Hari ini hari sabtu, walaupun hari sabtu sekolah libur karena penerapan full day school yang berlangsung beberapa tahun lalu. Zach berada di sekolah dia hendak latihan paskibra bersama para anggota paskib yang lain.
Kini mereka sedang berkumpul di lapangan ada yang duduk-duduk di tengah lapangan ada yang saling bercanda berlari-larian mengelilingi lapangan. Karena memang belum dimulai latihannya. Sementara Zach masih duduk-duduk bersama ketiga temannya Darren, Fajri dan Rama. Mereka tampak membicarakan sesuatu.
"Kok Lo jarang banget absen latihan paskib sih Zach" Tanya Fajri pada Zach yang sibuk dengan ponsel miliknya.
"absen juga buat apa" jawab Zach.
"Pertanyaan Lo aneh ya, ya jelas lah dia gak pernah absen. Dia komandannya" Sahut Rama gemas dengan Fajri. Padahal Rama ini anaknya termasuk pendiam dia jarang bicara sekalinya bicaranya pedas.
Darren terkekeh mendengar perdebatan kedua temannya itu. Sedangkan Zach tidak terlalu menggubrisnya.
Zach memang selalu komitmen dengan yang namanya paskib. Karena tanggu jawab dirinya sebagai ketua Paskib. Jika komandannya saja tidak taat gimana anggotanya. Itulah yang selalu menjadi prinsip Zach. Sebagai ketua banyak tanggung jawab yang harus dia emban, dari yang namanya menciptakan variasi formasi yang harus ia ganti setiap ada acara atau apa. Apalagi sekarang dia harus benar-benar mengamati junior-juniornya yang mana yang benar-benar mampu menggantikannya kelak. Karena sebentar lagi dia kelas tiga sehingga tidak mungkin dirinya untuk fokus lagi ke paskib. Makanya mencari penerus untuk menggantikan dirinya memimpin Paskib dan yang bisa membawa nama baik sekolah.
Darren yang melihat Zach hanya diam saja, menepuk lengan laki-laki itu.
"Kenapa Lo diam aja? " Tanya Darren.
"Nggak pa-pa" jawab Zach singkat sambil memasukkan ponselnya kedalam celana.
"Komandan, mau latihan kapan kita" ujar Salah satu anggota paskib Zach.
"Sebentar lagi" jawab Zach.
Setelah mengatakan itu Zach berjalan masuk kedalam ruangannya entah kenapa dia malah masuk kesitu. Padahal para anggotanya sudah menunggu untuk latihan, mereka berfikir berharap latihan cepat dilaksanakan dan cepat selesai sebelum matahari belum panas-panasnya.
"Yaelah, dia malah masuk ke kandangnya" celetuk Fajri.
"Udahlah, biarin aja. Kok Lo yang sewot. " Darren bersungut sendiri melihat Fajri yang sedari tadi mengomel.
Setelah beberapa menit Zach akhirnya keluar dari ruangannya. Dia segera menuju kelapangan.
"Berkumpul!! " Teriak Zach dari bawah tiang bendera.
Semuanya yang tadi pada sibuk dengan kegiatanya sendiri-sendiri segera berlarian mendekat kearah Zach dan berbaris berurutan seperti pengaturan yang di terapkan sudah-sudah .
"Sebelum gue mulai untuk latihan, mari kita berdoa semoga latihan kita berjalan lancar. Dan gue mau nyampain ke kalian, terutama yang masih junior berlatihlah yang sungguh-sungguh agar kalian bisa menjadi kandidat pengganti gue saat gue udah gak jabat sebagai komandan Paskib. Mengerti!! " Suara Zach begitu lantang ia ucapkan dengan tegas dihadapan anggotanya.
"Baris yang bener" teriak Zach ke salah satu Juniornya disitu.
Ya sekarang yang khusus latian hanya juniornya saja. Sementara yang senior sudah Zach suruh untuk pulang. Karena latihan kali ini ia khusus kan untuk para Junior yang akan menggantikan senior-senior yang sudah akan naik ke kelas tiga. Kenapa tadi yang senior juga pada masuk untuk latihan karena Zach ingin membicarakan sesuatu dengan mereka semua. Yakni mengenai rapat yang akan di persiakan para Senior menyambut kelulusan senior diatas mereka dulu yang sebentar lagi lulus.
