Suasana di sekeliling kami sangat hening, hanya terdengar suara hujan yang sangat deras diluar sana.
"s-sekali lagi gua minta maaf" ujar luna memecahkan keheningan.
Kami masih menundukan kepala. "harus kah minta maaf? Engga itu bukan salah lo, tapi salah gua yang suka sama orang engga liat diri sendiri"
"engga bukan gitu, tapi gua lagi berusaha keluar dari kepribadian gua yang sekarang" ujar luna melirik ke arah aku.
Aku melirik ke arah luna, aku benar-benar sangat terkejut dia mengeluarkan kalimat itu, kenapa harus keluar? Kepribadian ini emang salah? Salahnya dimana?
"kepribadian yang sekarang salah?" Seruku.
Wajah luna terlihat terkejut, "menurut gua iya, karena kepribadian ini buat gua susah untuk dengan orang"
Aku diam tidak menjawab, hanya memandang wajah luna yang sedikit marah.
Kalimat yang dikatakan luna itu sangat sangat sangat benar, aku tidak bisa membatah kalimat luna, tapi secara tidak langsung dia juga merendahkan kepribadiannya sendiri.
Suit! aku aku tidak sadar mematikan kelebihan aku, kini hujan mengenai kepalaku dan luna, ini lebih terasa baik, aku meneteskan air mata tidak terlihat.
Luna sedikit terkejut, "han" menyentuh tanganku, aku langsung mengindar, wajah luna bertambah terkejutnya, mungkin kali ini aku marah, karena aku sangat susah untuk marah.
"h-han aku dan kamu. Sama. Maka dari itu susah unt-"
"untuk bersatu, gua tau" lanjut aku.
Aku mengusap air yang jatuh ke pipi, "gua tadi Cuma jujur yang sebenarnya, urusan lo Cuma jawab dan udah dijawab ya sudah, selebihnya urusan gua"
Luna mengusap pipinya.
Sudah pasti itu bukan air mata, untuk apa dia menangis? Itu hanya air mata awan yang jatuh ke pipi dia.
***
Tap! Kami berhenti di atas kayu yang besar dan sudah di basahi hujan, zaki dan lainnya melihat kita sudah basah kuyup, mendekat.
Zaki sudah mengaktifkan gelang ke 6 nya, jadi mereka sudah tertutupi oleh sebuah gelembung besar, mereka menghampiri aku dan luna, otomatis kami berdua sudah tidak ke hujanan.
"apa ada?" tanyanya.
Aku menggeleng, luna yang ada di belakang aku diam saja. Alvin sudah mengeluarkan cahaya hijau dari tangannya, mungkin untuk menghangatkan badanku.
Luna melangkah berjalan sambil memeluk tangannya sendirian, kedinginan mungkin. Suasana menjadi sangat kacau, semuanya mengkhawatirkan aku dan luna.
Nata langsung mendekat ke arah luna memeluknya. Aku berjalan juga ketempat awal aku duduk di sini, menghela nafas.
"kalian tadi kemana?" bisik zaki.
"tidak jauh" jawabku.
Alvin mengangkat tangannya menghangatkan badanku, aku juga melihat kevin menghangatkan badan luna. kenapa aku masih memikirkannya? Sudah lah tidak semudah itu menghilangkan perasaan ini.
Aku menelan ludah, "maaf, suasananya jadi ga kondusif seperti ini"
Zaki mengangguk.
Tidak menunggu lama Badanku sudah terasa anget dan bajuku sudah tidak basah. Seharusnya tadi datang dengan aku mengaktifkan gelang ke 6, mungkin tidak akan seperti ini, akan baik-baik saja.
"sepertinya salah dari awal zak" ujar aku.
"salah kenapa?" tanyanya.
Alvin mematikan kelebihannya, mungkin sudah tau aku sudah tidak ke dinginan.
"gua menyimpan rasa ke luna" ujar aku.
Alvin, kurasa dia tidak kaget, karena mungkin merasa juga aku menyimpan rasa, tapi aku tidak pernah jujur dengan siapapun.
"lo tadi nyatain?" tanya zaki.
Aku mengangguk.
Zaki menghela nafas.
