Langit sudah gelap sejak tadi, aku dan lainnya akan bersiap mencari makan untuk makan malam.
"lo masih ada makan?" tanya aku ke zaki.
Zaki menggeleng, "kemarin kita cari makan sendiri" ujar zaki.
"lah sama" ujar aku.
Zaki mengangguk, "siapa yang mau cari makan?" seru zaki.
Semua melirik, aku mengangkat tangan.
"siapa lagi?" tanya zaki.
Semua diam menahan tawa.
"oke gua sama arhan" ujar zaki.
Aku berdiri melangkah duluan turun dari tangkai pohon, zaki mengikuti dari belakang, aku berjalan perlahan sambil melirik-lirik.
"ngapain?" tanya zaki memecahkan keheningan.
"cari sayur yang bisa di makan" jawabku.
Zaki menghela nafas, "lo ga pernah nanya apa gitu ke sang rahasia?"
"pernah" jawabku.
"nanya asal lo kan?" ujar zaki.
"hmm"
"yang lain engga?" tanya zaki.
"tanya apa lagi" ujar aku.
"ujian ini misalnya, jadi lo gausah mencari-cari di makanan di sepanjang jalan" ujar zaki.
"hah? Emang gua salah?" tanya aku.
Zaki mengangguk.
Aku berhenti melangkah, zaki pun.
"sayur yang aman di makan Cuma yang warna merah muda, jadi lo gausah cari sepanjang jalan" ujar zaki.
"emang iya yah?" tanya aku meyakinkan.
Zaki mengangguk, "makannya nanya"
"gua tuh suka mikir kalau gua nanya gua ganggu mereka ga yah, pertanyaan itu selalu diam di otak gua" ujar aku.
"kayanya engga kalau waktunya tepat" jawab zaki.
"justru itu gua gatau waktu yang tepat" ujar aku.
Kami melanjutkan melangkah.
"gausah di pikirin harusnya kalau salah pun ada kata maaf, jadi tenang aja" ujar zaki.
"benar sih, gua melupakan maaf selama ini, ahkk!! Pertanyaan itu selalu diam di otak gua" keluh aku.
"santai han" ujar zaki tertawa.
Aku berhenti melangkah, "ini?" tanya aku.
Zaki melirik, "nah iya, emang lo kemarin makan sayuran yang mana?"
"kayanya sama deh tapi ga sebesar ini, lagian kemarin ga merhatiin warnanya" ujar aku.
"hadeuh gimana kalau beracun dah" ujar zaki.
Aku tidak membalas kalimat zaki, langsung memetiki semua yang sama jenisnya, tapi kayanya kurang, zaki pun ikut mengambil.
"kurang kayanya" ujar aku.
Zaki mengangguk.
Kami melangkah melanjutkan perjalan, sambil melihat-lihat berwarna merah muda dari kejauhan.
"padahal tadi gua nunggu luna yang angkat tangan" ujar zaki.
Aduh zaki kenapa tiba-tiba mengangkat topik ini, aku takut canggung saat selesai membahasnya.
"hmm" ujar aku.
"suka kan sama luna?" tanya zaki.
"hah?!" pertanyaan itu selalu membuat aku menjadi terkejut, kenapa tiba-tiba gitu sih.
"santai han, gua biasa aja kok" ujar zaki.
"gua juga biasa aja kok" ujar aku tersenyum.
"lo ngertikan maksud gua?" tanya zaki.
Aku menggeleng, "emang kenapa sih?"
"kayanya luna suka sama lo deh" ujar zaki.
"Hah!?" aku benar-benar terkejut mendengar kalimat zaki, aku berhenti sebentar.
"kenapa ?" tanya zaki berhenti juga.
"suka apaan? Bagaimana bisa 2 2nya penyendiri bisa lebih dari teman" ujar aku.
"lah kenapa gabisa?" tanya zaki.
Aku menghela nafas panjang, "bukannya lo yang suka yah?"
"lupakan, percuma" jawab zaki melanjutkan melangkah, aku mengikuti.
"kenapa bisa suka gua, jarang ngobrol juga, engga kaya lo" ujar aku.
"pokoknya gua udah coba bilang ke lo, itu didepan ada sayur lagi" ujar zaki.
Aku tidak menjawab, mengikuti zaki.
Langsung memetik sayurannya, aku pun mengikuti zaki, cepat-cepat memetik sayuran.
