Manda meringis sakit ketika kuah bakso yang panas tumpah mengenai seragamnya. "Aw, lo bisa gak sih jalan yang bener?!" teriak Manda marah dan mendongak melihat Adisti sengaja melakukan ini, ia memiliki rasa iri dengan Manda, ia tak diterima di anggota cheerlader padahal kemampuannya bagus sedangkan Manda hanya biasa saja. Manda masuk tanpa seleksi, dirinya sudah bersusah payah latihan.
"Ups! Gak sengaja sayang. Lagian ini bakso panas banget sih, jadi gue gak bisa bawanya." Adisti berkilah, padahal ia ingin Manda ditonton seisi kantin tapi kini tak ada yang berani menatapnya.
Igo yang melihat itu langsung menghampiri Manda, seragam cewek itu basah dan menerawang bentuk tubuhnya. Igo melepas seragamnya hingga mengisakan kaos putih polos. Manda terkejut merasakan perlakuan spesial dari cowok yang tak dikenalnya. "Makasih." ucapnya datar. Selera makan Manda untuk melahap mi ayam sirna, satu hari saja Adisti tak bisa mengusik ketenangannya. Erna pun sama, ia beranjak pergi mengikuti Manda, biarlah batagor yang baru saja ia beli dan masih utuh itu terbengkalai.
'Meskipun kamu mengucapkan malu-malu kata terima kasih tapi wajahmu berbohong, aku yakin hatimu merasakan perlakuan spesialku.'
Virgo yang dari kejauhan melihat itu pun menggelengkan kepalanya. "Wah wah, muncul juga superigonya, walaupun ditinggal pergi tapi hati masih tetap setia menunggu pekamu, oh Manda."
"Gue saranin Igo harus gerak cepat buat dapatin Manda, dari gosip lambegosipers sih Manda lagi dikabarkan dekat dengan Gino, ketua tim jurnalistik."
"Masa? Bukannya Manda bakalan marah yah kalau dideketin cowok gak dikenal?"
"Gak bakal, nih ya, Gino itu cowok yang kalem, gak genit, terus asik orangnya, dan humoris. Manda itu suka banget sama puisi buatan Gini yang ditempel mading harian sekolah."
"Terselah lo deh, daripada ngomongin Manda, apa kabar sama lo yang masih jomblo?" Virgo sudah lama tak membahas ini, terlalu mengurusi Rangga dan Farhan.
Pandu tersenyum tulus. "Oh, ngapain juga cari pacar. Toh belum tentu juga jodoh kita. Gue sih menetap jomblo aja, gak mau bikin anak orang nangis, nanti bakalan dateng sendiri setelah gue sukses."
"Iya, slogan klasik lo selalu itu-itu terus."
Sedangkan Igo mengejar langkah Manda, seragamnya itu penting. Sebentar lagi jam pelajaran bu Ghina, bisa-bisa diberi ceramah lembut manis.
🌸🌸🌸
"Kamu pakai jaketku aja yah, seragam kamu bau bakso nih." Gino bercanda, ia melepas jaket jutnalistiknya dan memakaikan di pundak Manda.
Manda sempat bingung ketika cowok yang menolongnya dikantin tadi mengambil kembali seragamnya. "Sorry yah, sebentar lagi aku ada jamnya bu Ghina. Bisa diajak ngobrol santai nanti." ucapnya berbalik kata yang ada dimarahi dan diberikan hukuman.
"Makasih no, sana balik. Nanti telat masuk kelasnya. Tapi sekarang gak bau bakso, parfum kamu nih seger."
Gino mengacak rambut Manda. "Iya dong, tapi itu buat kamu kangen kan?"
Perlakuan manis yang dilihat Igo yang tak jauh dari mereka pun menatap maklum, ia kalah cepat dengan Gino. Ya jelas, cowok ketua jurnalistik itu selalu memakai jaket berlabel elang di sebelah kanan. Hanya sekedar tunjuk kalau ia ketua, masuk jurnalistik pun tak sembarangan. Harus bisa mencari topik kekinian agar menarik ditempel ditempat mading dan kata-katanya harus logis dan tidak menjiplak dari internet.
🌸🌸🌸
Desir angin yang dingin membuat Bintang yang kini pulang ke rumahnya pun merasa takut, ia tak ingin merepotkan Angkasa lagi. Cowok itu masih sibuk bekerja di kafe demi kebutuhan sekolahnya dan juga Lala. Lampu jalanan yang temaram pun semakin menambah rasa takut dalam diri Bintang. Ia berdoa dalam hati agar cepat sampai ke rumahnya dengan selamat, jalanan ini tampak sepi. Kendaraan pun jarang yang melintas.
'Duh, kapan sih sampainya? Mana gak ada angkot atau ojek. Pesan Go-Jek? Ponsel mati.'batin Bintang cemas.
Seseorang dari jarak satu meter dibelakangnya pun melangkah pelan-pelan, ia mengikuti Bintang.
Merasa ada makhluk hidup berjalan dibakangnya Bintang menoleh. Tak ada siapapun, lebih horor ke kuburan malam jum'at kliwon kalau ini. 'Itu siapa ya? Ah, kok hari ini apes banget sih? Ponsel mati, terus minta tolong siapa dong biar selamat sentosa pulang ke rumah?' Bintang juga tak sabar bertemu dengan ibunya yang baru saja pulang tadi sore, pasti ada oleh-olehnya.
Sreek..
Suara injakan daun yang gugur pun membuat cowok berjaket hitam itu menggeram kesal. 'Gara-gara tempat gelap-gelapan, jangan noleh ke belakang Bintang. Gue mau anterin lo pulang sih, tapi Angkasa cuman bilang awasin aja.' keluh Pandu yang juga sama takutnya dengan tempat penerangan minim cahaya ini.
Bintang menoleh ke belakang lagi, ia segera berlari sejauh mungkin. 'Apa itu kucing? Ya Tuhan, pulangkanlah ke rumah dengan sehat selamat.'
Pandu mengejar langkah Bintang, cewek ini larinya gesit sekali seperti Binatang yang terlepas dari kandangnya.
Tapi langkah Pandu terhenti ketika dua pria berbadan besar itu menyapa Bintang. Di tempat gelap ini apa ada penjahat? Anggaplah Pandu pengecut, tapi dilihat dari geraknya dua pria itu terlihat ramah. Pandu mendengarkan baik-baik percakapan mereka.
🌸🌸🌸