"iya ma, pasti aku maafkan" jawab Rea dengan senyumannya.
Wajah lega mamanya terlihat.
"Kau dengar itu nak, Istri mu memaafkan mama, jadi kamu pulang ya" ujar Mamanya.
"Sayang kamu benar-benar atau tidak?" bertanya dengan menatap intens istrinya.
"Iya, aku serius. Tidak baik jika punya dendam, aku serius memaafkan Mama" ujar Rea sungguh-sungguh. Ia merasa sangat bahagia karena akhirnya Mama mertuanya mau menerimanya.
Alqi tampak berpikir sejenak.
Bagaimana Rea bisa dengan mudah memaafkan mama. Padahal waktu itu Mama menghinanya secara terang-terangan. Rea juga sampai menangis ketika dihina mama. Dan sekarang ia dengan mudah bilang sudah memaafkan mama. Istri ku ini memiliki hati yang sangat mulia.
"Mama pulanglah, malam ini aku akan pulang kerumah" ujarnya.
"benarkah?"
"pulanglah sekarang sebelum aku berubah pikiran"
"baiklah, Mama akan pulang" ujar Mamanya dan bergegas pulang.
Setelah mamanya pulang Alqi dan Rea segera pergi ke perusahaannya.
***
Hari menjelang senja ketika Alqi dan Rea memasuki Mobil. Rea kaget ketika mendapati Alexsa didalam mobil.
"hei, bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Rea pada Alexsa yang duduk di kursi depan sebelah Vino. Sedangkan ia dan Alqi ada di kursi belakang.
"Kak Vino yang jemput" jawabnya pada Rea.
Vino melajukan mobilnya.
"Kakak ipar" panggil Alexsa melihat kebelakang.
"iya" sahut Alexsa. Dengan cepat ia menghempaskan tangan Alqi. Sangat memalukan jika Alexsa melihat apa yang sedang mereka lakukan. Alqi memeluk Rea dan meraba-raba tubuh Rea.
Alexsa tampak berpikir sejenak. Wajahnya terlihat ragu " hm...tidak jadi, lain kali saja aku tanyakan" ucap Alexsa dan kembali melihat depan. Ia ingin menanyakan sesuatu pada Rea hanya saja ia takut melihat Alqi.
Rea diam saja pada apa yang dilakukan Alqi. Ia juga sudah terbiasa dengan semua itu. Sesekali ia menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan suara desahan ketika Alqi mengigit-gigit kecil lehernya.
Tiba-tiba Rea merasa ada yang salah.
"Sayang" panggilnya pada Alqi yang sibuk mencium rambut dan lehernya.
"hm" Jawab Alqi tidak menghentikan apa yang dia lakukan.
"Ini bukan jalan menuju apartemen" ujarnya pada Alqi. Tapi Alqi tampak acuh. Ia masih sibuk mengendus-endus leher Rea. Sesekali ia menjilat dan mengigit nya.
"Sayang" dengan suara yang tinggi. Kesal karena Alqi tidak menghiraukannya.
"Kenapa?" Jawab Alqi meninggalkan kegiatannya dan melihat kearah Rea.
"Ini bukan jalan menuju apartemen" masih dengan suara kesal.
Alqi menarik Rea kepelukan nya membuat Rea bersandar di dada Alqi.
"sayang, apa kau ingat dengan keputusanmu tadi pagi?" Tanya Alqi mengusap-usap rambut Rea.
Rea tampak mengingatnya. Ia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya ketika ia tahu kemana tujuan mereka.
Hari sudah gelap ketika mobil mereka berhenti disebuah rumah besar nan mewah. Rea melihat rumah itu. Ia kembali teringat kejadian diawal mereka menikah. Dimana ia belum mencintai Alqi dan mendapat hinaan dari mama mertuanya sendiri. Ia bahkan ingat betul apa yang mama mertuanya itu ucapkan.
sudahlah Rea. lupakan masa lalu. lagi pula mama juga sudah minta maafkan.
Mereka berempat keluar dari mobil. Tampak dua orang pelayan bergegas menuju mobil. Pelayan itu mengambil tiga koper didalam bagasi mobil.
Koper itu membuat Rea berpikir cukup keras.
Sejak kapan koper itu ada disitu dan itu juga ada koperku. Siapa yang mengemas pakaian ku.
"Sayang, ayo masuk" panggil Alqi. Tapi panggilan itu tidak didengar oleh Rea, ia masih tenggelam dalam pikirannya mengenai koper itu.
"Sayang" panggil Alqi lagi.
"Sayang" panggil Alqi lagi dengan suara yang meninggi.
"i-iya" Jawab Rea sadar dalam pikirannya. Ia gelagapan.
"apa yang kau pikirkan? kau tidak mau pulang?" tanya Alqi. Ia takut jika Rea tidak mau pulang kerumah akibat ulah mamanya.
"ah, ti-tidak" jawab Rea. Tapi pikirannya masih pada koper itu.
"Sayang, apa yang kamu pikirkan?" tanya Alqi lagi.
"sayang, koper itu" menunjuk koper yang dibawa dua pelayan tadi.
