Chereads / Diary Of Riana / Chapter 5 - Perasaan

Chapter 5 - Perasaan

***

Semuanya sama saja. hingga sebuah kejadian yang mengubah semuanya. itu adalah saat beberapa hari setelah awal kami berdua masuk ke dalam sekolah. disinilah aku, Riana yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang yang ada di depannya itu. yang kini sedang ikut mengumpulkan buku dan tersenyum pada orang di depannya itu. sayangnya itu bukan aku. aku hanya berdiri di sebelah nya.

Dan Nana yang ada disitu. Nana tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya saat ia hendak mengantarkan buku bersama Riana. dan seseorang itu menabrak nya seperti sebuah takdir. Nana hanya terkekeh saat ia menyadari kalau ia menabrak seseorang. orang itu meminta maaf dan ikut mengumpulkan buku itu. Riana , hanya diam di sana. tepat di sebelahnya berdiri. sosok yang begitu tampan dan menawan. yang terasa mendebarkan jantungnya begitu saja. Riana diam, ia menahan perasaan aneh itu. Orang itu tidak lama berdiri dan menyerahkan buku itu pada Nana.

"Maaf ya, kau tidak apa apa?" tanya orang itu dengan khawatir.

"Tidak apa apa kok!, gak masalah!". Riana terdiam saat melihat orang itu tampak tersipu. terpesona dengan Nana yang tersenyum polos di depannya itu. Nana meraih tangan kiri Riana seraya tersenyum lebar dan berjalan menjauhi nya seperti orang biasa. Riana hanya diam. hingga orang itu memanggil nama seseorang dan itu bukanlah dia.

"Hei Namamu siapa?" tanyanya dari belakang menghentikan langkah Nana untuk sejenak. ia masih berjalan bersama Riana. dan memiringkan kepalanya ke belakang, tersenyum lebar seperti biasanya menatap sosok itu. senyuman yang selalu diperlihatkan Nana kepada siapapun. Riana hanya diam disana. melihat ke arah depan, tanpa mengatakan apapun.

"Namaku Nana!" katanya riang dan pergi dari sana. Riana perlahan melirik ke arah belakang. melihat mata orang itu yang melihat ke arah sahabatnya itu. dengan kedua manik mata memikat itu, dan sebuah rona merah. perasaan Riana hancur seketika. sebelum dimulai. dan sebelum bermekaran. dan ia tau. kalau ia memang tidak pantas dari awal. Riana hanya diam. kembali melihat ke arah depan, dan ke arah Nana yang hanya tersenyum. seolah kejadian tadi bukanlah sesuatu yang berharga.

Senyuman Nana. dan raut cantik itu. tanpa sadar selalu bisa memikat semua orang. Riana hanya diam. ia berusaha keras menghentikan debaran aneh itu. cinta pada pandangan pertama pada seseorang yang bukan di takdir kan untuk nya. dan ia bukanlah karakter utama dalam kisah ini. ia hanyalah karakter figuran. ia hanyalah orang yang biasa biasa saja. Riana melihat ke arah samping. karena di-kisah ini Nana adalah karakter utamanya. Nana, sahabatnya sendiri yang begitu cantik. begitu memikat. jauh dari dirinya. ia yang selalu menyaksikan kisah ini. dan Riana yang harus menahan semua ini.

***

Dalam diam.

***

Perasaan itu harus Riana simpan dalam dalam agar tidak ada satupun yang tau. Tidak Nana maupun Haru, semua itu hanya diketahui oleh Riana sendiri dan Riana yang harus menanggung rasa sakit dari semua itu. Rasa sakit setiap haru mendekati Nana dan Nana yang dengan polosnya selalu mendahulukan Riana yang tanpa sadar selalu membuat Riana menjadi sangat sakit.

Seperti saat ini. Riana hanya diam saat membiarkan Nana berbicara dengan haru di perpustakaan yang seharusnya menjadi tempat mereka membaca seperti biasanya. Riana suka membaca novel di perpustakaan dan Nana selalu menemaninya. Tapi sekarang, Riana menatap dari balik tempat duduknya itu. hanya bisa melirik di tempat duduknya disaat ia membaca novel itu. rasanya seluruh isi novel terasa tidak terbaca. sakit. rasanya sangat sakit, tergantikan semua dengan pemandangan dimana sahabatnya sendiri bersama orang yang dia cintai sebelah tangan.

