Aku melangkah maju mencoba untuk menyerang duluan, tapi cewe itu sudah menghilang lebih dulu.
"Ckk!" aku berhenti, melihat kesekeliling.
Cewe itu pun terlihat, Dum! Menghantam mulutku, Bug! sampai aku tergeletak di bawah.
"ahk!!!"
"ahh maaf" ujar cewe itu sedikit tertawa.
"ahkk!!, s-sakit.. Seka..li" bisikku mencoba untuk bangkit.
"jangan maksa in dirimu" ujar cewe itu mendekat.
Tap! Nata menghampiriku, cewe itu pun terkejut melangkah mundur.
Nata terengah-engah, belom selesai bertarung dengan cowo itu.
"sayang sekali, kalian tidak mengaktifkan kelebihannya" ujar cewe itu berlari maju untuk menghantam nata.
"setidaknya gua tau strategi lo" nata menghindar lari.
Pukulan cewe itu meleset, terkejut mendengar kalimat nata.
Cowo dari team itu datang, berdiri tepat di depanku.
Aku berusaha berdiri, tapi rasanya seluruh badan sakit sekali, susah untuk bergerak.
Cowo yang berdiri di depanku berlari mengejar nata, siap dengan pukulannya. Nata terkejut, tidak bisa berbuat apa-apa, tiba-tiba alvin datang menahan nata dengan tubuhnya, Dum!.
Aku dan nata terkejut melihat hal yang di lakukan alvin. Bug! Alvin tergeletak di atas tanah. Tidak itu saja, nata dari belakang di hantam oleh cowo dari team yang sama. Bug! Jatuh tergeletak, membuat isi tas nata keluar semua. Termasuk gelang.
"nah itu yang kami cari" ujar cowo itu.
"ahk terlalu mudah untuk mencuri" lanjut cewe sedikit tertawa.
Aku melihat nata masih menutup matanya, sedangkan alvin berusaha untuk bangun. Aku tau badan kami semua sakit untuk di gerakan.
Cowo itu melangkah ke arah gelang, lalu mengambil gelang itu.
"terima kasih yah" ujar cewe.
Kami semua diam tidak menjawab.
Mereka pergi begitu saja, kami meringungkan badan kesakitan, nata menangis sesegukan dalam kesakitan dan kekesalan. Aku sudah lama tidak mendengar orang nangis, mungkin ini titik terendah nata.
"apakah kita harus menyerah?" ujarku.
Alvin berdiri melangkah mendekat, lalu duduk kembali didekat aku dan nata.
Alvin dan nata tidak menjawab.
Mata ku mulai buram, susah melihat kesekitar, aku mecoba untuk bangun dan melirik kanan-kiri.
"kenapa han?" tanya alvin kesakitan.
"gua gabisa liat apa-apa" jawabku.
Aku mencoba menutup mata dan membukanya berulang kali tapi tetap tidak berubah apa-apa.
Alvin mengangkat tangannya mencoba untuk fokus, tapi tidak bisa, alvin kesakitan memegang kepalanya.
"ga apa-apa vin, gausah di paksain" ujar aku.
Alvin kembali menidurkan badannya di sebelah nata yang terus menangis sesegukan sejak tadi.
"maaf in gua" ujar ku.
Alvin melirik dan nata berhenti menangis.
Aku duduk di depan mereka, menundukan kepala perlahan, "gua minta maaf, gua sekarang bingung harus gimana, harapan untuk menang sekarang jadi kecil" aku meneteskan air mata.
Alvin duduk, menghela nafas. "sudah dibilang ga apa-apa, kita berjuang ber 3 bukan lo sendiri"
Nata menangis kembali.
Aku ingin tertawa melihat tingkah nata tapi momennya tidak mendukung, sekarang harus bagaimana.
"kita sekarang berjuang bareng-bareng, kita hanya kecapean kemarin, harusnya full istirahat tidak usah terburu-buru" alvin menjelaskan.
"ya gua tau gua yang salah" ujar nata mencoba duduk. "ahk!" kesakitan.
"gua ga nyalahin nat" ujar alvin.
Nata duduk, kembali sesegukan, berusaha untuk berhenti menangis.
"emang kalau udah gini jalan terakhir menyerah?" tanya alvin melirik ke aku.
Aku diam bingung harus menjawab apa.
