Aku mulai mendengar orang-orang berbicara semakin lama suara itu semakin terdengar jelas.
"han bangun!" seru seseorang mengoyangkan badanku.
Aku membuka mata perlahan, melihat seseorang itu, ya aku sudah yakin itu pasti alvin.
"sudah pagi?" tanya aku.
Alvin mengangguk.
Aku duduk perlahan melihat kesekeliling, yang lain sudah siap untuk berangkat, ke gelang 5. Aku melirik lana yang sama baru baru bangun, aku berusaha tersenyum, luna memberikan senyuman balik.
Aku dan luna berdiri, kami langsung segar seperti biasa, siap untuk ke gelang 5.
"hei han, makanan ada di gua sisa tadi malem" ujar nata.
Aku mengangguk, tersenyum.
Zaki membalikan badan, "siap han?"
Aku mengangguk.
Aku, alvin dan nata bersiap dengan posisi, nata di depan, samping kanan aku dan kiri alvin. Suit! Suit! Kami menghilang, Suit! Nata berlari dengan kencang.
Kami bisa melihat team zaki, begitu pun team zaki bisa bisa melihat team kami. Kami berlari sudah beberapa jam, zaki tiba-tiba meminta untuk berhenti sebentar, aku dan lainnya kebingungan.
"ada apa?" tanya aku.
"istirahat" ujar zaki.
Aku kebingungan, "kita udah hampir beberapa jam berlari" sahut luna.
Aku meliriknya, mengangguk.
Kami akhirnya beristirahat sejenak dan memakan sisa tadi malam yang di simpan nata.
"kita harus pake gelang yang lainnya" bisik alvin.
"hah?" ujar nata.
"kayanya emang harus di pakai dari awal" ujar alvin.
"tau dari mana?" tanya aku.
"entah lah, aku hanya takut kita kalah lagi" ujar alvin.
"oke deh" jawab ku.
Nata mengeluarkan beberapa gelangnya, gelang 1 bersinar berwarna ungu, gelang 2 bersinar berwarna coklat, gelang 3 bersinar berwarna biru, gelang 4 bersinar berwarna merah.
"aku pake gelang 4, nata gelang gelang 2, alvin gelang 1 dan 3, setuju?" tanya aku.
Alvin dan nata mengangguk.
Aku mengambil gelang 4 lalu langsung memakainya, diikuti alvin dan nata.
Aku berjalan menuju team zaki tidak jauh dari team aku, "kalian tidak akan memakainya?"
Zaki dan lainnya melirik ke arah tangan aku.
***
Kami sudah mulai perjalanan sejak tadi, beristirahat singkat, kami harus segera ke gelang 5 untuk mengambil gelang 5.
Tidak menunggu lama, nata memberitahu tempat gelang ke 5 sudah ada di depan.
Tap! Kami berhenti, nata membuka matanya, "tempatnya ada di didepan kita" ujarnya.
Kevin yang diam di depan kebingungan, melirik ke arah nata, "kenapa?"
Kami mendekat ke team zaki.
"aneh, di depan sana sepi sekali, tidak ada apa-apa, temaptnya udah benar kan?" ujar kevin melirik ke nata.
Nata mengangguk.
Tempat itu benar-benar sepi tidak ada orang atau hewan, hanya ada ruangan yang sangat besar. Panas sekali.
"kita harus kesana?" tanya zaki.
Kevin mengangguk.
Akhirnya kami turun dari tangkai pohon menuju tempat gelang itu berada.
Disini panas sekali, tidak ada pepohonan yang menutup, hanya ada di pinggir-pinggir tempat ini, ruangan yang besar itu berdiri di tengah-tengah.
Kami berjalan menuju ruangan itu sambil melihat ke arah kanan dan kiri, kami tetap waspada.
"harus kita masuk?" tanya aku.
"kalau harus seperti itu ya harus" ujar zaki.
kami sudah di depan pintu ruangan itu, pintunya tidak tertutup terbuka begitu saja, tidak ada orang juga.
Zaki melangkah masuk duluan di ikuti kevin, alvin, nata, luna dan aku.