"puisiku benar, Aku tau rasa tidak bisa di paksa
Rasa aku pun tidak bisa hilang
Minta maaf jika itu membuatmu risih
Aku selalu berusaha menutupi itu." Ujarku membacakan bait puisi.
"setidaknya lo udah jujur" lanjut zaki.
Aku mengangguk.
***
Aku terbangun lebih dahulu dari matahari yang akan bertugas di siang hari. Sejak tadi malam saat percakapan selesai, aku yang duluan jaga, agar aku tidak bangun lagi untuk menjaga.
Hujan dari malam sudah berhenti, lebih baik, kalau terus hujan menangis bagaimana zaki bisa tidur terlelap. Aku melihat tanaman dan pepohonan masih basah mungkin bahagia tadi malam, karena hujan turun.
Aku masih menidurkan badan di atas ranting pohon, entah lah sampai kapan aku akan duduk, aku masih nyaman begini, sambil melamun.
Agak lama aku melamun akhirnya yang lain sudah bangun satu persatu, kevin duluan dilanjut zaki, nata, alvin, luna. Aku memberanikan duduk. Kenapa harus berfikir begitu sih.
Aku duduk, seperti biasa kami semua langsung segar, seperti tidak bangun tidur. Matahari sudah mulai naik ke atas dengan perlahan, mungkin matahari sedang pamitan dengan teman dekatnya.
***
Kami sudah dengan posisi untuk berlari, seperti biasa nata di depan, saping nata aku dan sampingnya lagi alvin. Aku dan alvin menyentuh pundak nata. Ooh ya gelang nata sudah aku kembalikan barusan.
Suit! aku mengaktifkan kelebihan, kami menghilang, Suit! nata memejamkan mata mengingat peta, dan kami melesat berlari sangat kencang.
Di tengah perjalanan, nata bertanya, memecahkan keheningan. "lo marah han?"
"hah? Sama siapa?" tanya aku pura-pura kebingungan, aku sudah tau akan mengarah ke kejadian tadi malam.
"luna" jawab nata.
"entah lah, sepertinya bohong kalau gua jawab engga" jawab aku.
Nata diam tidak menjawab lagi, mungkin nata pun bingung akan menjawab apa.
Hening kembali.
"maaf han gua ga bisa bantu" ujar alvin.
"sudah lah jangankan lo, gua aja bingung sama diri sendiri, gua harus belajar melupakan semuanya" ujar aku.
Apakah pertanyaan kemarin yang aku lontarkan ke diri sendiri ini adalah jawabnnya? Pertanyaan, bagaimana aku kedepannya? Tidak bersama luna, mungkin ini jawabnnya.
***
Setelah lama kami tidak berbicara, nata menambah kecepatan berlarinya, "gerbang akademi ada di depan, sebentar lagi"
Entahlah, aku yang kemarin bahagia menyelesaikan ujian ini dengan 6 gelang yang lengkap, sekarang kebahagian itu tertutup begitu saja dengan masalah kemarin.
Aku harus cepat-cepat melupakannya, tapi sebentar, apakah bisa melupakan dengan cara tetap bertemu? Aku dan luna kan di dalam akademi yang sama. Aku menghela nafas, akan aku coba.
"sudah ada di depan!" seru nata.
Aku melihat gerbang akademi terbuka lebar. Tuan sudah ada di depan gerbang sendirian, mungkin tuan tau kami akan selesai hari ini. Tap! Nata turun dari ranting pohon lanjut berlari di atas tanah.
Langkah terakhir, Tap! Kami masuk ke dalam gerbang akademi, Suit! kami terlihat. Kami berlari melebihi tuan, tuan membalikan badannya lalu menghampiri kami.
"selamat yah" ujar tuan.
Tidak lama zaki pun datang tepat di samping team kami. Suit! mereka terlihat, tuan langsung mendengkat ke team zaki, "Selamat yah" mereka mengangguk bersama.
Tuan membalikan badan, melihat ke arah luar gerbang, "saya harap ada 1 team lagi yang datang" ujarnya.
"m-maaf tuan, saya ingin bertanya, apakah team yang tidak lengkap tidak boleh masuk kedalam akademi?" tanya alvin.
Tuan membalikan badan, dahinya mengkerut, "boleh kok, asal ujian selanjutnya di beresakan"
Alvin mengangguk tersenyum.