"kalau misalkan emang tidak ada harapan, kenapa harus menyerah, kita selesaikan barengan" ujar alvin.
Aku dan nata terkejut dengan apa yang di ujarkan alvin, terkejut sekali. Aku dan nata melirik alvin.
"kenapa pada ngeliatin gua?" ujar alvin.
Nata menggeleng.
"kita semua tuh di adopsi sama sang rahasia, kita coba lihatkan kalau kita tuh bisa berkembang. Walau pun gagal nanti setidaknya kita engga diam di luar akademi" ujar alvin.
Aku dan nata masih saja diam.
"jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya nata.
"istirahat" ujar alvin tanpa berdosa.
"hah? Maksud nata itu kita abis ini lanjut perjalanan apa mengejar team tadi" ujar aku menjelaskan.
"oalah" jawab alvin tertawa sambil menggaruk kepala.
"dah lah" ujar nata.
Aku pun ikut tertawa.
***
kami sudah duduk di atas tangkai sejak tadi, menidurkan badan agar nanti malam kami bisa melanjutkan kembali perjalanan.
Alvin dari tadi sedang memulihkan dannya agar cepat sembuh.
"emang lo ga cape?" tanya nata ke alvin.
"sut, lagi fokus" balas alvin.
Nata menghela nafas.
Aku tertawa pelan melihat mereka.
Tiba-tiba cahaya hijau yang ada di tangan alvin merambat keseluruh tubuhnya, alvin tetap fokus.
Nata menggeserkan badannya, terkejut melihat alvin, aku pun masih terkagum melihat kelebihan alvin menjadi meningkat.
Hanya dalam hitungan detik, luka di badan alvin menghilang begitu saja. Alvin menghela nafas.
"gua jawab pertanyaan lo yang tadi yah, engga" ujar alvin ke arah nata.
Raut wajah nata berubah kesal.
Aku tertawa melihat kelakuan nata dan alvin.
"coba kelebihan kalian aktif in, udah bisa apa belom" ujar alvin.
Aku dan nata langsung menutup mata mengfokuskan untuk mengaktifkan, Suit! Aku menghilang, Suit! Aku terlihat, aku dan nata menggeleng.
"yap kalian harus istirahat, harus tidur pulas" ujar alvin.
"mana bisa lagi ujian tidur pulas" ujar nata.
Alvin tidak menjawab, karena itu hal yang benar.
"lo bisa bantu kita buat pulihkan kita?" tanya aku.
"tidak, karena istirahat adalah kebutuhan kalian, bukan hanya istirahat dalam fisik tapi juga otak dan jiwa" ujar alvin menjelaskan.
"ya elah so banget sih" ujar nata.
Alvin melirik ke arah nata, "itu fakta"
"kenapa lo jadi tiba-tiba gini sih? Awalan lo nyusahin doang" ujar nata.
"ya bagus dong nat, jadi ga ngebebanin yang lain" jawab aku.
Alvin setuju dengan kalimat ku.
"lo keren vin" aku mengangkat jempol.
Alvin tersenyum.
"sudah lah gua mau duluan tidur, gua bagian tiga buat jaga tidur" ujar nata.
Langit sudah gelap, tidak terasa kami tadi mengobrol panjang.
"jadi siapa bagian 1" tanya alvin.
"lo, siapa lagi" jawab ku buru-buru menidurkan badan di atas tangkai pohon.
Alvin menghela nafas.
***
Aku merasa seperti ada yang mengoyangkan badanku.
"han" ujar seseorang.
Aku membuka mata, saat menggerakan badan, sakit sekali bandanku.
"han gantian" ujar alvin.
Ternyata alvin membangunkan aku. Tidur barusan seperti tidak ada apa-apa, bentar sekali.
"lo tau dari mana ini giliran gua?" tanya aku.
"nih!" alvin mengangkat ponsel.
"hah?! Ngapain di bawa?" tanyaku.
"sudah lah gausah banyak nanya cepat bangun, gua udah ngantuk" ujar alvin.
"sana tidur, badan gua gabisa gerak" ujar aku.
Alvin menidurkan badannya di depan ku, menutup matanya lalu terlelap.
Aku menghela nafas, melihat langit di atas sana, biru sekali, aku mengambil cemilan terakhir dari dalam tas lalu memakannya.
Sepertinya aku tidak usah membangunkan nata nanti, aku saja yang menjaga hingga nanti pagi.