Chereads / I need love / Chapter 45 - 45. Pelaku

Chapter 45 - 45. Pelaku

Ini hari ketiga Alqi dirumah sakit. Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Mama Alqi mencoba menyuapi Alqi sarapan pagi ini. Tapi Alqi terus saja menutup mulutnya.

"Ayo Alqi, makan ya biar kamu cepat sembuh" pujuk Mamanya.

"aku mau makan asal Istri ku yang menyuapi" ucap Alqi yang membuat ibunya marah. Lagi-lagi ia gagal.

Dengan wajah kesal ibunya menyerahkan mangkok berisi bubur itu pada Rea. Setelah itu Mamanya keluar.

Rea menyuapi Alqi dengan hati-hati dan Alqi makan dengan semangatnya. Ia bahkan merasa seperti mimpi bahwa ternyata wanita yang ia cintai mencintainya.

"Kamu masih marah pada Mama?" tanya Rea pada suapan ketiga.

"tidak" Jawab Alqi singkat.

"lalu kenapa kamu tidak mau disuapi oleh Mama?"

"Aku hanya ingin disuapi istri ku tercinta"

Rea hanya mendengar dengan tersenyum malu-malu.

"Habis" ujar Rea. Suapan terakhir pun tiba. Hari ini seperti Alqi makan habis satu mangkok bubur asal Rea yang menyuapinya.

Rea menaruh mangkuk bubur kosong itu diatas meja.

Tiba-tiba Vino datang. Ia menganggukkan kepala pada Rea dan juga Alqi.

"Selamat pagi Tuan muda, pagi Nona muda" sapa Vino.

"Pagi" hanya Rea yang menanggapi. Wajah Alqi datar saja.

"Sayang" panggil Alqi.

"iya" sahut Rea.

"apakah kau sudah sarapan?"

"Belum" sambil menggelengkan kepala.

"Beli makanan dan sarapan lah. Aku tidak ingin kamu sakit hanya karena merawat ku"

"Aku tidak ingin makan" menjawab dengan santai.

"Jangan membantah" Tegas Alqi. "Beli makanan di kantin rumah sakit. Biar Vino yang menjaga ku" sambungnya lagi.

Mengangguk dengan lemah dan berjalan keluar.

"Kau sudah menemukannya?" tanya Alqi pada Vino dengan wajah serius setelah memastikan Rea keluar dari ruangan itu.

"sudah tuan muda" jawab Vino.

"kau yakin. kau sudah menyelidiki dengan benar?" tanya Alqi lagi.

"sudah tuan muda. Pelaku membayar seseorang untuk menabrak nona muda" jelas Vino.

"Benar dugaan ku. Kenapa dia lakukan itu?" Bertanya dengan wajah geram.

"Dia menyukai anda tuan, sehingga dia tidak suka saat tahu Rea adalah istri anda" jelas Vino lagi.

"Kau sudah beri dia hukuman yang setimpal?"

"Sudah tuan muda"

"bagus. siapa dia?"

"Kepala sekretaris di perusahaan anda tuan, nona Mia"

"MIA" Seru Rea yang mendengar seluruh isi percakapan itu. Alqi tidak ingin Rea mengetahui masalah ini sehingga ia menyuruh Rea keluar dengan alasan membeli makanan. Rea yang baru saja keluar lupa membawa dompetnya sehingga ia berbalik dan mendengar semua pembicaraan mereka. Alqi dan Vino tidak menyadari kalau sedari tadi ada Rea di pintu.

"oh shit" umpat Alqi ketika menyadari bahwa Rea mendengar semua pembicaraan mereka.

"Maaf tuan muda" Ujar Vino.

Rea berjalan mendekat Alqi dan Vino. Memandang wajah Alqi dan Vino secara bergantian. Dan matanya berakhir pada Alqi.

"Sayang, dia bilang Mia, Mia sengaja melakukannya?" Tanya Rea pada Alqi. Yang ditanya hanya diam dan menghembuskan nafasnya kasar.

"Sayang..."

"Jawab aku dulu" penasaran yang menggebu. Tidak percaya juga.

"Vino, Mia sengaja melakukan itu?" Beralih bertanya pada Vino karena Alqi yang ditanya hanya diam.

Vino memandang Alqi seperti meminta persetujuan. Alqi memberi isyarat dengan wajahnya.

"Iya nona" menjawab pertanyaan Rea.

Jawaban singkat yang membuat Rea berpikir panjang.

Kenapa dia lakukan itu, kenapa dia tega, ingin mencelakai ku, atau lebih tepat membunuh ku mungkin.

"Sudah lah nona, tidak usah dipikirkan. Saya sudah mengurus semuanya, yang penting Tuan muda selamat" Ujar Vino dengan cerianya. Sikap ramahnya kembali untuk menenangkan Rea.

