Chereads / Diary Of Riana / Chapter 6 - Keretakan

Chapter 6 - Keretakan

***

disaat perasaan sudah semakin rumit. dimana satu pihak merasa menderita dan terus disiksa secara batin dan fisik. saat dimana perasaannya semakin campur aduk. saat itulah seseorang menjadi retak. pandangannya semakin berubah dan rasanya akan semakin menyakitkan saat melihat perasaan itu muncul didepannya tanpa sekalipun sadar akan perasaannya. Begitupun dengan Riana. gadis biasa yang selalu mengalami hal itu selama dua tahun penuh. yang ia telan bulat bulat. ia rasakan seorang diri ketika ia berada disamping perasaan itu. mencoba menerima semua itu. tapi tidak bisa. pertahanannya semakin hancur. hatinya maupun jiwanya terasa hancur berkeping-keping. menyisakan rasa sakit yang terus berbekas. 💔 .

***

Dan Riana benar benar tidak tahan lagi. Oh.. pencipta, bisakah kau cabut jiwaku agar aku tidak harus mengalami semua ini..?. berbagai cara sudah dilakukan Riana agar perasaan ini hilang. agar ia bisa menerima semua ini seolah semuanya baik baik saja. tapi rasanya semakin sakit saat itu terus menerus berlangsung. dan Riana hanyalah seorang gadis remaja bisa yang terus menerus menampung hal itu. tersenyum namun jiwanya semakin terkikis. dan perasannya perlahan menjadi hampa seiring berjalannya waktu.

***

Riana menatap tidak percaya ke arah depan. badannya terasa kaku begitu saja. jantungnya semakin berdebar dengan begitu kencang. perasaan itu semakin bermekaran seperti bunga sakura. Haru memanggilnya. kenapa?. rasanya Riana seperti berbunga bunga. ini pertama kalinya haru memanggilnya. apa ia tau akan perasaan nya?. apa Riana bisa berharap sedikit saja..?. Haru perlahan membuka mulutnya. menarik sesuatu dari balik punggungnya. apa akhirnya haru menyadari dirinya?. ia akhirnya bisa dekat dengan haru...??.

***

'Deg'

***

semuanya hancur begitu saja. haru tersenyum canggung dan mengaruk bagian belakang kepalanya ragu. "Ini untuk Nana, kau tau kan aku sangat menyukainya?. kau kan sahabat dekatnya. bisa kau berikan padanya?". ya ia mengatakan hal itu dengan begitu mudah. meruntuhkan segala-galanya tentang Riana. perasaan, harapannya lenyap sudah tidak bersisa. Riana terdiam. senyumannya luntur sudah. dan kedua matanya menatap kosong ke arah hadiah berbungkus warna pink kesukaannya Nana tersebut.

Haru memajukan wajahnya saat melihat Riana hanya diam saja. "Hei?". Riana langsung tersentak saat tau wajah haru yang sangat tampan ada di depannya. pipinya terasa memerah panas. Haru memiringkan kepalanya bingung saat melihat Riana malah semakin terdiam. dan salah tingkah. kedua jari jemarinya perlahan meremas ujung bajunya. Haru meraih tangan Riana dan membuatnya merasa dirinya seperti melayang.

"Kau tidak apa apa Riana?" tanyanya. ini untuk pertama kalinya haru memanggil namanya. rasanya sangat bahagia. Riana mengeleng ,mendadak ia menjadi kaku saat hendak menjawab.

"Tidak...apa..apa kok" serunya gagap. sambil terus menunduk. Haru...., seseorang yang ia harapkan untuk dekat dengannya kini ada di depannya.

"Kalau begitu bisakah kau memberikan ini pada Nana?. please?" serunya lagi. Riana kembali menahan pil pahit untuk kesekian kalinya. benar. ia tidak harus berharap. perasaan itu hancur seketika. perasaan berbunga yang pertama kali ia rasakan. Riana hanya memasang senyum palsu untuk kesekian kalinya dan menjawab dengan segala kepahitan di dalamnya. yang tidak diketahui oleh siapapun selain Riana sendiri.

"Tentu saja"

***

Rasanya sakit. Riana menatap penuh kesakitan pada kado itu. ini di berikan oleh haru untuk Nana. melalui dirinya. padahal selama ini ia hanya bisa melihat dari jauh. Hanya bisa melihat tanpa bisa terlibat didalamnya. dan kini ia dipakai sebagai perantara hubungan antar mereka. Haru.. tidak bisakah kau melihat diriku?. hanya Nana, dan Nana saja. Padahal Riana selalu disana. di sebelah Nana. tapi... tidak pernah sekalipun haru memperhatikan-ku. memperhatikan Riana. Nana yang selalu mendapatkan semuanya.

