Semua para karyawan keluar melihat kejadian. Vino segera menelpon ambulance. Rea terus saja menangis sambil memeluk tubuh Alqi.
Tak berapa lama ambulance datang membawa Alqi. Rea yang tidak sanggup melihat Alqi seperti itu demi dirinya sangat tidak kuat.
Ia jatuh pingsan. Vino dengan segera membawa Rea ke rumah sakit.
Rea membuka matanya perlahan. Ia melihat langit-langit kamar bewarna putih. Ia melihat seseorang ada disebelahnya. Alexsa.
Rea mulai berpikir kenapa dia bisa ada disini.
"Alexsa, kenapa aku bisa ada disini?" tanya Rea
"kakak ipar..." suara Alexsa sedih.
Rea mencoba mengingat apa yang sudah terjadi.
Ia langsung menangis ketika sudah ingat apa yang terjadi.
tth
"dimana Alqi?" langsung turun dari tempat tidur.
"kakak ipar" Alexsa mencoba menahan Rea.
Tapi Rea tidak memperdulikannya. Ia terus berlari keluar kamarnya sambil menangis diikuti Alexsa dari belakang yang terus saja berteriak 'kakak ipar'
Rea berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Di situ banyak sekali orang yang ia kenal. Ada ibunya, kakaknya, mama mertua dan ayah mertua juga Vino.
Rea melangkah ke pintu itu.
"dimana Alqi..." teriaknya
"Rea, tenangkan dirimu" ujar Ibunya mencoba menenangkan Rea.
"Ibu....Alqi mana" jerit Alexsa dengan tangisan yang mengiba-iba.
"ibu ini salah aku bu, Alqi.....Alqi..." Ia terus saja berteriak.
Alexsa datang dan mencoba memeluknya.
"kakak ipar tenang ya, Kak Alqi pasti baik-baik saja" pujuk Alexsa.
Namun Rea tidak berhenti menangis.
Sekitar 2 jam mereka di situ dengan wajah sedih akhirnya dokter pun keluar. Rea langsung berdiri menuju dokter laki-laki itu.
"dokter bagaimana keadaan suami saya?" tanya Rea.
"maaf nona, suami anda mengalami koma" jawab dokter itu.
Seluruh keluarga kaget mendengar jawaban dokter itu.
"Anak ku..." lirih mamanya. Ia mulai mengeluarkan air matanya.
Sementara jantung Rea seperti berhenti berdetak. Penglihatannya hilang. Kepalanya pusing. Lama-lama matanya menangkap cahaya hitam dan ia pun terjatuh. Ia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri. Terakhir ia mendengar suara orang memanggil namanya dan ia sudah tidak sadarkan diri.
Rea yang baru bangun dari pingsannya langsung menangis histeris dan ia berlari kekamar Alqi.
Ia mendobrak pintu kamar Alqi. Tapi ia tidak di izinkan masuk karena ruangan itu ruangan khusus untuk orang yang kritis. Hanya memperbolehkan 1 atau 2 orang saja.
Karena didalam sudah ada Alexsa dan Mamanya jadi Rea tidak bisa masuk.
"aku mau masuk, biarkan aku masuk" Teriak Rea pada perawat yang menjaga ruangan itu.
"Maaf nona, harap menunggu. Di dalam sudah ada dua orang" Jelas perawat itu.
"Aku mau masuk" Teriak Rea lagi. Ia sudah peduli pada apa pun dan pada siapa pun.
"Rea..sabar nak, sabar" pujuk Ibunya.
"Ibuuuuuuu" Lirih Rea menangis dalam pelukan ibunya.
Kemudian Alexsa dan Mamanya keluar. Rea segera masuk. Ibunya ingin ikut tapi ditahan oleh Papa Alqi.
"maaf buk Nur, Biarkan Rea sendiri dulu. Jika terjadi sesuatu baru kita masuk" Ujar Papa Alqi. Ia ingin memberi ketenangan pada menantunya itu.
Ibu Rea menjawab dengan anggukan kepala.
"Papa, kakek menelpon menanyakan kabar kak Alqi" Ujar Alexsa pada Papanya.
"tidak usah diberi tahu. Papa takut Kakek akan serangan jantung jika tahu" Jawab papanya. Dia tidak mengajak Kakeknya hanya takut bila kakeknya tau apa yang terjadi pada Alqi maka Ia akan serangan jantung.
"Baiklah"
Sementara didalam ruangan....
