Pandu menatap heran wajah Angkasa yang kini begitu sedih. Ia menepuk bahu cowok itu. "Kenapa? Cerita saja, jangan dipendam sendiri." ucap Pandu menenangkan, tapi Angkasa menatapnya sekilas lalu menunduk lagi. Sangat berat apabila harus menjauhi geng Elang.
Virgo yang baru datang pun tak mencampuri Pandu, sudah jelas tak bertegur sapa dan berubah masih saja di kancahยน.
Tak digubris, Pandu mulai mengobrol dengan Virgo, jangan dicuekin terlalu lama kalau dia masih cemburu. "Gimana acara sepak bola yang lo tonton kemarin malam?"
Virgo mengangguk. "Baik, 42 bro. Lo sih diajak begadang malah sibuk ngerjain tugas, tenang saja Ndu, gue contekin kok." goda Virgo, tak seperti biasanya Pandu mau diajak kumpul dirumahnya, terutama menonton sepak bola. Pandu juga terlalu sibuk dengan toko rotinya, membantu ibunya membuat adonan kue dan mengantarkan pesanannya.
"Kapan-kapan saja, gak asik kalau nontonnya cuma kita berdua." sindir Pandu dan menoleh pada Angkasa. Virgo yang mengerti pun mulai membuka buku kalkulusnya demi mengalihkan rasa kesalnya pada Angkasa.
๐ธ๐ธ๐ธ
"Pedes banget ssshh...bukannya harga cabe sekarang mahal?" Pandu berusaha menahan rasa pedasnya. Stan bakso yang katanya penjual baru dan langsung diserbu para pembeli, sangat membakar lidah rasa pedasnya.
Angkasa yang melihat meja Virgo yang tak jauh darinya pun ramai akan kasak-kusuk pedasnya sambal 'kesetanan'. Ada alasan tersendiri baginya menghindari geng Elang. Ia juga rindu dengan guyonan Virgo dan Rangga. Sekali saja Angkasa teramat ingin berada dimeja itu, namun angan itu tidak akan nyata.
"Gimana? Lo terima permintaan gue?" tanya Farhan menyeringai. Lala yang tubuhnya gemetar didekapan Farhan pun ketakutan. Lala tak beranj menatap Farhan yang penampilannya seperti preman, telinga bertindik dan tangan bertato.
Suasana gelapnya malam membuat hembusan angin yang dingin semakin menambah aura menyeramkan bagi Angkasa, ia khawatir Lala disakiti Farhan.
"Baiklah, lepaskan Lala dan jangan menyakitinya lagi." peringat Angkasa. Farhan menurunkan Lala dari dekapannya, balita berusia 4 tahun itu menghamburkan pelukannya pada Angkasa.
"Kakak.." Lala menangis sesenggukan, Angkasa tidak punya pilihan lagi selain menuruti permintaan Farhan untuk menjauhi geng Elang. Jika ia menolaknya, maka nyawa Lala akan terancam. Ia kira Farhan sudah tak mengusik kehidupannya, namun setelah mendapati Lala yang menangis dan meminta tolong Angkasa marah, ia urungkan mengajak Lala ke tempat pasar malam. Angkasa juga cemas ketika Lala lepas dari gandengannya, kemudian Lala menangis dibrlakangnya, Angkasa mengingat betul ketika Lala sudah berada di dekapan Farhan. Seceria apapun, pasti menyimpan rasa kesedihan yang terselubung, pandai menutupi, tak teringin ada yang bersimpati.
'Maafin gue, nanti kalian akan faham mengapa menjauh tiba-tiba itu lebih baik meskipun tak perlu mengutarakan alasannya terlebih dahulu.' batin Angkasa sedih, geng Cakrawala sungguh berbeda baginya, lebih mengutamakan harga diri dan tawuran. Sedangkan geng Elang lebih mengutamakan logika jika ingin melakukan sesuatu daripada menuruti ego.
๐ธ๐ธ๐ธ
Pembagian kelompok untuk tugas presentasi bahasa Inggris tentang If You Visit yang sudah dibagikan oleh bu Raisa entah ini takdir atau keterpaksaan mau tak mau Virgo satu kelompok dengan Angkasa. Pandu sudah dengan Tristan.
'Kenapa harus acak sih?!'geram Virgo, ia menatap Angkasa yang tampak tenang.
"Ini adalah penilaian presentasi yang benar untuk kalian kuliah nantinya, agar lebih bisa menguasainya. Terdiri dari gestur, penguasaan materi, kejelasan suara, dan interaksinya dengan audiens. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan kelompok yang sudah dibagikan, minggu depan harus selesai. Tak ada alasan apapun atau nilai harian kalian kosong. Diharapkan penguasaan bahasa Inggrisnya juga."
Seluruhnya mengeluh, bersorak gembira, dan ada yang mengabaikan. Baru saja liburan, saat masuk sudah ada perlahan-lahan tumpukan pekerjaan.
'Gak mungkin juga lo ke warnet go. Jaraknya saja jauh dari rumah lo, terpaksa harus berkomunikasi dengan Angkasa sampai tugas ini selesai di presentasikan.' batin Pandu. Hanya Angkasa yang punya laptop, padahal dua sahabatnya ini sama-sama mendapatkan kesempurnaan, Angkasa yang pandai dalam pembuatan slide yang menarik, Virgo yang menguasai setiap materi.
"Lo yang bagian penyaji yah, gue moderatornya."
"Gak bisa, lo ikutan juga. Ini penilaian loh."
"Kenapa harus penguasaan bahasa Inggrisnya sih? Kan lidah gue sering terpeleset tuh mengucapkannya."
"Pada heboh semua, tugas ini kan masih minggu depan."
Perdebatan beberapa cewek-cewek perumpi itu terus berlanjut, Angkasa yang merasa terganggu dengan keramaian pun memilih tidur. Ia lelah menghadapi semua, terutama Virgo yang kini satu kelompok dengannya. Ia tau cowok itu benar-benar tak setuju jika bersama dirinya. Walaupun bukan Pandu, setidaknya Angkasa bisa memperbaiki hubungan persahabatan ini yang mulai merenggang.
๐ธ๐ธ๐ธ