"oh, ayolah sayang, kenapa dengan koper itu?" tanya Alqi menatap aneh pada Rea.
"Sayang, siapa yang mengemasi baju-baju ku?" akhirnya isi benaknya keluar juga.
"sayang, kenapa kau menanyakan hal tidak penting begitu, sudah ayo masuk" ujar Alqi sambil menarik tangan Rea menuju Vino dan Alexsa yang sudah sampai teras rumah.
"kakak ipar kenapa?" tanya Alexsa yang melihat kakak iparnya kebingungan
"ah, tidak apa-apa" jawab Rea santai.
Ketika mereka berempat masuk rumah, mereka disambut dengan meriah oleh keluarga Alqi.
Ruang tamu dipenuhi dengan bunga dan foto-foto Alqi dan Alexsa. Juga ada foto pernikahan Alqi dan Rea. foto Rea tidak banyak hanya foto pernikahan saja. Foto Alqi dan Alexsa tampak memenuhi ruangan itu. Ditambah dengan spanduk ucapan *selamat pulang kerumah*
Lumayan lebay pikir Rea.
Papa, Mama, kakek dan beberapa pelayan tampak berdiri menyambut dengan senyuman secerah mentari pagi.
"Selamat pulang kerumah!!!" ujar mereka serempak.
"Ayo nak, ayo masuk" ujar Mamanya.
Rea, Alqi, Alexsa dan Vino masuk lalu duduk di sofa.
"wah, kakek kau sudah kuat berjalan" ucap Alqi saat melihat kakeknya berjalan tanpa kursi roda. Tetap ada suster disebelahnya.
"Kakek terlalu bahagia mendengar kabar bahwa kau akan pulang, untuk itu ia jadi kuat dan sehat" ujar Papanya.
"aku senang sekali" jawab Alqi.
Mereka duduk sambil mengobrol. Seperti tidak ada kejadian apa-apa sebelumnya semua orang tampak senang dan bahagia.
Apakah aku sudah terlalu berdosa sampai harus membuat keluarga bahagia ini menjadi hancur.
"Saya permisi pulang dulu" ujar Vino pada semua orang.
"Vino, ayo makan malam dulu" Ucap mamanya.
"tidak usah nyonya"
"Tidak baik menolak, ayo makan malam" sanggah papanya.
Vino tidak bisa menolak jika Tuan besar sudah bicara. Ia ikut makan malam.
"Alqi, ini ada makanan kesukaan mu" ujar Mamanya ketika sampai dimeja makan.
"Ini juga ada makanan kesukaan kamu Alexsa" sambung mamanya lagi.
"benarkah?" tanya Alexsa.
"iya"
Rea mengambil makanan untuk Alqi seperti biasanya.
"Alexsa mau kakak ambilkan?" Tanya Rea. Biasanya Rea selalu mengambil makanan untuk Alexsa.
"iya" jawab Alexsa senang.
"Alexsa kau tidak perlu manja begitu" ujar Papanya agak marah.
"Tidak apa-apa, aku senang melakukan itu untuknya" jawab Rea.
Alexsa sendiri merasa senang karena ada Rea. Akan menyenangkan pikirnya jika ada kakak ipar dirumah ini.
"Kakek mau?" tanya Rea.
"iya, boleh" jawab Kakeknya.
Setelah itu Rea mengambil untuknya sendiri. Sedangkan Papa diambil oleh Mama. sementara Vino mengambil sendiri.
"lebih enak masakan kakak ipar" ujar Alexsa pada suapan pertamanya.
Rea reflek melihat kearah Alexsa.
Benarkah masakan ku lebih enak? perasaan ku lebih enak masakan ini.
"benarkah?" Tanya Kakeknya.
"iya kek, di apartemen itu kakak ipar yang masak dan masakan kakak ipar enak sekali" ujar Alexsa memuji masakan Rea. Rea yang mendengar diam saja.
"Wah, Kakek jadi penasaran. Rasanya kakek ingin sekali makan masakan buatan mantu cucu" ujar Kakeknya.
"yah, itu pun jika diperbolehkan dengan Alqi" sambung kakeknya dengan melihat kearah Alqi.
"Tidak boleh kek, istri ku tidak boleh disini. Ia akan kelelahan nanti" sanggah Alqi. Ia tidak ingin Rea masak untuk anggota keluarga dan nanti ia akan kelelahan.
"Kenapa tidak mau menyewa pelayan di apartemen mu?" Tanya Papanya.
"Bukan aku yang tidak mau, Tapi Rea. Ia bersikeras ingin mengerjakan pekerjaan rumah sendiri" jawab Alqi.
"Seharusnya kau penyewa pelayan agar istri mu tidak lelah" sambung Mamanya.
"sudah tidak apa-apa, Aku senang melakukan itu. Tidak apa-apa kek, jika kau ingin makan masakan ku besok aku akan masak untuk mu" ujar Rea sambil tersenyum.
"Sayang...." seru Alqi
"tidak apa-apa. Ini kan keinginan kakek" ujar Rea.
"baiklah" Akhirnya Alqi menyerah.
Setelah selesai makan Vino pulang. Anggota keluarga masuk kekamarnya masing-masing.