Rea berjalan masuk secara perlahan. sungguh matanya tidak sanggup bila harus melihat suaminya berbaring dengan tidak berdaya.
Ia masuk keruangan itu. Ia mendapati Alqi tengah berbaring lemah. Ditubuhnya dipenuhi oleh alat-alat canggih dokter.
Rea langsung menangis dan memeluk tubuh tidak berdaya itu.
"Alqi..." lirihnya sambil menangis.
"Alqi...." itulah yang ia ucapkan berkali-kali sambil memeluk Alqi.
"Alqi aku mencintaimu Alqi....ku mohon jangan tinggalkan aku...aku mencintai mu Alqi....aku mencintai mu....Apa kau mau meninggalkan aku sendiri...aku tidak mau kamu pergi....ku mohon Alqi...bangun...aku mencintaimu Alqi...bangunlah...ku mohon...." Ujar Rea sambil menangis. Ia melihat Alqi tidak bergerak sama sekali.
Ia lalu menangis keras dan memeluk kembali tubuh Alqi. Ia terus dan terus menangis. Entah dapat kekuatan dari mana Alqi bisa menggerakkan tangannya. Ia mendengar suara tangisan Rea. Ia menyentuh lembut kepala Rea.
Rea yang merasa sentuhan dikepala nya segera melepas pelukannya dan melihat tangan siapa itu. Ia begitu kaget saat melihat tangan Alqi yang menyentuhnya.
Alqi membuka matanya perlahan. Berusaha tersenyum.
"Alqi.." lirih Rea. Rasa bahagia menyeruak hatinya ketika melihat Alqi bangun.
"benarkah kau mencintai ku?" itulah kata pertama yang keluar dari mulut Alqi.
Rea mengangguk kuat. Tersenyum sambil mengusap air matanya.
"Katakan" ujar Alqi.
"aku mencintai mu, aku sangat mencintai mu" ujar Rea.
Alqi merasa sangat sangat bahagia. Ia merasa dia adalah pria paling bahagia di dunia ini. Ia menarik Rea dalam pelukannya.
"Jangan tinggalkan aku" lirih Rea. Ia menangis bahagia. Ia merasa sangat lega. Ia merasa sangat takut tadi.
Alqi melepaskan pelukannya. Ia memegang wajah Rea. Ia mengusap air mata Rea dengan ibu jarinya sambil menggelengkan kepala.
Alqi mengambil tangan Rea. Ia mencium tangan Rea penuh cinta.
"maafkan aku" lirih Rea.
"gara-gara aku kamu jadi seperti ini" sambungnya lagi.
Alqi hanya menggelengkan kepalanya. Ia masih sangat lemah untuk bicara.
"aku panggilkan dokter ya" Ucap Rea langsung keluar memanggil dokter.
Didepan pintu dilihatnya Dokter yang tadi sedang berbicara dengan Papa mertuanya.
"Dokter" panggil Rea. Bukan hanya dokter semua orang yang ada disitu memandang Rea.
"Alqi sudah sadar" ucap Rea dengan senyuman dibibir nya.
"benarkah?" Tanya Mamanya.
Rea jawab dengan anggukan kepala.
"Anak ku" lirih Mamanya langsung berjalan ingin masuk tapi dengan cepat dicegah oleh dokter itu.
"Biar saya cek dulu"
Dokter itu masuk mengecek keadaan Alqi. Tak lama kemudian ia keluar dengan wajah cerah tidak seperti ia keluar pertama kali memberi kabar tadi.
"Entah keajaiban dari mana, tuan Alqi sudah sadar dari komanya. Dan sekarang keadaanya sudah lebih baik. Tuan Alqi sudah bisa dipindahkan keruang perawatnya. Kita hanya membutuhkan perawatan yang maksimal sampai tuan Alqi benar-benar sembuh" Jelas dokter itu.
Semua keluarga langsung mengucapkan kalimat syukur. Merasa senang sekaligus lega.
Setelah Alqi dipindahkan keruang perawatan. Semua keluarga berkumpul disitu.
Tentu saja ruangan VVIP. Ruangan mewah dan sangat besar. Juga pelayanan yang sangat baik.
Setelah mendengar pembicaraan Papa Alqi dan Vino Rea menjadi tahu bahwa rumah sakit ini milik keluarga Alqi. Sangat mengejutkan buat Rea. Rumah sakit terbesar di kota ini ternyata milik suaminya. Satu pertanyaan terbersit dipikiran Rea. sekaya apa sih suaminya?