Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 40 - Episode 39

Chapter 40 - Episode 39

"Tarik omongan Lo" Sinis Zach.

"Omongan gue yang mana? " Pandu masih tidak mengerti juga.

Dia menatap Fajri dan Rama bergantian, meminta penjelasan, jujur ia tidak tahu apa yang Zach maksud. Omongan dirinya yang mana.

Zach masih saja menatap Pandu, sementara Pandu semakin tidak mengerti dengan itu.

"Asli, gue gak ngerti kenapa Lo bertiga natap gue kaya gitu? " Pandu benar-benar tidak tahu kenapa teman-temannya memandangnya seperti saat ini.

Zach langsung pergi, entah kemana yang jelas saat ini ia bangkit dari duduknya pergi meninggalkan ketiga temannya.

"WOY ZACH, MAU KEMANA LO" teriak Rama

"ZACH, LO MAU KEKANTIN YA? WAHH PARAH GAK AJAK-AJAK" tambah Fajri.

Pandu hanya tampak bingung, serta tak mengerti dengan Zach. Kenapa dengan temannya yang selama 6 bulan ini tidak ia temui.

"Kenapa sih, anak itu makin aneh aja? " ujar Pandu memperhatikan kepergian Zach.

"Lo pura-pura gak tau atau apasih, kesel deh gue" gemas Fajri.

"Gue serius gak tau, apaan sih memang. Perasaan gue cuman pergi 6 bulan tapi kaya orang ilang aja gue gak tau apa-apa" Pandu frustasi.

"Gue kasih tau ya bahlul, asal Lo tau Luna yang Lo bilang pacaran sama Darren tadi. Itu pacarnya Zach ngerti gak lo lul" jelas Fajri semanis mungkin.

"What, serius Lo? " jawab fajri

"Serius lah, ngapain gue bohong" ujar Fajri meyakinkan.

"Ram, bener ya dibilang Si ogep ini" ujar Pandu sambil menunjuk Fajri. Fajri melotot, mengibas tangan Pandu didepannya.

Pandu, menatap Rama. Dia serius mendengarkan apa yang akan dikatakan Rama, ia akan percaya ketimbang apa yang dikatakan Fajri manusia setengah kalau menurut Pandu.

"Wiih, beruntung tuh si Zach. Dapet cewek manis macem Lun. Dulu pernah mau gue gebet tuh cewek tapi keburu gue pergi ke Australia. Keduluan temen gue deh" tutur Pandu.

Rama dan Fajri melihat kanan kiri mereka setelah mendengar perkataan Pandu, mereka ketar ketir kalau sampai Zach mendengarnya bisa-bisa terjadi perang dunia ke tiga. Kan bisa gawat.

....

Luna bersama kedua temannya sedang berada di kantin menikmati istirahat mereka. Luna tampak lahap memakan makanannya saat ini, bukan karena dia sedang lapar tapi karena dia sedang banyak hal yang terus saja ia pikirkan. Ketika banyak fikiran memenuhi kepala serta moodnya tidak baik maka nafsu makanya yang naik. Orang-orang biasanya jika moodnya sedang tidak baik makan nafsu makan tak ada. Kebalikan dengan seorang Luna yang nafsu makannya langsung naik.

Kenikamatan makannya terganggu tak kala ponsel miliknya yang ditaruh diatas meja kantin bergetar, melihat sekilah nama yang tertera di pesan itu. Nama Zach disana. Tak ada niat untuk membalas atau sekedar melihatnya saja.

"Lo banyak pikiran? " tanya Dinda memperhatikan temannya itu.

Anya yang sudah mengunyah makanannya juga ikut memperhatikan Luna, ia baru sadar bahwa temanya itu makannya cukuo lahap saat ini.

"Tauklah, kalian berdua gak usah Tanya gue. Males gue mau ngomong" Luna melanjutkan melahap somay didepannya saat ini.

"Lo berantem sama Zach" Tanya Anya pelan takut membuat Luna tersinggung dengan pertanyaan dirinya.

"kan gue udah bilang sama kalian, kalau gue gak mau ngomong" ujar Luna mulutnya penuh dengan makanan.

"Terserah Lo deh" Anya tidak terlalu mau memaksa jika Luna memang tidak mau berbicara. Begitu juga Dinda dia hanya mengangguk, ia mengerti bagaimana sifat sahabatnya itu sedari dulu.

