"Kok Angkasa gak masuk yah?" tanya Virgo heran pada Tika sebagai seketaris yang mencatat daftar hadir. Tika menggeleng, bahkan ia tak melihat Angkasa sejak tadi.
"Iya, biasanya dia duluan sampai disekolah." Pandu ikut menimpali, kursinya pun masih kosong. Selama dua jam hanya suara berisik musik dangdut menggema. Jamkos memang kebebasan bagi semuanya, asalkan tidak keluar kelas jika tak penting.
"Gue disini," suara Angkasa membuat seisi kelas bungkam, musik dangdutnya pun dimatikan.
Virgo dan Pandu terperangah melihat penampilan Angkasa.
"Wah, sekarang lo berubah yah. Jadi siapa nih yang bakalan ganti siswa teladannya?" sindir Virgo tak suka. Bahkan ia mencium aroma rokok ketika Angkasa duduk didepannya, Fino yang sebangku dengan Angkasa pun tak masalah asalkan tak mengusik aktifitas baca bukunya.
"Sa, kalau lo berubah gini kita merasa kehilangan Angkasa yang dulu. Apa sih yang membuat lo jadi begini sa?" Pandu tak akan membenci perubahan Angkasa yang jauh berbeda, tapi setelah liburan kenaikan kelas itu setidaknya ia tau apa alasan tersendiri dari Angkasa.
Yang ditanya malah diam dan memasang earphone, pertanyaan Pandu terlalu mengusik privasinya.
"Kalau lo berubah gini, gue gak mau lagi temenan sama lo sa." Virgo mentolelir, melanggar peraturan itu harus dihentikan mengenai sekarang sudah kelas 12 dan harus menaati tata tertib sekolah. Sedangkan Pandu berada di pihak netral, Virgo juga benar. Tapi bukan harus menjauhi Angkasa karena sikapnya, mengetahui yang sebenarnya dahulu sebelum Angkasa malah menjadi remaja yang terjerumus.
"Tenang aja sa, masih ada fue yang bisa menjadi sahabat lo kok." ucapan Pandu tak terdengar oleh Angkasa, cowok itu memejamkan matanya. Menikmati alunan musik sedihnya.
🌸🌸🌸
"Eh, Angkasa kok jadi badboy ala-ala novel gitu yah?" Bela malah bercanda, ia menatap intens Angkasa yang duduk di pojok kantin dengan geng barunya. Bintang juga penasaran, tapi pasti ada hal yang ditutupi rapat-rapat oleh Angkasa. "Biarkan saja, kalau makan jangan ngobrol. Lo gak mau kan perut kosong disaat pelajaran bu Ghina?" jengah Bintang, Bela terus-terusan membicarakan Angkasa sampai mi ayamnya yang masih panas tak lagi berasap.
Bela mengangguk antusias. "Gue sampai lupa sama makanan sendiri, Angkasa sih gantengnya berlipat-lipat nambah kalau badboy ala-ala novel gitu." puji Bela lagi sebelum makan.
Bintang menunjukkan siomaynya yang habis. "Gue mau ke kelas." sudah terlalu bosan dengan bahasan Angkasa. Lebih baik melanjutkan membaca buku kalkulusnya untuk persiapan ke universitas favoritnya, Harvard.
Bela berlari ke stan penjual mi ayam lagi, meminta dibungkuskan mi di mangkonya. "Bu, tolong dibungkus aja yah. Bintang ninggalin saya nih, kan gak enak makan tanpa teman ngobrol. Terus kalau ini dibuang kan mubazir." cerocos Bela pada bu Darsih yang kini sabar menghadapi ocehan Bela. "Ini nak, langsung dimakan yah. Takutnya mi ayamnya gak enak kalau dibiarin. Rasanya gak berasa dong, hambar mbak." bu Darsih menyodorkan kresek putih yang sudah dibungkus rapi.
"Terima kasih bu, maaf ya merepotkan." Bela mengejar langkah Bintang yang kini sudah jauh, beruntungnya satu kelas dengan Bintang. Rolling kelas setiap satu tahun menuju ajaran baru sudah biasa, dan itu tergantung nilai rapotnya.
"Bu...set. Kaki lo ada rodanya atau api sih yang bisa melesat kayak roket?" Bela berhasil menyamai langkah lebar Bintang.
Merasa tersinggung, bu? Memang dia sudah kepala berapa?
"Ibu-ibu, masih muda nih. Gak liat kalau muka masih mulus dan gemesin?" ucap Bintang sedikit sewot.
"Salah ucapan, gue kan lagi lari efek ngos-ngosan. Ya, ucapan gue ke potong-potong."
"Mau nyembelih lo?" Bintang malah membelokkan topik. Bela yang cerewet, Bintang yang kurang nyambung, bahasnya apa ujung-ujungnya nyeleneh.
"Diem aja deh kalau lo gak pernah nyambung sama obrolan." Bela marah dan berlari kecil meninggalkan Bintang yang kini memasang wajah bingung dan polosnya.
"Lah? Kok jadi marah dan menyalahkan gue?"
🌸🌸🌸
"Wah-wah, Angkasa. Kenapa lo gak kayak dulu? Ada apa nih kok sekarang berubah badboy?" tanya Rayhan, Angkasa sendiri yang datang dan bergabung dengannya. Padahal kelas 11 dahulu Angkasa tak akan pernah berbaur dengan ank-anak nakal. Rayhan, Bayu dan Nyong pun heran.
"Iya, kalau saran gue sih nakal boleh-boleh saja. Tapi jangan melebihi batas wajar." saran Nyong sok bijak. Angkasa pun bisa menyesuaikan diri dengan Rayhan, terutama Nyong sebagai penasehat.
"Biasanya kan sama Bintang atau gak ya anak geng Elang." ucap Bayu yang sedari tadi diam dengan ponsel yang menampilkan game strategi perang.
Angkasa sudah diperkenalkan dengan keunggulan Rayhan dan kedua temannya. Rayhan yang sebagai ketua geng berguna untuk tawuran jika ada yang berani menantangnya seharusnya harus memikirkan dua kali sebelum cedera parah menimpa. Bayu dengan keunggupan melacak lokasi musuh melalui nomor ponsel. Nyong penasehat tapi tau taktik musuh. Angkasa pernah mendengarkan geng Cakrawala ini berbahaya seperti Virgo yang pernah memperingatinya sejak awal mereka menjalin persahabatan. Geng Rajawali tetap berjalan meskipun Farhan dan yang lainnya sudah lulus, tapi adik kelas tetap menjadi penerusnya yang sudah diseleksi ketat oleh Rajawali. Berbeda dengan geng Cakrawala yang menampung anak-anak nakal yang sudah bosan berpenampilan patuh pada tata tertib sekolah dan akhirnya jengah dan lebih memilih kebebasan seperti bolos, balapan liar, tawuran, atau pergi ke klub untuk menikmati euforia malam. Tapi Angkasa hanya ingin nakal sewajarnya saja, ia tak ingin ada lagi seseorang yang iri dengan prestasi dan gelar yang menyandangnya sebagai siswa teladan dan akan berakhir jika ia menuruti perintah geng Cakrawala ini, geng barunya.
🌸🌸🌸