Setelah kami berbincang-bincang dengan tuan, kami langsung di rusuh ke kantor sang rahasia di ruangan atas, aku bersama team naik duluan.
Tok! Tok! Aku mengetuk pintu perlahan tidak menunggu lama pintu ter buka dengan sendirinya, aku duluan masuk di ikuti oleh alvin dan nata.
"permisi" ujar aku.
"hey!" ujar sang rahasia.
Aku dan lainnya langsung mengengok. Sang rahasia sudah agak berjenggot dan memakai baju jaz hitam, tidak lupa memakai dasi biru dan topi panjangnya berwarna hitam.
Ruangannya tidak berubah saat aku ke sini, tetap hany ada meja dan empat kursi, satu yang di pakai sang rahasia dan tiganya mungkin untuk kita.
"silahkan" ujar sang rahasia.
Kami mengangguk bersama, duduk di atas kursi yang telah di sediakan.
Sang rahasia mengulurkan tangannya, "selamat yah, kalian datang dengan bahagia dan membawa 6 gelang yang lengkap"
Aku yang lebih dahulu menyalami, di lanjut alvin dan nata, "terima kasih" jawab kami bersama.
"bagaimana perjalannya? Seru tidak" tanya sang rahasia.
kami bertiga mengangguk, sambil tersenyum.
"santai saja, kalian harus bercerita" ujar sang rahasia.
Aduh rasanya sangat canggung.
Alvin lagi-lagi mengangkat tanganya duluan, "sang rahasia, saya ingin bertanya, apakah gelang ujian dipakai untuk melindungi kami tidak apa-apa?"
Sang rahasia sekarang tertawa, "tak apa, justru itu kalian harus memakainya, apakah kalian tidak memakainya?"
Kami menggeleng, "tapi setengah perjalanan kita memakainya" lanjut alvin.
Sang rahasia kembali tertawa, "kenapa kalian tidak memakainya? Kalian sangat polos. Bukan kah alvin sudah bertanya tentang gelengnya kepada saya?"
Alvin mengangguk, "ya, tapi pada saat itu momen kita lagi tidak baik jadi saya lupa"
"lagian di gelang ke 2 dan 3 melihat team yang lain juga tidak memakai gelang ujiannya" ujar aku.
"iya kah?" sang rahasia terkejut mendengar kalimatku.
Nata mengangguk, "iya"
"berarti semuanya tidak menanyakan tentang ujian ini" ujar sang rahasia. "dimana kalian memakai gelang ke ujian?"
"saat dari gelang 4 ke 5 –" jawab alvin.
"oahh!! Bertemu gem dan ini?" tanya sang rahasia.
Kami mengangguk bersama, "baju ini dari mereka" ujar aku.
"arhan kamu yang puisi?" tanya sang rahasia.
Aku mengangguk, tersenyum.
"puisi mu selalu keren, jangan keluar dari ekskul akademi yah" ujar sang rahasia.
"siap!" seru aku.
Kami tertawa bersama.
"oh iya kalian besok kesini lagi, untuk mengumpulkan gelang ujiannya" ujar sang rahasia.
Kami mengangguk bersama.
***
Crek! Aku membuka kamar asramaku, ahkk sudah lama tidak masuk kedalam kamar ini, Bug! Aku menutup kembali pintu kamar, lalu loncat ke atas kasur.
Setelah tadi berbincang seru dengan sang rahasia, kami disuruh ke asrama masing-masing untuk istirahat dan makan malam, agar besok kami tetap sehat.
Baru saja aku menutup mata untuk tertidur, ketukan pintu terdengar, aku langsung berdiri dan membuka pintu kamar, oh ternyata nampan makan malam.
"terima kasih" ujar aku mengambil nampannya lalu menutup kembali pintu kamar.
Ahk aku sudah mengantuk. Menyimpan nampan di atas kasur, aku mengambil sendok dan garpuh. Sendok dan garpuh di tinggalkan di tempat ini, katanya agar tidak ribet, lagian juga sendok dan garpuh akan membersihkan sendiri.
Aku naik ke atas kasur dengan perlahan, memulai makan. Disini sangat hening, aku sudah terbiasa dengan keheningan ini, jadi waktunya makan ya makan saja, tidak fokus kemana-mana.
