Chereads / I need love / Chapter 41 - 41. Istri yang baik hati

Chapter 41 - 41. Istri yang baik hati

"duduk tuan" Dafa menawarkan Alqi dan Vino duduk. Ia menyimpan rasa penasarannya.

Mereka duduk. Alqi duduk tepat didepan Dafa. sementara Vino tak jauh dari situ.

"sini sayang" ujar Alqi menekankan kalimat 'sayang' sambil menepuk sofa disebelahnya.

Rea menurut. Ia duduk disebelah Alqi. Alqi lalu merapatkan Rea. Ia memeluk pinggang Rea.

Vino geleng-geleng melihatnya.

Jadi ini rencana anda tuan.

Sementara Dafa tampak sebegitu terkejut. Rasa penasarannya sudah meledak. dengan tidak tahu malu ia membuka kata pada Alqi.

"sekretaris anda sudah jadi pacar anda ya sekarang"

"dia bukan pacar ku, dia istriku, istri sah ku" Jawab Alqi menekankan kalimat 'istri'. Ingin rasanya ia berteriak pada Dafa bahwa Rea adalah miliknya. Tidak ada yang bisa mengambilnya dariku. termasuk kamu. dia sudah milik ku sepenuhnya. Namun ia tahu itu sifat terlalu kekanak-kanakkan. Ia bersikap dingin seperti biasanya.

Rea diam saja. Alqi memang suaminya. tidak ada salah dia bilang begitu. Namun ia sedikit malu karena Alqi terlalu terang-terangan seperti itu pada klien kerjanya.

Pada akhirnya Vino mengalihkan pembicaraan tentang kerja. Dafa menjelaskan bahwa ia ingin menawarkan kontrak kerja sama.

entah kenapa sedari tadi Dafa memandang Rea dengan tatapan aneh.

Alqi menyadari hal itu.

"kenapa memandang istriku seperti itu?" tanya Alqi dingin. Ingin rasanya ia mencakar wajah Dafa.

"tidak tuan Alqi, saya hanya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan anda"

Alqi menyeringai senang.

habis sudah harapan ku untuk mendapatkan Rea. padahal tujuan ku ingin bekerja sama dengan Alqi agar bisa mendekati Rea. sial sial sial

"kenapa anda tidak mengundang saya tuan" ujar Dafa basa-basi.

"kenapa aku harus mengundang mu" Jawab Alqi acuh. Ia sedang asik memandang Rea sambil sesekali menyangkutkan rambut disela-sela telinga Rea.

Kali ini ia benar-benar memamerkannya. pupus sudah harapan Dafa.

"Vino, kamu selesaikan ini, aku mau pergi bersama istri ku" ucap Alqi.

Rea memandang Alqi dengan tatapan aneh.

Urusan belum selesai tapi sudah mau pergi. Dasar tuan muda ini benar-benar sudah gila.

"ayo sayang, aku bosan disini"

Rea mengikuti saja. Terserahlah pikirnya.

"kamu mau kemana sayang?" tanya Alqi ketika didalam mobil

"hm...aku mau makan es gunung di ujung jalan itu" jawab Rea.

"baiklah, ayo kita pergi" ujar Alqi memacu mobilnya.

Rea senang sekali. Ia sudah membayangkan es akan menggunung didepannya.

Air liurnya menetes. Baru membayangkan saja sudah membuatnya sangat haus.

Alqi memarkirkan mobilnya didepan warung kecil. Ada tulisan ES GUNUNG di depan warung itu. Seperti warung ini benar-benar hanya menjual es gunung karena tidak ada menu yang lain.

Mereka lalu masuk ke warung itu. sebenarnya Alqi enggan makan di warung itu tapi ketika melihat Rea begitu senang ketika sampai di warung itu membuatnya ikut senang juga.

Penjaga warung mendekati kursi tempat Alqi dan Rea duduk.

"2 ya" ujar Alqi pada penjaga warung itu. Penjaga warung itu menganggukkan kepala lalu pergi.

Rea melihat penjaga warung itu seusia ibunya. wanita paruh baya itu dengan senang hati melayani pembeli.

trett...trettt ...

hp Alqi bergetar.

"telpon dari Vino, aku angkat dulu ya" ujarnya pada Rea. Rea menjawab dengan anggukan. Alqi lalu keluar mengangkat telpon dari Vino.

Rea sendirian di kursinya. Ia menatap sekeliling. Lumayan banyak pembeli. mungkin karena cuaca siang ini panas.

