"han!" seru luna.
Aku yang sedang berjalan bersama alvin dan nata berhenti melangkah, membalikan badan, "kenapa?" tanyaku.
"ehm.. alvin nata bisa tinggalin arhan sebentar?" tanya luna.
"oh.. oke" jawab alvin.
Nata tersenyum ke arah luna sambil melambaikan tangan, lalu berjalan ke arah kamar bersama alvin.
"ada apa?" tanya aku.
"ehm.. lo tadi pidatonya keren" ujar luna.
Aku mengangguk, "makasih, itu doang?"
"gua mau nanya, puisinya buat siapa?" tanya luna.
"ga buat siapa-siapa, iseng aja" jawab aku.
"serius?" tanya luna meyakinkan.
Aku mengangguk.
"yaudah deh gua balik ke kamar yah" ujar luna.
Aku mengangguk.
***
Crek! Aku membuka pintu kamar, aku melihat alvin sedang memegang ponsel dan nata sudah tertidur.
"ngapain bawa ponsel" ujar aku, menutup kembali pintu dan berjalan menuju kasur.
"gua kira bisa di pake, ternyata engga" jawab alvin.
"iya lah orang ponsel Cuma berguna di asrama, itu un tidak banyak fungsinya kan" ujar aku.
Alvin mengangguk, sepertinya mengerti.
Aku menidurkan badan perlahan, enak sekali kasurnya sangat lembut.
"eh tadi luna ngapain?" tanya alvin.
"Cuma ngucapin pas gua tadi puisi" jawabku.
Alvin sedikit tertawa, "kenapa harus berdua?"
"emang kalau gua ngomong sama lo di depan banyak orang?" tanya aku balik.
Alvin diam sebentar, "iya juga yah, gua ga nyadar"
"iya lah gua gitu. Soalnya gua kalau ngomong di depan banyak orang tuh risih kecuali yah kalau udah pada kenal deket" ujar aku.
Alvin mengangguk, "lah yang ngajak ngobrol awal, belom kita kenal siapa?" tanya alvin.
"lo, ga mungkin gua" jawab ku.
Alvin lagi-lagi diam, mengingat-ngingat, "eh iya yah" alvin tertawa, "gua dulu tiba-tiba nyapa aja"
"hm"
"risih ga gua gitu?" tanya alvin.
"yaps, tapi karena gua pikir lo nyambung sama gua, dan lo suka membuka obrolan pertama jadi yaudah" jawab aku.
Alvin mengangguk.
"udah tidur, besok kita perang kembali, sekarang gausah ada yang jaga-jaga" ujar aku.
Alvin tertawa.
Aku menutup mata, lalu terlelap perlahan.
Aku merasa sadar bangun dari tidur, tapi aku belom membuka mata, apakah tidak ada yang membangunkan?.
Baru aku membuka mata perlahan, mengesekan mata, duduk dari tidur, melihat kesekeliling tidak ada yang berubah masih tetap sama, alvin masih tidur dan nata pun.
Aku meraih ponsel alvin, menyalakan melihat jam, sudah lama tidak melihat jam, biasanya mengikuti arah matahari. Sekarang pukul 06.37 pagi. Berguna juga ponselnya.
Aku melangkah ke arah kamar mandi, untuk mandi saat aku keluar kamar mandi dan sudah memakai baju saat puisi, nata sudah terbangun.
"harus pergi sekarang?" nata.
"kayanya, lo mandi gua bangunin alvin" ujar aku.
Nata mengangguk, melangkah ke arah kamar mandi, aku pun melangkah ke kasur alvin.
"heh, bangun" ujar aku sambil mengoyang-goyangkan badannya.
Tidak lama alvin membuka matanya, "udah pagi?"
"dari tadi, cepat bangun, kita harus cepat pergi" ujar aku.
Alvin mengangguk.
***
Setelah selesai bersiap kami sudah menunggu di meja makan, gem, ini dan team zaki masih belom datang, tidak lama dari situ mereka datang.
"maaf gem dan ini, kita tidak bisa sarapan disini, kita harus bergegas cepat" ujar zaki.
"hah?" seru alvin, aku langsung menyenggol alvin.
"oke, kalian bawa bekal saja yah" ujar gem.
Kami mengangguk bersama.
