorkan sebotol air mineral yang dibelinya tadi pada Suyeon.
"Apa kau akan terus diam" tanya Sean sambil duduk disamping gadis cantik itu.
Tanpa menjawab Suyeon meminum air mineral yang diberikan oleh Sean.
"Kenapa kau tidak membela dirimu saat diruang kesiswaan tadi, aku tau kau tidak mungkin melakukan hal seperti itu apalagi pada Sejung, Suyeon-a?" Sean menatap gadis disampingnya itu yang masih setia dengan keterdiamannya.
"Kau tidak mau bercerita sesuatu padaku?" Sean kembali menelan pil pahit karena perkataannya sedari tadi tidak dijawab oleh orang yang sedang duduk disampingnya itu.
Karena lama menunggu Suyeon berbicara, akhirnya Sean memutuskan untuk meletakkan kepalanya dipaha gadis mungilnya itu.
Sean bisa melihat jika Suyeon sedang memikirkan sesuatu, akhir-akhir ini memang Suyeon terlihat lebih menutup dirinya dari Sean.
Sean mencolek dagu runcing milik Suyeon yang berada diatasnya "Kau masih tidak mau bicara?"
"Ishh menyingkirlah" Suyeon mendorong tubuh bongsor milik Sean, alhasil kini Sean terjatuh diatas tanah.
"Oho.. Akhirnya kau berbicara juga" Sean kembali duduk disamping Suyeon.
"Kau mau bercerita sesuatu padaku?" tanya Sean lagi.
"Tidak" putus Suyeon.
"Huftt begitu rupanya, kalau begitu aku saja yang akan bercerita" tidak mendengar jawaban dari Suyeon akhirnya Sean memutuskan untuk bercerita.
"Aku mengenal bocah perempuan yang bernama Soyu saat aku masih kecil" Sean menoleh kearah Suyeon untuk melihat reaksi gadis cantik itu.
"Bocah kecil itu dulu sangat manja padaku, dia tidak mau makan jika tidak denganku. Dia selalu menangis jika aku tidak menemuinya, apakah dulu bocah itu menyukai Arghhh! Ya! Kenapa kau mencubit perutku, yaishh ini sakit Suyeon-a!" Sean berpura-pura merajuk sambil menatap Suyeon.
Suyeon memberi tatapan tajamnya pada Sean "Berhenti bercerita hal konyol seperti itu"
"Ya! Ini cerita masa kecil kita dan kau bilang ini hal konyol? Lihat aku"
Suyeon melihat kearah netra hitam milik Sean sambil memasang wajah dinginnya.
"Apa kau tidak ingat saat dulu kau selalu menempeliku? Kau bahkan selalu datang kerumahku setiap hari dan kau sempat berkata ingin menikah denganku saat kita sudah besar dan kau ingin memiliki anak yang banyak bersama ku. Arghhhh! Kenapa sikapmu kasar sekali huh?!" Sean kembali berteriak saat Suyeon memukul bagian belakang kepalanya dengan sedikit bertenaga.
"Berhenti berbicara sebelum aku memukulmu lagi" ancam Suyeon.
"Kau bahkan sudah memukulku" ucap Sean sambil mengelus bagian belakang kepalanya bekas pukulan Suyeon.
"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin sedikit bernostalgia tentang masa kecil kita, apa itu salah Soyu-a?"
"Soyu-a bisakah kita seperti dulu lagi?" tanya Sehun.
Suyeon merotasikan bola matanya malas kearah Sean "Apa maksudmu?"
"Bisakah kau bersikap seperti dulu lagi, aku ingin melihatmu ceria seperti dulu dan selalu menceritakan apapun yang kau alami padaku, aku ingin menjadi orang yang pertama kali kau cari disaat kau membutuhkan seseorang untuk menjadi sandaranmu. Apakah tidak bisa?"
Suyeon bisa melihat bahwa teman masa kecilnya ini sedang serius dengan perkataannya.
"Aku ingin kita saling terbuka satu sama lain, apakah kau tidak bisa menjadi Soyuku yang dulu?" Sean kembali harus menelan pil pahit karena perkataannya tidak dihiraukan oleh Suyeon.
"Soyu-a"
"Berhenti memanggilku seperti itu" ucap Suyeon jengah.
Entah karena Suyeon tidak menyukai panggilan itu atau Suyeon takut mengingatkan tentang masa kecilnya dan jika semakin diingat maka itu akan membuatnya ingat dengan kejadian yang membuatnya kehilangan sang ibu.
"Kenapa Soyu-a?"
"Aku bilang berhenti" bukannya Suyeon tidak ingin mengenang masa lalu mereka, namun Suyeon hanya tidak ingin membuatnya kembali mengingat kejadian menyedihkan itu.
"Soyu-a" nampaknya Sean ingin bermain-main dengan gadis mungilnya ini.
"Ya aku bilang berhenti Sean!"
Mendengar bentakan itu membuat Sean termangu untuk beberapa saat, pasalnya Suyeon sangat jarang membentaknya.
Meliat Suyeon yang nampak tidak menyukai obrolannya kini Sean menggoda gadis itu dengan mencubit pipi tembam milik Suyeon.
"Ya kenapa kau sekarang mudah marah eoh? Apa kau tidak takut cepat tua nanti?" Sean masih mencubit gemas pipi tembam milik gadis didepannya ini.
"Sean-a lepas" Suyeon berusaha menyingkirkan tangan Sean yang berada di wajahnya.
"Aku tidak mau" Sean semakin memainkan pipi tembam itu.
"Kau lucu jika seperti ini ahkkk" Sean mengaduh karena tulang keringnya jadi sasaran tendangan dari seorang Choi Suyeon.
"Dasar gadis kasar, kau mau kemana? Suyeon-a" Sean mengejar Suyeon yang sudah jalan menduluinya.
to be continue...