***
Aku terbangun pagi ini dengan mendengar alarm ponsel, ahk… aku membuka mata perlahan, baru ingat aku sudah di dalam kamar, biasanya dibangunkan untuk berjaga, sekarang bangun untuk pergi ke akademi.
Crek! Aku membuka pintu kamar, mempercepat memakai sepatu. Tadi setelah bangun aku langsung bergegas ke kamar mandi dan pakai baju yang di berikan gem dan ini.
Aku mempercepat jalan menuju akademi, hanya mengaktifkan kelebihanku, aku menghilang. Tidak memakai earphone di telinga. Ketika aku berjalan, alvin melewatiku begitu saja.
Aku lupa, aku menghilang, aku berjalan cepat mendekati alvin, Suit! aku terlihat, tapi alvin tidak terkejut, dia malah berhenti, lalu melirik aku begitu saja.
"ngapain?" tanya alvin tertawa.
Aku memasang wajah datar, "ah ga seru" aku tertawa.
"ya elah" balas alvin.
Aku melanjutkan jalan, alvin ikut menyusul, "han" ujar alvin.
"hmm"
"terima kasih yah.. kerja samanya" ujar alvin.
Aku mengangkat-angkat alis, "keren kan kita bisa lulus" ujar aku.
Alvin tertawa.
Saat kami masuk kedalam pintu akademi, anak-anak yang lain sudah pada datang, sudah tidak hening lagi. Di tengah aku dan alvin berjalan tiba-tiba nata menyengol kami berdua lewat tengah.
"haii!!" ujarnya sambil mengangkat tangan.
"eh… hai" jawabku.
"hai" lanjut alvin.
"ayo!!" seru nata.
Aku dan alvin mempercepat jalannya mengikuti nata dari belakang. Kami sudah berada di tengah lampangan dan akan menuju tangga akademi.
"hei�� uhmm.." ujar nata.
Aku dan alvin langsung melirik, "kenapa?" tanyaku.
"ehm… gua mau minta maaf" wajah aku dan alvin kebingungan, "minta maaf waktu ujian kemarin, marah-marah ga jelas dan gua mau berterima kasih udah kerja sama sampai akhirnya berhasil" ujar nata.
Aku tersenyum, "tuh makannya jangan marah-marah dulu" ujar aku tertawa.
Nata menundukan kepalanya mungkin malu, aku menertawai nata. Alvin juga akhirnya ikut tertawa. Tidak terasa Kami sudah di depan ruang sang rahasia, Tok! Tok! Aku mengetuk pintu ruangan, tanpa menunggu lama sang rahasia keluar.
"selamat pagi semua" ujar sang rahasia.
Kami mengangguk, "pagi juga"
"ayo ikuti saya" ujar sang rahasia berjalan.
Kami berjalan mengikuti sang rahasia dari belakang, "gua deg-deg an" bisik alvin. Aku dan nata tidak menjawab ujaran alvin, kami terus berjalan.
Sang rahasia berhenti di depan ruangan yang kami tidak pernah liat isinya. Sang rahasia memasukan kunci, lalu membukannya. Kami tidak melihat apa-apa di sana sangat gelap.
Sang rahasia masuk lebih dahulu ke dalam ruangan, aku dan lainnya mengikuti dari belakang. Aku melihat ke kanan dan kiri tapi itu percuma semua gelap. Kami sudah agak di tengah ruangan, pintu tertutup sendiri.
Sekarang kami benar-benar tidak bisa melihat satu sama lain, Prok! Prok! Semuanya tiba-tiba menyala cat temboknya bergambar seperti hutan kemarin dan bergerak, kami melihat burung beterbangan.
Kami bertiga melihat ke arah dinding yang bergerak, terus berputar. Di dalam ruangan ada juga tiga hiasan seperti patung yang berdiri di depan kami, tingginya di bawah kami sedikit.
Aku tidak tahu gunannya apa tapi sang rahasia meminta kami untuk mengeluarkan gelanggnya, nata mengeluarkan gelangnya dari tas, 6 gelang itu langsung di berikan kepada sang rahasia.