°°°°°

Zach berada di rooftop sekolah dia memperhatikan ponselnya sedari tadi, apa yang telah ia kirim ke Luna tadi tidak mendapat jawaban sama sekali. Mungkinkah gadis itu tengah marah padanya. Zach mengusap wajahnya kasar, lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku celana. Ia berjalan duduk di kursi yang memang tersedia di rooftop.

Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang menepuk pundaknya. Darren.

Darren melangkahi kursi yang di duduki Zach saat ini. Ia juga ikut duduk disitu disebelah Zach.

"Kenapa Lo ngelamun aja? " tanya Darren.

"Gue gak ngelamun" ketus Zach.

"Terserah kata Lo, tapi yang gue lihat lo memang beneran ngelamun tadi" Darren merasa yakin dengan apa yang ia lihat tadi.

Zach hanya mendengus dalam menanggapinya.

"Kenapa Lo sendirian disini, katanya mau kumpul-kumpul sama Pandu juga. Mana tuh anak" Darren melihat kesekeliling mencari teman-temannya yang lain.

"Mereka dikelas, Lo kesana aja. Kalau kumpul" ujar Zach masih melihat kedepan tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lo ada masalah? cerita sama gue" tanya Darren merasa ada yang aneh dengan temannya itu, yang sedari tadi seperti tidak ingin menanggapi dirinya berbicara.

"Gak ada" jawab Zach singkat seakan malas untuk bicara.

"Lo kayaknya gak suka gue ada disini ya? " tanya Darren meyakinkan pemikirannya.

"Gak" Zach malah menjawab semakin singkat membuat Spekulasi Darren seakan benar.

"Sepertinya Lo memang, sedang gak mau diganggu. Gue nemuin mereka bertiga aja deh" Darren bangkit dari duduknya, sebelum pergi ia menepuk pundak Zach pelan sambil tersenyum. Zach menanggapi senyum itu tapi sengum yang seperti di paksakan.

...

Setelah Darren tadi menemui Zach kini dia sudah berada di kelas XI IPS 1, kelas dimana Pandu berada. iya Rama, Fajri, dan Pandu pindah mencari tempat ngobrol lain yaitu di kelas Pandu. Dikelas IPA 1 tadi banyak murid yang berisik sehingga mengganggu mereka berbicara tentang pengalaman Pandu selama melakukan pertukaran Pelajar disana.

"Lo, kemana aja sih? baru nongol, udah mau masuk juga baru nongol Lo. Gak kangen apa sama gue" ujar Pandu pada Darren yang duduk dimeja guru. Mereka saat ini sedang duduk-duduk didepan meja guru. Kebiasaan anak-anak SMA.

"Sorry, gue tadi ngerjain tugas banyak banget" jawab Darren.

"Ya walaupun, gue baru muncul. Pembicaraan bisa dilanjut di rumah, iyakan" ujar Darren lagi sambil bersedekap dada.

"Gue tadi lihat Zach dirooftop, kaya ngelamun gitu" Darren memberitahu teman-temannya kalau dia melihat Zach.

"Udah biarin dia, butuh pencerahan masihan" sahut Rama.

"Dia ngerasa panas gara-gara omongan yang mengandung api didalamnya" celetuk Fajri mendramatisir.

"Maksudnya? " Darren tak mengerti apa yang di ucapkan Fajri.

"Entah dia cemburu atau apa, pas sih ogep ini ngomong kalau lo pacaran sama Luna dikelas" ujar Fajri sambil menempeleng kepala Pandu.

"Kok jadi gue sih, bahlul.? " Pandu tak terima disalahkan, ia juga tak terima ditempeleng Fajri. Ia membalas Fajri.

"Ya emang Lo kan" Masih Fajri masih menyalahkan Pandu.

"Ya namanya gue kagak tau lul? " Pandu masih tidak terima disalahkan.

"Lo berdua bisa diem nggak, palak gue pusing nih. Denger kalian adu mulut begini" Rama jengah melihat tingkat kedua temannya. Sementara Darren hanya geleng-geleng kepala.

"Tunggu, Lo tadi didepan Zach. Lo bilang gue pacaran sama Luna. Ngawur Lo" Darren Yang baru sadar dirinya juga terlibat. Langsung menoyor jidat Pandu.