Aku melangkah masuk sambil melihat ke atas, semakin kita masuk ruangannya semakin gelap, tiba-tiba di ujung jalan ada cahaya, aku melihat ke arah atas, di atas ruangan terdapat beberapa lampu untuk menerangi, kami semakin kebingungan. Didepan ruangan itu ada seperti panggung pertunjukan persis sama saat aku puisi di akademi, dpen panggung itu terdapat banyak kursi berjejer sampai ke atas.
Luna tiba-tiba membalikan badannya.
"hah ada apa?" tanya aku.
luna menggeleng.
Kami sudah di ujung jalan melihat kesekeliling sangat megah dan luas.
"kaya teater puisi di akademi" ujar aku.
Zaki melirik, "nah iya dari tadi gua mikir tempatnya ga asing" ujar zaki.
Tiba-tiba gordeng di panggung terbuka lebar, membuat aku dan lainnya terkejut langsung melirik ke arah panggung.
"hallo, kalian datang pada waktu yang tepat" ujar seseorang itu.
Seseorang itu keluar dari gordeng panggung, itu seperti semak-semak pendek sekitar paha aku yang mempunyai tangan dan kaki, dan bisa berbicara, seluruhnya di tutup oleh daun hijau. Mereka berdua.
Kami terkejut melihat seseorang yang asing itu, kami bersiap-siap untuk menyerang.
"kalian datang kesini untuk mengambil gelang bukan?" tanyanya tertawa.
"perkenalkan, kami yang mempunya teater ini, nama saya gem"
"dan saya ini"
"Gem dan ini?" bisik luna.
"ayo silahkan kalian duduk di tempat yang kosong" ujar gem.
Kami melirik tepat duduknya, kosong semua, kami sangat kebingungan.
"kosong semua kan?" tanya luna ke arah aku.
Aku mengangguk.
"ayo kenapa pada diam!" seru ini.
Kami langsung bergerak menuju, kursi-kursi yang kosong.
"tempat kosong yang masih berwarna hijau" seru gem.
Aku menghela nafas, aku tidak sengaja duduk bersebelahan dengan luna, selang dua kursi nata dan alvin, selang dua kursi lagi zaki dan kevin, kadi duduk berjauhan.
"perkenalkan diri kalian masing-masing, dari ujung" ujar ini menunjuk ke arah luna.
Luna berdiri dari kursi, "hai gem dan ini nama saya luna"
Aku langsung berdiri, "h-hai gem dan ini, saya arhan"
Lanjut nata dan seterusnya. Kami bersiap menyerang untuk ada yang tiba-tiba.
"kok gua deg-deg an" bisik luna.
"stut…" jawabku.
"saya tau kalian menginginkan gelang ke 5 kan?, sudah ada beberapa kolompok yang datang dari tadi, tapi sayang mereka gegabah, jadi saya terpaksa harus di masukan ke dalam panjara di bawah" ujar gem.
Aku sedikit terkejut mendengar cerita gem.
"kalian tidak usah mengeluarkan energi kalian untuk ini, kalian tidak usah berperang untuk mendapatkan gelang ini, cukup dengarkan saja aturannya" lanjut ini.
Kami mengangguk bersama.
"pertama, kalian harus menunjukan pertunjukan puisi yang indah, harus membuat penonton terhanyut dalam isi puisinya" ujar gem.
Aku mendengar kalimat gem sedikit terkejut, alvin dan nata sudah melirik ke arah aku.
"masing-masing satu orang dari team untuk mendapat gelang ke 5 ini, tema kami yang menentukan, siap?" tanya ini.
Kami mengangguk.
"lo aja han gua mohon" bisik nata.
Aku menundukan kepala, apakah aku bisa? Apakah aku sanggup berbicara dengan baik? Kalimat-kalimat seperti itu tiba-tiba berdatangan menuju pikiran aku.
Luna melirik wajah aku, aku melirik wajah luna, wajahnya aku bingung membuat arti kesal atau menyemangati.
"han ayo" bisik nata.
Aku melirik, sudah lah tidak yang bisa di andalkan selai akun kalau sudah tentang puisi, aku mengangguk.
"apakah sudah terpilih?" tanya gem.
Zaki mengangkat tangan dan aku pun mengikuti.
Luna melirik ke arah aku dan zaki, tersenyum lebar sambil mengangkat tangannya, menyemangati.
Aku membalas senyuman luna, zaki pun mengangguk tertawa.
Aku dan zaki melangkah menuju panggung.