Gem dan ini menyuruh kami menuju belakang panggung, kami mempercepat langkahnya. Gem dan ini menutup kembali gordeng panggung.
Aku dan zaki perlahan masuk ke dalam belakang panggung, mewah sekali dan luas sekali, dan berwarna elegan aku tidak pernah melihat ini dimana pun.
"ayo lihat kedepan" ujar gem.
Aku dan zaki bergegas melihat kedepan, di depan terdapat layar besar yang masih belom di nyalakan. ini menekan tombol, layar itu pun menyala memutar beberapa judul puisi yang akan aku dan zaki bawakan.
Ting! Layar itu pun berhenti, "pasangan pendiam" bisikku.
"ya kamu arhan ini tema kamu" ujar ini.
Aku mengangguk, tidak masalah tema berhubungan denganku.
Ini menekan tombol kembali.
Ting! Layar itu pun berhenti kembali, "mengakhiri dia?" bisik zaki.
"ini terakhir, udah tau kan buat kamu?" gem mengarahkan ke zaki.
Zaki mengangguk.
Ini melangkah menghampiri aku dan zaki, memberikan nampan berisi kacamata tipis berwarna biru.
"dipakai" ujar ini.
Aku dan zaki mengambil perlahan kacamata itu, langsung memakainya.
Beberapa kali kami dikejutkan di tempat gelang ke 5, setelah kami memakai kacamata kejutan pun keluar, jenis seperti gem dan ini ternyata banyak berlalu-lalang di sini, mereka berwarna-warni, kehidupan pun terasa, tidak seperti tadi sangat sepi.
Ini dari tadi menunggu aku dan zaki terkejut dengan apa yang di lihat sekarang, aku melirik ke ini. Tersenyum.
"maaf, sekarang apa lagi?" tanya aku.
Ikut gem, kalian akan di bawa ke ruangan kalian masing-masing.
Aku dan zaki mengangguk. Kami langsung bergegas melangkah menuju gem, gem berjalan duluan, tidak jauh dari tempat tadi gem menyuruh aku segera masuk keruangan, dan mengantar zaki ke ruangannya.
Crek! Aku membuka pintu ruangan dengan perlahan, di dalam ruangan sangat gelap, saat aku membuka pintu lebih luas, lampu otomatis menyala dengan sendiri.
Ruangannya cukup luas, di sebelah kiri aku ada tempat duduk yang sepertinya empuk, memanjang. Sebelah kiri ada kursi dan kaca yang besar, serta dengan lampu-lampunya.
Aku melangkah masuk, lalu menutup pintunya kembali. Bug!.
Aku duduk di depan kaca, melihat kesekeliling, ini ruangannya sangat aneh dan dingin.
Tidak lama dari aku melamun, tiba-tiba makhluk yang sama seperti gem dan ini, masuk memberikan 1 buku dan pena.
"buat menulis puisinya" ujarnya meletakan buku dan pena di atas meja, makhluk itu langsung keluar dari ruangan begitu saja.
Aku mengangguk.
Bug!
Aku membuka bukunya dan mengambil pena, mencoba menulis, ternyata sama saja seperti di akademi.
Aku mulai perfikir dan menulis yang ada di pikiran ku, menulis semua lalu nanti di akhir disusun dengan sempurna.
Dipertengahan aku menulis makhluk itu masuk kembali membawakan sepotong kue dan air minum, meletakan di atas meja.
"terima kasih" ujar aku.
Makhluk itu mengangguk, dan kembali keluar.
Setelah beberapa jam lanjut menuli dengan berfikir keras, gem masuk ke dalam ruangan.
"hai ganggu ga?" tanya gem.
Aku yang terkejut melihat gem seperti itu tanpa menunggu aku menggelengkan kepala. Gem langsung duduk di kursi panjang.
"arhan ya?" tanyannya.
Aku mengangguk.
"kamu yakin untuk bisa memenangkan gelang ke 5 ini?" tanyannya.
Aku diam sebentar mencerna kalimat gem yang masuk ke dalam pikiran, harus yakin dong. Aku mengangguk.
Gem menghela nafas, "harus yakin yah, bantu kami untuk segera memberika gelang ini ke kalian, kami sudah cape diserang terus"
"oke" bisikku.
"banyak yang ingin mengambil gelangnya dengan cara tidak mengikuti aturan, mereka menghancurkan tearternya, kami harus memebereskan kembali" ujar gem.
"pada saat kami tidak lolos apa yang harus kami lakukan?" tanya aku.
"lakukan saja yang terbaik jangan berfikir akan gagal" ujar gem.
Aku mengangguk.
Gem berdiri lalu melangkah keluar dari ruangan begitu saja, Bug!. Aku kembali menulis dan membaca puisi aku.
Bebanku semakin berat.