"Kenapa kamu menguping sayang" Ucap Alqi sambil menjewer telinga Rea pelan.

"aduh, sakit" membuang tangan Alqi dari telinganya sambil mengusap telinganya. Tidak sakit sebenarnya hanya berpura-pura agar Alqi tidak jadi marah. Tapi nyatanya tidak...

"Aku bertanya padamu sayang" ujar Alqi lagi.

"Aku tidak sengaja"

Alqi Mengernyitkan dahinya.

"Tadi aku mau mengambil dompetku yang ketinggalan. Bagaimana aku beli makanan jika aku tidak membawa uang" menjawab seadanya. Memang tidak ada niatan untuk menguping.

"Kenapa harus memakai uang, tinggal bilang kau Nyonya Alqi sudah beres" jawab Alqi enteng.

Rea mengerucutkan bibirnya. Alqi menjadi gemas dan menarik Rea agar berbaring disampingnya.

Vino tahu keadaannya sangat tidak dianggap. Ia keluar setelah menggoda Rea tentunya.

"Selamat bersenang-senang nona, semoga segera hamil ya, saya mendoakan anda" tersenyum menggoda dan segera berlari keluar. takut Rea mengumpatnya.

"Hei, sayang lihat dia" mengadu pada Alqi dengan wajah memelas.

"Biarkan saja sayang" ujar Alqi dan segera mencium bibir Rea lembut.

Rea yang dicium secara mendadak langsung kaget dan mendorong tubuh Alqi.

"Gak usah mesum. ini sedang dirumah sakit" Ucap Rea marah.

"ini rumah sakit ku" jawab Alqi enteng.

"bagaimana kalau ada yang lihat"

"Tidak masalah"

"Sayang...." Mulai kesal.

"ayolah, aku sudah rindu padamu"

"bukan padaku, pada tubuh ku"

"kau pintar sekali sayang" mencubit hidung Alqi gemes. Sedangkan Rea mengerucutkan bibirnya.

Alqi mulai memeluk tubuh Rea penuh cinta.

"tidak usah pegang-pegang" dengan wajah kesal.

"Marah nih" tanya Alqi menggoda.

Rea diam tidak menjawab.

"baiklah aku minta maaf, aku hanya bercanda tadi" mencium kening Rea.

Rea lalu memeluk tubuh Alqi.

"Sayang" panggil Rea.

"hem" menjawab singkat karena sibuk mengendus rambut Rea.

"Kenapa Mia lakukan itu?" bertanya dengan serius.

"melakukan apa?" pura-pura tidak tahu

"ingin mencelakai ku" masih berpikir soal itu.

"Biarkan saja. Vino sudah membereskannya" menjawab sekenanya karena masih sibuk dengan rambut Rea.

"Sayang...dengarkan aku dulu" mulai kesal karena Alqi tidak menanggapinya dengan serius.

"apa?" memandang Rea.

"dia mau membunuh ku" dengan nada takut.

Alqi mengangkat wajah Rea agar menatapnya. Mereka saling tatap-tatapan. Alqi menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi wajah Rea.

"aku bilang tidak usah dibahas, semuanya sudah berlalu" jawab Alqi serius.

"mengerti, aku tidak ingin kau membahasnya lagi" sambungnya lagi. Untuk itu ia tidak ingin Rea mengetahui soal ini. Karena ia tahu Rea akan mempertanyakan ini terus menerus.

"Tapi..."

"berjanjilah kau tidak akan membicarakannya lagi" tegas Alqi.

Dengan pasrah Rea menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

tok tok tok

Pintu diketuk. Rea segera bangun dari berbaring nya. Duduk di kursi samping ranjang Alqi. Merapikan rambutnya. membetulkan semuanya dengan semula. tidak ingin ada orang yang berpikir tidak-tidak. walaupun itu tidak mungkin juga terjadi karena mereka suami istri apa salahnya.

"masuk" seru Rea.

Pintu terbuka dan terlihatlah siapa yang datang. Dinda. Rea sangat kaget bercampur senang.

"Dinda!!" panggilnya. Ia segera bangkit dari duduknya dan memeluk Dinda. Ia sudah sangat rindu pada sahabatnya itu. Terakhir kali ia bertemu sahabatnya itu dihari pernikahannya.

"Rea" balas Dinda. "aku rindu padamu" sambungnya lagi.

"aku juga"

Mereka lalu berbicara dan bernostalgia tentang masa SMA. Alqi hanya menjadi pendengarnya saja. Ia turut bahagia bila melihat Rea bahagia bertemu temannya.

Lama mereka berbicara hingga mereka tidak sadar bahwa Alqi sudah terlelap tidur karena efek obat. Mereka lalu duduk disofa, melanjutkan mengobrol dengan mengecilkan volume suara agar Alqi tidak terganggu.