Sang rahasia berjalan ke patung hiasan itu, meletakan masing-masing 2 gelang di atas patung hiasan. Patung hiasan itu mengeluarkan cahaya menembus ke atas bersamaan.
Aku dan lainnya terkejut melihat cahaya yang menembus ke luar ruangan, sang rahasia meminta kami bediri di depan patung hiasan itu. Saat aku melangkah mendekati patung hiasa itu.
Sang rahasia menyuruh kami mengisi pertanyaan yang akan muncul didepan kami.
Suit!
Namamu ? Kometa arhan.
Suit!
Di temukan dimana ? di dalam balok es.
Suit!
Zodiaken ? Scorpio.
Suit!
Kelebihan ? menghilang.
Suit!
Momen berharga saat ujian ? puisi di teater Gem dan Dan Ini.
Selesai.
Kami semua selesai bersama, di dalam cahaya yang membentang ke serpihan kertas bersatu seperti akan membuat kartu. Aku melihatnya serpihan kertas itu menyatu perlahan.
Ujar sang rahasia seprhian kartu iku akan menjadi kartu kami untuk naik ke atas tingkat selanjutnya. Kartu itu akan beres sebentar lagi. Sang rahasia menyuruh kami mengambil kartunya.
Tanganku perlahan masuk ke dalam cahaya, tidak terjadi apa-apa, aku langsung mengambil kartunya dan membawa keluar dari cahaya, masih kosong, lama kelamaan semunya muncul dari nama sampai momen berharga saat ujian.
"selamat kalian naik ke tingkat selanjutnya, dan ini baju seragam untuk kalian" ujar sang rahasia.
Aku yang masih menatap kartu itu masih tidak percaya dengan semua yang sudah aku raih, aku melirik ke arah sang rahasia lalu tersenyum sangat bahagia.
Kami bertiga mengambil baju yang di berikan sang rahasia, bajunya hitam mirip seperti baju aku yang berikan oleh gem dan ini, tapi untuk aku kata sang rahasia aku pakai seragam yang di berikan gem dan ini, katanya bentuk rasa menghargai.
***
Bug! Kami menutup pintu ruangan, kami sudah di luar, sekarang giliran team yang lain untuk mendapatkan kartu. Aku berjalan tiba-tiba kami bertemu team zaki.
"hei!" seru alvin menyambut zaki lebih dulu.
"hallo" jawab zaki.
Aku diam tidak membuka mulut, nata menghampiri luna.
"ngapain didalam?" tanya zaki.
Aku mengangkat kartuku, "waohh! Apa ini?" tanya zaki.
"kartu bukti kita udah layak lanjut ke tingkat selanjutnya" ujar alvin.
"bajunya kalian keren sekali!, tapo lo kok engga pakai baju yang sama?" tanya zaki ke arah aku.
"kalian juga nanti dapet, buat elo dan gua kata sang rahasia pake baju ini aja bentuk menghargai ke gem dan ini" ujar aku.
Zaki mengangguk.
"ga marah-marahin kan di dalem?" tanya kevin.
Aku menggeleng.
"oke" jawab kevin.
"kalian mau kemana sekarang?" tanya zaki.
"makan siang" lanjut alvin.
"nanti kita kalau udah selesai ikut makan siang" ujar zaki.
Aku mengangguk.
Zaki memanggil luna dan merek bergegas menuju ruangan tadi yang kami pakai.
Aku, alvin dan nata melanjutkan berjalan menuju kantin.
"lo masih marah han sama luna?" tanya nata.
"hmm"
"emang ga bisa dipercepat aja marahnya" tanya nata dengan ragu.
"entah lah gua udah coba buat lupain" jawabku.
Nata mengangguk.
***
Aku menarik kursi lalu duduk, di ikuti alvin dan nata. Tidak menunggu lama makanan kami pun datang, entah lah hari ini tidak mengambil makan sendiri. Makanan kami sama semua.
Aku memulai makan. Sudah biasa saat kami waktunya makan kami akan fokus makan, tidak berbicara sedikitpun.