Setelah dikira latihan sudah cukup, Zach menyudahinya. Karena semua sudah kelelahan, entah Zach sedang ada rezeki atau apa dia membelika minuman dan juga makanan kepada anggotanya itu bukan seperti Zach yang mereka tahu yang dulunya begitu tidak perduli. Namun sekarang dia seakan tampak perduli dan memperhatikan temannya. Mereka kini menikmati kebersamaan mereka di tengah-tengah lapangan. Tapi, tidak dengan Zach ia malah pergi ke ruangannya dan keluar membawa tas. Dia hendak pergi duluan begitulah kira-kira yang memenuhi pertanyaan anggota paskib.
°°°°°
Zach pulang kerumah, dia berjalan masuk kerumahnya. Begitu tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini, suasana rumah dirinya tidak seperti biasanya yang sepi kini ramai. Dirumah ada kedua orang tuanya yang tampak menikmati hari mereka, Zach sendiri merasa aneh dengan kedua orang tuanya itu sungguh mereka tidak biasa dirumah seperti saat ini.
"Kamu sudah pulang Zach" Wilona menyambut anaknya dengan lembut. Zach mengangguk serta menarik kuris di meja makan mendudukkan bongkongnya disitu.
Wilona langsung pergi ke dapur membuatkan jus kesukaan putranya, jus mangga Zach memang begitu menyukai minuman itu. Arsen yang tadi berada di Ruang tengah mendekat ke ruang makan duduk didekat putra bungsunya yang saat ini begitu jauh jarak diantara mereka. Akibat begitu sibuknya dirinya mengurus perusahaan sehingga jarang sekali berbicara atau sekedar mengobrol santai. Bukan hanya masalah itu saja yang membuat hubungan dirinya dan putra keduanya begitu jauh, masalah yang membuat nya menyesal yang tersembunyi tak berani tuk mengungkit.
"Bagaiman kamu sudah menemukan seorang yang tepat untuk menggantikanmu? " Arsen yang tadi hanya diam memperhatikan putranya akhirnya ia membuka suaranya juga.
"Masih mencari dan memilih yang tepat" Jawab Zach sambil mengambil roti yang sudah tersiap di meja makan.
"Ini jus kesukaan kamu" Wilona menyuguhkan didepan Zach.
"Makasih Ma" Zach mengambil jus itu dan meminumnya.
Wilona menarik kursinya ikut bergabung bersama anak dan suaminya, sekilas senyum terukir diwajahnya yang masih cantik. Tapi, di lubuk hatinya merasakan sedih tak terlihat, kurang satu orang dalam relung hatinya yaitu sang putra sulung Zayn. Sudah beberapa tahun mereka tidak bersama, rasa ego antara suaminya dan putranya yang membuat seperti ini. Mungkin dirinya dan suaminya lah yang salah kenyataanya bukan hanya Zayn yang menjauh dari mereka tetapi Zach juga mulai menjauh dari mereka. Apa mereka orang tua yang kurang bagi mereka berdua, begitu perih ketika kedua anaknya memiliki renggang hubungan dari mereka.
"Ma.. " Arsen menyadari ada yang aneh dari istrinya yang tampak tengah melamun menatap kursi di sebelah Zach.
"Eh, iya pa. Kenapa? " tanya Wilona akhirnya setelah tersadar dari lamunan dirinya.
Zach menatap Mamanya heran, tentu saja kenapa mamanya itu melamun. Tapi, ia tidak mau ingin lebih tahu, ia memundurkan kursinya memegang gelas jusnya dan bangkit pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih saling menatap.
"Zach mau kemana" Wilona melihat anaknya itu yang akan beranjak pergi. Arsen yang tadi melihat istrinya kini melihat kearah putranya itu yang berdiri kini tengah menatap mereka berdua.
"Ke kamar" balas Zach singkat.
"Ya sudah, Sana istirahat " ujar Arsen
"Jangan lupa mandi dulu ya dek" Suruh Wilona lembut. Ia akan berusaha menjadi ibu yang baik saat ini, ia akan berusahalah memperbaiki hubungan dirinya dan ke dua putranya.
°°°°°
Terpekur dalam kedamaian menyelaraskan fikiran, mencari ketenangan dan kebahagian melalui sunyi yang teriringi hembusan angin menjelang siang. Luna berdiri di balkon rumahnya melihat jalanan yang ramai di siang hari ini, begitu berisik. Walaupun nampak jauh tapi suara kendaraan nan terdengar dekat. Terus memandang ke bawah melihat silauan matahari yang memantul di kolam renang. Berfikir sepertinya segar untuk berenang Dan cuaca begitu mendukung.