"Lah, kok gue lagi gue lagi. Gue kan udah bilang gue gak tau kalau Luna pacar Zach. Ya gue bilang mungkin dia lagi pacaran dikelas sama Lo, karena lo gak nongol-nongol"

"Gue sebelum berangkat ke Australia dulukan gue sempet denger gosip lo pacaran sama Luna, jadi gue kira Lo pacaran sama dia sampai sekarang. Taunya dia malah sama Zach" jelas Pandu panjang lebar, sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan karena hendak di getok dengan penghapus oleh Darren.

"Pantes, tadi Zach kayak gak suka gitu sama gue. Waah gara-gara lo nih" lagi Darren sudah siap melayangkan penghapus yang ada ditanganya namun niatnya itu terhenti bel berbunyi tanda jam istirahat berakhir.

Mereka bertiga segera kembali kekelasnya masing-masing, Pandu juga ia berjalan menuju tempat duduknya yang berada di pojok sebelah kanan.

°°°°°

Pulang sekolah akhirnya tiba, Zach sudah menunggu digerbang sekolah. Dia disitu tentu saja menunggu Luna, mengajak gadis itu untuk pulang bersama.

Zach melihat Luna sedang berjalan bersama kedua temanya menuju depan sekolah. Zach langsung mendekat menghampiri mereka bertiga.

Otomatis langkah ketiganya berhenti, Luna memandang Zach. Sementara Anya dan Dinda hanya saling pandang satu sama lain.

"Kita berdua pulang dulu ya" ujar Dinda karena ia tidak ingin ikut campur dalam urusan Zach dan Luna.

"Ia, kita berdua pulang duluan ya Lun" Anya ikut menyahuti.

Luna mengangguk mengiyakan, kini tinggal Luna dan Zach berdua disitu, mereka hanya saling diam.

"Ayo pulang" ajak Luna terlebih dahulu dengan nada datar. Walaupun Zach belum mengajaknya tau mempersilahkan dirinya masuk kedalam mobil Zach Luna sudah terlebih dahulu berjalan kemobil Pria itu dan masuk kedalam mobil yang kebetulan tidak di kunci.

Zach hanya memperhatikan Luna yang berjalan melewatinya dan masuk kedalam mobil miliknya. Gadis itu tidak berkata apa padanya? dia tidak marah?, kira-kira itulah segelintir pertanyaan di kepala Zach tentang Luna.

Didalam mobil keheningan menyelimuti mereka, diliriknya Luna yang menghadap kejendela, membelakangi dirinya.

Zach berpendapat lebih baik saat ini diam saja dulu, mendiamkan gadis itu agar tidak terlalu marah atau bagaiaman. Siapa tahu dengan diam mampu meredam gejolak emosi atau hal apa yang sedang dirasakan.

Mobil mulai berjalan meninggalkan Sekolah, pergi membelah jalanan bersama mobil-mobil lain yang berlalu lalang di jalanan ibukota.

Sedari tadi hanya kesunyian saja didalam mobil tidak ada yang mau berbicara sama sekali. Luna masih tetap pada posisinya memperhatikan jalanan melalui jendela sampingnya.

"Lun.. " panggil Zach lirih.

Luna Yang dipanggil tidak menoleh sama sekali. Zach memperhatikan Luna, mengangkat tanganya dan mencoba memegang pundak Luna Yang membelakangi dirinya. Namun niat itu ia urungkan, Zach kembali menaruh tangannya di stir mobil sambil sesekali terus melihat kearah Luna Yang masih dengan posisinya tanpa pergerakan satupun.

Mobil akhirnya sampai didepan rumah Luna, Mang ujang segera membukakan gerbang. Mobil Zach masuk kepekarangan Rumah menghentikan mobil itu di parkiran rumah yang memang tersedia di kediam Rayes.

Padahal sudah sampai tapi kenapa tidak ada pergerakan sama sekali dari Luna. Akhirnya Zach menyenggol bahu Luna menggoyangkannya pelan. Ternyata gadis itu tertidur dengan pulas,

Secara tiba-tiba Luna menggeser tubuhnya sehingga diluar senderan kursi mobil. Secara spontan Zach langsung bergeser mendekat membiarkan Luna bersender dibahunya.

Rambut Luna menutupi seluruh wajahnya sehingga membuat Zach merasa kurang pas dengan itu. Secara perlahan ia menyelipkan rambut-rambut itu di telinga Luna. Saat ia menunduk tanpa sengaja wajahnya begitu dekat dengan wajah Luna.. dengan seksama ia memperhatikan wajah itu.

"Manis.. " kata itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Zach.

°°°

T. B. C