***

Riana menyerahkan hadiah itu pada Nana setelah bertemu. Nana meraih hadiah itu dan memeriksanya dengan bingung. kemudian tak lama ia memasang senyuman lebar lagi. "Ini dari Riana untukku?" katanya ringan sembari memiringkan kepalanya dengan manis. Nana yang tidak tau apapun. Riana menelan pil pahit yang entah sudah berapa kali ia rasakan.

"Bukan, itu dari haru" seru Riana memasang sebuah senyuman. kata kata itu dia ucapkan dengan segala kepahitan yang ia rasakan. Ia yang digunakkan begitu saja oleh haru. dan dirinya yang begitu bodoh masih saja berharap dalam hati yang paling dalam kalau haru akan memperhatikannya. itu hal yang tidak mungkin. seberapa keras ia berusaha menghilangkan perasaan ini. ia sama sekali tidak bisa. rasanya seperti ada sebuah tali yang mengikat dirinya membuatnya merasa kesakitan dalam perasaan perasaan itu.

"Cih, kukira dari Riana" gumam Nana. lalu ia dengan mudahnya menyimpan hadiah itu tanpa reaksi apapun. Riana terpaku, diam. aneh. membuat Riana membuka matanya perlahan. menatap dengan tatapan kosong penuh tanda tanya pada Nana. Reaksi Nana hanya seperti itu. padahal ia mendapatkan hadiah dari seorang cowok. Dari dirinya?. memangnya apa yang bisa ia harapkan darinya?. Tidak senang kah ia menerima hadiah dari haru..?. padahal selama ini Riana hanya bisa melihat dari jauh. ia sama sekali tidak pernah di perhatikan oleh haru. Hei, kenapa?. itu dari haru loh. hanya dirimu saja Nana yang selalu di perhatikan olehnya. kau bersinar dengan begitu terang membuat Riana merasa... tersingkirkan.

kenapa?. kenapa?. Riana menatap dengan kedua manik matanya yang perlahan semakin datar. perasaan yang sudah semakin terkikis. Tak lama Nana kemudian tertawa lepas saat membuka hadiah itu. Ia meraih sebuah sapu tangan manis dari sana. Ekspresi Nana yang selalu tampak bahagia. padahal ia sedang kesakitan. Nana.., Nana.., kenapa kau selalu seperti itu?. Kenapa kenapa hanya selalu Nana?. Kenapa Nana bisa selalu tersenyum tanpa dosa seperti itu?. Tanpa beban sama sekali. padahal dirinya yang sudah menahan semuanya. tapi dia tidak pernah mendapatkan apapun. Tidak sekalipun. dia yang harus terus-menerus tersenyum palsu seperti ini. Nana selalu mengejeknya dengan sebutan Riana adalah segalanya. Padahal ia sudah mendapatkan segalanya. lebih daripada Riana. ia sudah mendapatkannya. dan Riana hanyalah pendamping.

***

Lihatlah bahkan sekarang Nana tersenyum disana saat melihat hadiah itu tepat di depan mata Riana. tertawa dengan begitu lepas. di depan kesakitan Riana yang harus ia rasakan setiap hari. retak. hatinya sakit. jiwanya sakit.

***

Hanya selalu Nana yang mendapatkan nya. segalanya. segalanya. Sedangkan dirinya tidak pernah mendapatkan apapun. Perhatian haru. kecantikan Nana. dan senyumannya itu. Hanya ia yang merasa kesakitan. ia yang harus menahan segalanya. Nana tidak pernah menderita sekalipun. Padahal dirinya yang selalu memperhatikan haru. ia sudah berusaha sekuat tenaga. tapi Nana sama sekali tidak tau. Hanya selalu Nana saja. Sedangkan dirinya?. dia tidak mendapatkan apapun. hanya perasaan sakit dan Nana yang selalu bersenang-senang dalam kesenangan. kedua mata Riana kini menatap kosong ke arah Nana. tidak ada lagi perasaan apapun. hanya ada sebuah kekosongan. dan Riana kehilangan perasaannya.

***

Kenapa dia yang harus menanggung semuanya?. kenapa hanya dia?.

***

Nana harus merasakannya juga.

***