Luna segera akan hendak turun ke kolam bawah menuju kolam renang, langkah yang tadi begitu semangat dan menggebu terhenti bunyi ponsel yang terdengar nyaring. Melangkah berat mendekat mengambil ponsel yang tergeletak di nakas meja tepat di samping ranjangnya.
Tertera Nama Manusia Es di situ, alisnya terangkat melihat siapa yang menelpon dirinya. Tidak ada hujan tidak ada kemarau, tiba-tiba Zach menelpon dirinya. Lama Luna diam tidak berniat mengangkat tapi setelah di pikir-pikir tidak etis untuk menolak, akhirnya Luna memutuskan untuk mengangkatnya.
"Halo, Kenapa Zach? " Pertanyaan Luna terjawab oleh nada sunyi yang tak bersuara dari seberang sana.
"Halooo, masih idup atau nggak" merasa kesal dan dipermainkan membuat nada bicara Luna naik.
"Iya.. " jawaban singkat yang langsung membuat Luna mencebik.
"Kalau nggak ada yang penting gue tutup ya" batas kesabaran Luna tertahan.
"Sedang apa" Luna menjauhkan ponselnya melihat nama si pemanggil benar-benar Zach atau bukan mimpi apa anak itu menanyakannya dirinya sedang apa.
"Mau berenang " setelah dirasa memang Zach dia menjawabnya ragu.
"Sudah sembuh? kenapa mau berenang " tanya Zach dingin, terdengar suara anak itu yang seperti tidak mengijinkan Luna untuk berenang.
"Sudah" jawab Luna ragu, ya ragu dia lupa kalau kemarin dia sakit. Eh sekarang ia malah ingin berenang padahal dirinya belum terlalu fit.
"Nggak usah berenang, besok-besok saja" Zach mendengar jawaban tidak yakin dari Luna membuat dirinya merasa sedikit khawatir sehingga tidak mengijinkan Luna. Namun nada bicaranya lembut, tidak seperti biasanya yang seakan bernada perintah yang harus di patuhi.
"Emmhh" Walaupun jawaban Luna hanya deheman saja tapi entah kenapa ia menuruti perintah Zach yang melarangnya untuk tidak berenang.
"Temani ngobrol" ujar Zach dari seberang sana dan seketika membuat Luna terdiam. Sungguh aneh perasaan dirinya hatinya menghangat seketika mendengar perkataan Zach barusan.
"Lo tadi latihan Paskib" tanya Luna, iya Luna memang tahu bahwa anak Paskib hari sedang latihan paskib. Soalnya tadi dia menelpon dari untuk menanyakan keberadaan anak itu, dan dia mengatakan bahwa sedang latihan Paskib. Bukan itu saja Darren juga bilang bahwa Zach bersikap aneh.
"Iya, darimana kamu tahu " jawab Zach, dan entah kenapa panggilanya untuk Luna menjadi kamu biasanya juga dia Lo.
Luna yang sadar ada perubahan terhadap panggilan Zach kepadanya merasa kikuk mendengar itu. Kenapa Zach tiba-tiba saja merubah panggilannya.
"Halo.. " Zach memanggil orang yang bertelepon denganya. Memastikan orang itu masih tersambung atau tidak karena sedari tadi hanya diam tidak menjawab.
"Ah, iya halo" jawab Luna pada akhirnya.
"Tadi Lo tanya apa? " ujar Luna lagi bertanya.
"Kamu tahu darimana kalau aku latihan Paskib? " tanya Zach mengulang pertanyaannya.
"Emm, Gue tahu dari Darren " balas Luna.
"Darren? Kamu sering ngobrol dengan Darren" Nada suara Zach seakan ingin tahu.
"Nggak" Luna merasa risih ditanya seperti itu. Kenapa seakan-akan Luna ingin mengetahuinya.
"Nanti ikut denganku, Aku jemput kamu nanti malem" Zach tidak menunggu jawaban dari Luna terlebih dahulu. Dengan seenaknya dia langsung mematikan ponselnya setelah berbicara seperti tadi.
Luna sendiri terkisap, menatap ponselnya yang sudah tak terhubung panggilan dengan Zach.
"Dasar seenaknya sendiri" geram Luna lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur menatap langit-langit kamar.
°°°
T. B. C