Aku membalikan sendok dan garpuh di atas piring, lalu mengambil gelas minum. Aku sudah selesai makan, alvin pun selesai, tidak dari situ nata juga selesai makan.
"lo udah dari sini mau kemana?" tanya alvin.
"pulang" jawabku.
"bukannya zaki mau kesini yah?" ujar nata.
Oh! Iya aku lupa dangan hal itu, zaki udah janji mau kesini. Tapi justru itu aku mencoba untuk menghindar dari luna, aku menghela nafas.
Tidak lama dari situ zaki dan lainnya datang, dan langsung menarik kursi lalu mereka duduk, sebelah aku alvin dan zaki di depan aku ada nata, kevin, ahk harus kah aku menyebut namanya? Luna.
Tidak lama juga makanan mereka datang dan mengambil piring kami yang sudah kosong. Mereka langsung makan.
"jadi kangen makanan yang ada di gem dan ini" ujar alvin memecahkan keheningan.
Zaki yang sedang menyuap makanan, bola matanya membesar, "iya!! Enak semua, terus bermacam-macam"
"eh gua kebelakang sebentar yah" ujar aku menghentikan suara ketawa mereka.
Aku sudah berdiri dari kursi lalu pergi dari kantin, tanpa mereka meng 'iya' kan. Aku mempercepat langkah kakinya menuju atap akademi, aku membohongi mereka semua.
Crek! Aku membuka pintu atap akademi, uahkk!! Aku sudah lama tidak kesini, tidak berubah apa-apa sih Cuma keadaanya engga baik seperti dia awal datang kesini.
Bug! Aku menutup pintu atap akademi kembali, aku malangkah ke arah ujung tembok melihat ke bawah, tapi pagi aku, alvin dan nata berjalan di tengah lapang masih sepi sekarang sudah banyak orang yang berlalu lalang.
Arti banyak di akademi tidak lebih dari 20 orang kok, mungkin itu bisa di artikan dengan banyak dan dikit gimana kita membandingkannya. Aku meraih ponsel di saku, melihat jam, jam sudah menunjukan 16.40.
Sebentar lagi matahari sudah beres bertugasnya. Aku akan menunggu matahari turun dari langit untuk istirahat, yah… yang indah memang singkat, seperti matahari terbenam.
Crek! Seseorang membuka pintu aku sudah tau itu luna, aku berusaha diam tidak membalikan badan. Seseorang itu melangkah mendekat, dengan ragu.
"maaf han" ujarnya.
Sudahku duga benar kan?
Luna melangkah sekarang ada di sebelah aku, sama, memandang langit yang sama.
Aku menghela nafas, "sudah gua maafin, tinggal gua lupain"
Luna menghela nafas, "sudah han, gua pingin kaya dulu lagi"
Aku diam, maksudnya kaya dulu? Aku yang menahan semuanya?
"lebih baik sekarang, mungkin memang aku tidak bisa untuk siapa-siapa" ujar aku tersenyum.
Luna menghela nafas.
"bisa tinggalin gua sendiri disini ga?" tanya aku.
Luna menundukan kepalanya lalu berjalan keluar dari atap akademi.
Bagaimana bisa melupakannya setiap hari kami saling bertemu? Maka dari itu aku selalu mencoba untuk menjauh, bukan membenci tapi berusaha untuk sayang sama diri sendiri.
Mungkin teman-temanku berfikir, aku melihat dia dari keramahannya, tapi sebelum aku membuka obrolan dengan dia pun aku sudah mulai menyimpan rasa, jadi ini resmi dari aku sendiri.
ini kali yah rasanya menyimpan rasa diam-diam, aku menghela nafas, ternyata sulit untuk mengembangkan rasa dari teman ke yang lebih dekat. Aku terus menatap langit.
Akhirnya sekian lama aku menunggu matahari untuk selesai dengan kerjaanya aku pun juga selesai dengan rasa yang selama ini aku simpan, matahari selesai dengan indah, akupun berakhir indah tapi dari sisi dia.
'Dimulai dari atap akademi dan juga di akhiri dari atap akademi'
Aku tersenyum melihat matahari hilang dari langit, langit sekarang sudah gelap.
Aku buru-buru kembali ke asrama.
SELESAI.