***
Kami sudah keluar dari teater gem dan ini, ternyata mereka mempunyai pintu di belakang teater, kami keluar lewat pintu belakang.
"terima kasih gem dan ini semuanya" ujar kami bersama.
Gem dan ini menundukan badannya.
Aku alvin dan nata bersiap dengan posisi larinya, begitu juga zaki.
Aku melirik ke arah gem dan ini tersenyum, Suit! Kami menghilang, Suit! Juga zaki, kami melesat pergi dari tempat teater gem dan ini.
"lo bisa liat gimana tempat gelang ke 6?" tanya alvin, ke nata.
"engga, Cuma bisa liat gambarannya, engga begitu jelas" jawab nata.
"gimana yang lo liat?" tanya alvin.
"kaya bangunan besar, gua ga ngerti, bangunannya beda sama bangunan yang biasa kita liat" jawab nata.
Alvin diam tidak menjawab, mungkin alvin ragu untuk datang ke tempat terakhir.
"santai, lawan bersama" ujar aku.
Alvin mengangguk, tersenyum.
Setelah beberapa jam berlari nata memberitahu kalau kita sebentar lagi akan sampai.
Zaki di depan mempercepat larinya, nata pun mengikuti.
Satu jam kemudian zaki berhenti dan nata pun iktu berhenti, Tap! Aku melepaskan tanganku dari pundak nata, berjalan mendekati semak-semak melihat membuka, Sret!
Aku dan alvin pun terkejut dengan tempat terakhir, itu bangunannya asing sekali, aku tidak pernah melihatnya, di atas bangunannya ada bendera.
"kita menunggu disini sampai kapan?" tanya nata.
"menunggu?" tanya zaki.
Aku mengangguk.
"ngapain?" tanya zaki.
"ya liat dari sini, jaga-jaga" jawab aku.
"gausah, gimana kalau kita adalah team yang pertama kesini, mau nunggu sampai kapan? Mending kita langsung turun" ujar zaki.
"oke" jawabku.
Zaki berlari duluan meninggal aku, alvin dan nata.
"yok" ujar nata meraih tanganku, menimpan dipundaknya, alvin pun mengikuti. Suit! Kami melanjutkan berlari.
Tap! Tidak lama kami sudah didepan bangunan itu, bingung bagaimana masuknya, ini seperti bangunan semua tidak ada pintunya.
"semua siap yah, aktivin kelebihannya" bisik zaki.
Suit! Kami terlihat.
Crek! Pintu yang sangat besar terbuka lebar. Aku tidak menyadar ternyata pintunya mirip dengan bangunan lainnya, kira-kira tingginya dua kali dari aku.
Kami mendengar langkah kaki dari belakang, kami langsung memutarkan badan, ternyata sudah ada lima orang dewasa yang yang siap dengan senjatanya.
Senjatanya seperti kayu yang panjang dan di ujungnya ada besi bebentuk bintang, kami otomati melangkah mundur, orang-orang itu melangkah maju.
"harus kah kita memberontak?" bisik aku ke zaki.
"aktivkan kelebihan kalian sekarang�� bisik zaki.
"serang" seru zaki.
Suit! Suit! Suit! Suit! Suit Suit! Kami loncot setinggi mungkin, tiba-tiba kami terhenti, tidak bisa bergerak menengok pun tidak bisa, seperti membeku saat di gelang ke 3.
"Mau kemana?" seru seseorang cewe dari belakang kami.
Aku kebingungan kami tidak bisa bergerak. Kami berputar mengarah cewe itu.
"waw! Lagi ujian yah" ujar cewe itu tertawa.
Kami tidak bisa menjawab, tetap diam.
"nama saya virgo yang mempunyai gelang yang kalian inginkan" ujar virgo perempuan mungkin setinggi aku, rambutnya coklat dan ada sesuatu di kepalanya berwarna biru mengkilat.
Kami di lepaskan, Bug! Kami semua terjatuh, dan langsung orang yang tadi membawa tongkat mendekat, dan tongkatnya pun mendekat ke arah muka kita, otomatis kami mundur-mundur dan tubrukan dengan yang lainnya.
"apakah kalian kesini mencari gelang saya?" tanya virgo.
Kami diam tidak menjawab, perlahan senjata itu mendekat ke arah leher kami.
"ya" seru zaki.
"bawa mereka ke tahanan!!!" seru virgo.