"pokoknya 2 2 penyendiri ga ada masalah yah han, yang suka bikin masalah itu diri lo sendiri" ujar zaki.
***
Kami berlari dan menghilang untuk menuju tempat asal tadi, tidak menunggu lama kami sudah sampai, tapi tidak ada yang menyadari karena kami menghilang.
Suit! Aku terlihat.
Semua terlihat terkejut, kecuali luna.
"maaf" ujar aku.
Aku mendekati mereka semua, "nih makannya" ujar aku sambil memberikan ke alvin dan nata. Begitu juga zaki ke kevin dan luna.
Kami makan bersama.
Setelah kami makan bersama, tubuhku sudah mulai kecapean.
Zaki berdiri, "siapa yang mau jaga duluan?" tanyanya.
"gua aja" ujar aku.
"Sendiri?" tanya zaki.
"yah yaudah" jawabku.
Mereka bersiap menidurkan badan mencari posisi tidur yang nyaman, aku melangkah maju seperti biasa memandang langit.
Semuanya mulai menutup mata, dan terlelap.
Aku merasakan seseorang melangkah kedekatku, aku melihat dari ujung mata, itu luna.
Luna duduk di samping aku, "susah emang yah ngajak ngobrol duluan"
Aku menghela nafas, "gua bingung"
"hah bingung kenapa?" tanya luna.
"bingung lah harus nanya apa" jawab aku.
"emang bener, saat gua mau membuka obrolan gua ke lo juga kalimat itu selalu muncul" ujar luna.
"yah kan kita sama, nah kenapa lo bisa?" tanya aku melirik ke luna.
"gua bisa karena kita Cuma berdua, gua juga berani gini karena Cuma berdua" ujar luna.
Aku diam, kalimat luna benar, saat semuanya nanti bangun luna kembali ke tempatnya seperti aku, menyendiri.
"lo masih ga berani kalau berdua juga?" tanya luna.
Aku menggeleng menatap langit kembali, "maaf aku payah, ga kaya zaki"
Luna menghela nafas, "jangan bawa-bawa zaki, orang beda, ini Cuma gua dan lo"
"oke" jawabku.
"lo suka sama nata?" tanya luna.
"hah?!" aku menggeleng.
"masa satu team ga ada rasa" ujar luna.
"lo ada rasa zaki atau kevin?" tanya aku melirik.
Luna menggeleng cepat, "nah sama" jawab aku.
Luna diam tidak menjawab.
"gua tuh masih ga ngerti, gua ga pernah lebih dari teman" ujar aku.
"okay maafin gua, gua ga maksud ngapa-ngapain kok" ujar luna.
"emang bisa lebih dari teman dengan satu kepribadian?" tanya aku.
"engga" jawab luna.
Jawaban luna adalah kalimat yang bertolak belakang dengan yang zaki tadi ucapkan, sekarang aku bingung, apa harus ada yang berubah dari salah satunya?.
"kalau pun bisa dari salah satunya harus ada yang berjuang lebih" ujar luna.
"lo suka sama gua?" tanya aku.
"hah?" wajah luna berubah seketika terkejut mendengar kalimat aku, warna wajahnya pun ikut berubah perlahan.
"Lun lo kenapa?" tanya aku kebingungan.
Luna menggeleng cepat, membuat rambutnya bergoyang-goyang.
Aku menghela nafas menatap kembali menatap langit yang di terangi oleh bulan.
"ma-af han" ujar luna terbata-bata.
"maaf kenapa?" tanya aku.
"maaf gua udah buka topik ini" jawab luna.
"gua yang minta maaf kalau udah kepedean" ujar aku.
"eh –" kalimat luna terhenti seseorang bangun dari tidurnya, aku dan luna membalikan badan.
"luna ga tidur?" tanya alvin.
"iya ini bentar lagi" jawab luna.
"yaudah sana tidur" ujar aku.
Luna mengangguk, lalu berdiri menuju tempat tidurnya.
Alvin bangun mendekati aku.
"kalian ngapain?" tanya alvin.
"ngobrol doang kok" ujar aku tersenyum.
Alvin menganguk.
"lo yang jaga sekarang yah, oh iya luna nanti guasah di bangunin, dia dari tadi bareng gua jaganya" ujar aku.
Alvin menganguk.
Aku berdiri melangkah menuju tempat alvin tadi tidur, langsung menidurkan badan dan menutup mata, terlelap.