Mereka tertawa. dibalik penderitaan Riana tanpa tau kalau Riana merasa sangat sakit setiap Nana berbicara dengan haru dengan polosnya. Riana meremas kedua sisi buku yang sedang ia baca. Isinya campur aduk, ia tidak bisa mengerti apapun. novel yang biasanya selalu ia dalami kini terasa seperti lembaran kertas pelajaran. ia merasa susah bernafas disini. hatinya terasa pecah berkeping-keping.

***

Berdenyut.

***

***Srek***, Riana berdiri dari tempat duduknya. perlahan mendekati Nana yang sedang asyik berbicara dengan haru. ia tidak bisa disini lagi. ia hanya akan membuat dirinya merasa tersiksa secara perlahan. ia tidak tahan. Riana menyembunyikan semuanya seperti biasa. menelan semua kesakitan. dan kembali memasang sebuah senyum palsu yang menandakan semuanya baik baik saja. menatap ke arah Nana dan sosok yang tidak pernah ia ucapkan sekalipun tentang perasaannya itu.

"Nana, maaf. aku lapar. aku makan dulu di kantin ya?" seru Riana dengan pelan. tangannya meremas kasar kedua sisi seragamnya. rasanya sakit. Sesak. ia tidak suka hal seperti ini. sakit saat melihat kedua orang yang disayanginya itu berbicara bersama seolah tidak mengetahui apapun tentang dirinya.

"Eh masa?, okelah" seru Nana tampak sedikit merasa bersalah. Riana berbalik dari sana hendak pergi. tapi sebuah suara terdengar lagi menyahut dan Nana datang dengan rangkulan hangat dan menyelipkan kepalanya di antara ceruk leher Riana seraya memasang sebuah senyum lebar menawan. Riana terpaku disana. wajahnya perlahan menjadi men-yendu. menatap ke arah Nana yang berwajah seperti biasa.

"Aku ikut ya Riana. maaf haru. lain kali lagi ya. soalnya. Riana yang paling penting-!" seru Nana bahagia. kemudian ia meraih tangan Riana untuk pergi dari sana. Riana hanya diam. kedua matanya yang sempat men-yendu kini perlahan menjadi kosong. Riana menjadi rapuh. ia memang sudah rapuh sejak awal. ketika ia merasa kalau dirinya hanya biasa biasa saja. sejak ia merasa kalau dirinya tidaklah spesial dan sejak ia merasa kalau untuk kedua kalinya cinta pertamanya ditarik oleh Nana.

"Nana...apa kau tidak masalah meninggalkan haru disana...?" Riana perlahan berbicara. ia menatap kosong ke arah depan. rasanya sakit. bibirnya terasa sangat kelu dan lidahnya terasa berat saat mengatakan hal itu.

"Tidak kok!, lagipula haru hanyalah teman biasa-ku-" Riana membulatkan kedua matanya dan perlahan menunduk lagi melirik pelan ke arah Nana yang hanya tersenyum. tidak mengetahui apapun. Nana yang masih saja terus tersenyum dan padahal tadi Riana sudah pergi untuk memberikan tempat kepada Nana dan haru. padahal ia sudah merelakan perasaannya untuk Nana. dan Nana melewatkan itu begitu saja untuk sebuah alasan biasa.

Nana menoleh ke arah Riana yang sudah campur aduk tanpa di ketahuinya itu. "-Lagipula Riana adalah sahabat ku kan. aku lebih suka bersama Riana!" katanya di hiasi dengan sebuah senyum hangat. sakit. rasanya semakin sakit. Riana menunduk. menghindari tatapan Nana yang serasa menusuknya dalam dalam. Alasan itu lagi, dia sama sekali tidak senang saat Nana mengatakan itu. itu seperti dia sedang mengejek perasaan yang dia rasakan selama ini. perasaan cinta yang pertama kali ia rasakan ini. hanya Karena alasan dirinya ia mengabaikan haru. padahal .., padahal Riana juga ingin dekat dengan haru. tapi itu sama sekali tidak mungkin. karena dia bukanlah...tokoh utama.

***

Perasaannya hanya bisa ia rasakan dalam dalam. dalam kejauhan. ia pendam dalam dalam. tidak akan ia biarkan siapapun tau. karena...ia tidak mau ada yang tau kalau ia terluka karena orang yang disukainya menyukai sahabatnya sendiri. ia tidak punya kesempatan...dan .... perasaan ini terus semakin menyakitinya dalam dan dalam. membuat ia merasa campur aduk dalam kedua pilihan sulit. hatinya sakit, perlahan kehilangan perasaan dan seperti ada dua buah bayangan pilihan di depannya menunggu untuk dilakukan. pilihan antara dia memilih sahabatnya sendiri, sahabat satu satunya dan pilihan dimana ia memilih cinta pertama yang bertepuk sebelah-tangan.

***