Tiba-tiba mata Rea menangkap sosok lelaki berpakaian lusuh mendekati warung. Laki-laki itu sudah tua. mungkin umurnya sekitaran 70an. Laki-laki membawa mangkok kecil ditangan. Ia adalah pengemis.

Hati Rea sangat miris melihat bapak itu. lebih tepatnya kakek itu. Kakek itu menatap poster es gunung itu. mungkin ia sangat menginginkannya.

Rea bergerak mendekati kakek itu. Ia membuka dompetnya. Suaminya memang orang kaya tapi ia tidak punya uang terlalu banyak. walau Alqi memberinya kartu kredit tapi sangat jarang ia gunakan. Rea membuka dompetnya ada 10 lembar uang 100 ribu. Ia memberi semua uang itu pada kakek itu.

"ini untuk kakek"

Kakek itu tampak terkesiap melihat jumlah uang yang Rea berikan.

"te-terima kasih nak" ucap kakek itu terbata-bata. Air matanya tampak mengalir.

"kek, jangan menangis" ujar Rea ketika melihat kakek itu menangis.

"saya terharu, ada orang sebaik kamu nak" ucapnya sambil mengusap air matanya.

Rea tersenyum.

"semoga kamu selalu dilindungi tuhan, murah rezeki nak, dan cepat dapat jodoh"

"aamiin, tapi saya sudah punya suami kek, itu suami saya" jawab Rea, jarinya menunjuk kearah Alqi yang sedang menelpon.

"kalau begitu semoga cepat dapat anak dan dipanjangkan jodohnya nak"

"aamiin" secara spontan Rea mengucapkan kalimat itu.

"kakek mau es gunung, ayo kek, biar saya yang bayar"

"tidak usah nak"

"tidak apa-apa kek, tidak baik menolak rezeki. ayo"

Kakek itu masuk. Rea menyuruh kakek itu duduk tidak jauh dari mejanya.

Sebenarnya ia ingin menyuruh kakek itu duduk di mejanya hanya saja ia takut kalau Alqi akan merasa tidak nyaman.

setelah memesan untuk kakek itu Rea kembali duduk di mejanya. Lalu Alqi datang.

Setelah itu pesanan mereka sampai.

Rea menatap es gunung itu dengan mata berbinar. Es yang menggunung dengan sirup bewarna-warni ditambah kacang-kacangan sangat menggoda selera.

Rea segera menyantap es itu dengan lahap. Alqi hanya senyum melihatnya. Ia juga ikut menyantap es itu.

"hemmm.....segar sekali" ujar Rea pada suapan pertamanya. Ia benar-benar menikmati es itu.

"berikan dompetmu" ujar Alqi tiba-tiba

"eh, kenapa?" tanya Rea.

"berikan saja, tidak usah bertanya" jawab Alqi.

Dengan berat hati Rea memberi dompet itu pada Alqi. Alqi mengecek dompet itu.

"kamu memberi semua uang mu padanya" tanya Alqi. Ia melihat semua yang dilakukan Rea. Ia juga mendengar semua percakapan Rea dengan kakek itu. termasuk doa kakek itu agar jodoh mereka panjang dan segera mendapatkan anak. Alqi juga mengaminkan berkali-kali. Sebenarnya ia sudah siap menelpon. hanya ketika Rea menunjuknya tadi ia berpura-pura sedang menelpon.

"eh, iya" jawab Rea. Ia yakin Alqi tidak akan marah tapi kenapa dia takut.

Alqi memberi dompet itu lagi pada Rea. Tidak ada reaksi apapun darinya.

"oh ya, itu nanti kamu bayar juga ya punya kakek itu" ujar Rea. Ia baru ingat kalau uangnya sudah habis.

"hm" jawab Alqi singkat. didalam hatinya ia sangat bahagia memiliki istri yang sedemikian baik.

Selesai makan es gunung mereka kembali kekantor. Vino sudah ada juga rupanya.

Kali ini Rea duduk di ruangan Alqi. memainkan hpnya.

sementara Alqi sibuk menandatangani dokumen yang menumpuk didepannya. Rea menatap suaminya. sudah satu jam suaminya tenggelam dalam pekerjaan.

Sesekali Alqi mengerakkan lehernya. lelah.

Rasa kasihan timbul di hati Rea. Ia merasa kalau selama ini ia selalu membebani Alqi. Ia selalu minta ini minta itu. semua keinginannya harus dituruti. tapi anehnya Alqi selalu menuruti walau kadang ada saja kejahilan untuk istrinya.