***
Akhirnya aku selesai menulis dan menurutku puisinya sudah selesai, yang sebelumnya banyak yang aku ganti.
Aku semakin gugup dengan isi puisinya, ini benar-benar dari dalam diriku, ahk semoga orangnya tidak menyadari, aku tersenyum sendiri.
Pintu terbuka perlahan makhluk itu masuk, "sudah selesai?"
Aku mengangguk.
"bajunya di ganti yah" ujarnya memanggil temannya membawakan baju.
Aku sangat terkejut melihat baju yang dibawakannya bagus sekali, berwarna merah, di pundaknya seperti ada bulu-bulu kuning dan mempunyai kerah.
"dibantu pakenya?" tanyanya.
"hah?" aku terkejut, langsung menggeleng cepat, "bisa sendiri"
Makhluk itu memberikan baju, aku mengambil bajunya, makhluk itu keluar dari ruangan, Bug!.
Aku langsung memakai bajunya, dan mengalihat diriku di kaca, baru sadar mungkin ada kaca besar di ruangan ini gunannya ini kali yah.
Makhluk itu pun kembali masuk, "dimakan kuenya, beberapa menit lagi saya kembali"
Aku mengangguk, menarik kuenya, lalu makan dengan cepat.
15 menit aku selesai makan, makhluk itu kembali, dan menyuruhku untuk keluar dari ruangan. Aku melangkah keluar melihat kesekeliling, semakin banyak makhluk yang seperti gen dan ini.
Aku disuruh ke belakang panggung untuk menyiapkan penampilannya, ditengah jalan bertemu dengan zaki yang sangat rapih memakai baju yang sama tapi berwarna biru.
Zaki pun terkejut melihat aku, kami saling tertawa melihat pakaian yang di pakai. Aku dan zaki melanjutkan melangkah menuju pangung.
Aku melihat dari balakang panggung, sekarang penontonnya banyak sekali, penuh dengan makhluk seperti gem dan ini, aku semakin gugup dan tidak tenang.
"oke han santai" ujar zaki.
Aku mengangguk. Saat zaki bicara seperti itu aku akan tenang? Tentu tidak, gugupku terus sampai telapak tanganku berkeringat dan jantung berdebar-debar.
Gem dan ini akhirnya menaiki panggung membuka dengan sangat meriah aku melihat alvin dan nata sangat gembira. Makhluk lainnya ikut mensorak untuk acara ini.
Makhluk itu yang tadi mendatangi aku dan zaki, "siap yah" ujarnya.
Aku dan zaki mengangguk, aku semakin gugup aku akan berbicara di depan yang aku tidak kenal, aku terus mengelapkan tanganku ke celana kaki.
Gem dan ini teriak, "silahkan kalian menikmatinya dengan tenang!!!"
"arhan duluan" ujar makhluk tadi.
"lo bisa han, anggap penontonnya orang akademi" bisik zaki.
Aku mengangguk.
Aku melangkah naik ke atas panggung, hembusan angin terasa, langsung menarik nafas.
Aku tau rasa tidak bisa di paksa
Rasa aku pun tidak bisa hilang
Minta maaf jika itu membuatmu risih
Aku selalu berusaha menutupi itu
Rasa pendiamku lebih besar dari rasa ini
Sulit untuk di ucapkan
Aku yang sangat payah memilih untuk diam
Pada akhirnya pintu gerbangmu sudah kamu tutup
Untuk kali ini aku minta maaf
Aku mencoba untuk tidak mengulangnya
Kali ini juga aku janji akan benar-benar menghapus
Aku minta maaf
Aku berusaha menahan air mata untuk jatuh ke pipiku, hening tidak ada suara apapun, aku semakin takut dengan kelanjutannya, aku menurunkan kertas, aku melihat gem dan ini sudah meneteskan air matanya.
"Ssst" bisik makhluk itu, aku melirik, makhluk itu menyuruh aku untuk kembali kebelakang. Saat aku melangkah, tepuk tangan memenuhi suara teater yang sebelumnya hening, aku tersenyum terus melangkah.
Zaki pun melangkah naik keatas panggung perpapasan denganku, "lo udah suka sama luna?" bisik zaki.
"iya tapi itu ga merubah apa-apa" jawabku, melanjutkan turun ke panggung.
Zaki langsung menaikan kertas puisinya, menari nafas dalam-dalam.
Untuk kali ini aku gagal
Gagal mendapatkan mu
Rasa sakit yang ada
Membuat hati ini rauh
Mungkin kamu bukan untuku.
Aku berusaha merelakan mu
Merelakan hatiku untuk suatu hal
Aku ikhlas
Ini jalan terbaik
Terimakasih sudah menyadarkan
Lanjut tepuk tangan yang meriah, "ahk sudah lama aku tidak mendengarkan puisi sebagus kalian!" teriak gem.
Tepuk tangan pun tidak berhenti begitu saja.