Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 41 - Episode 40

Chapter 41 - Episode 40

Zach masih saja terus memperhatikan Luna yang tertidur. Dia tidak berniat untuk membangunkan Luna dari tidurnya. Alhasil Zach membiarkan gadis itu tertidur di pundaknya.

Tiba-Tiba saja ketukan dijendela mobil membuat Luna terbangun, sementara posisi Zach masih memandang Luna yang tertidur.

Ketukan itu semakin keras berdetak di jendelan mobil. Lionil terus-terusan menggedor kaca mobil agar mobil yang ada Zach dan Luna segera dibuka. Luna yang kaget langsung menoleh ke arah kaca mobil, dan balik menoleh lagi kearah Zach yang seperti merasa terganggu dengan kedatangan Lionil.

Zach membuka kuncian mobil sehingga Luna bisa membuka pintu mobil itu, saat Luna keluar Lionil langsung masuk kedalam menatap Zach tajam seakan mengintrogasi pemuda Yang bersama adiknya. Biasanya dia bersikap biasa sajakan dengan Zach tapi gara-gara tadi dia seperti melihat Zach yang mencium adiknya. Membuat Lionil tidak terima.

"Lo ngapain adik gue tadi" ujar Lionil tajam. Biasanya dia tidak seperti itu pada Zach.

Zach menatap Lionil tidak mengerti, mencium? siapa yang mencium Luna batin Zach.

Pasti kakak Luna itu salah paham denganya,

"Maaf kak, sepertinya anda salah paham sama gue" ujar Zach datar.

"Gimana bisa gue salah paham, gue lihat sendiri" Lionil sedikit menyolot saat berbicara.

"Lihat dari mana? dari samping" Zach berbicara dengan dingin menatap Lionil tidak takut. Dia sudah terbiasa berbicara santai dengan Lionil.

"Jangan hanya melihat dari satu balik sisi, tapi lihatlah dari sisi yang lain juga" kata-kata Zach membuat Lionil terdiam seakan mencerna.

"Iya juga, Lo kok bisa puitis terus pinter banget es" ujar Lionil setelah terdiam berfikir dan kini ekspresi wajahnya kembali konyol seperti biasanya.

Zach membalikan wajahnya malas, mengabaikan Lionil yang entah kenapa setelah mendapat jawaban itu bukannya keluar dari mobil Zach malah seperti berfikir lagi.

"Lo kok mirip banget kayak kakak gue Liam ya, Jangan-jangan adiknya Liam itu Lo, bukan gue atau Luna" Lionil kambuh lagi, perkataan konyolnya kembali keluar dari mulutnya.

"Lo datar, dingin gak asik and gak punya ekspresi persis seperti kakak gue. Waah emang bener nih kayaknya Lo yang adiknya Liam si gak asik itu" Lionil masih saja berbicara ngaco.

Zach benar-benar sudah merasa jengah dengan orang disampingnya ini. Yang melantur bicara yang aneh-aneh.

"Gue mau pulang, apa Lo mau disini terus" ketus Zach.

"Kalo boleh dan Lo mengizinkan" Zach meremas stirnya menahan kesal, andai saja kalau Lionil ini bukan kakaknya Luna dan umurnya seumuran dengan dirinya sudah ia pukul kepala orang disampingnya ini.

Jujur kalau ia bukan tipe orang yang menghormati orang yang lebih tua, jelas sudah mampus Lionil ini.

"Hehehe, gue bercanda. Jangan di bawa emosi gitu dong bro" tawa Lionil. Yups memang dia sedari tadi hanya ingin mengerjai Zach, membuat pacar adiknya itu kesal. Karena memang ia ingin sekali mengerjai tipe orang seperti Zach. Apalagi kakaknya Liam, ingin sekali dia mengerjai manusia satu itu. Tapi, karena Liam kakaknya dan lebih tua darinya nyalinya ciut ketika harimau itu marah.

Zach langsung menatap Lionil, yang tertawa dengan raut kesal. Sungguh benar-benar menjengkelkan Lionil ini baginya.

"Udah, gue turun. Lo kayaknya mau mledak" tawa Lionil cekikikan sambil turun dari mobil Zach. Keinginannya terkabul, walaupun bukan mengerjai Liam setidaknya ia bisa mengerjai Zach yang memiliki sifat hampir sama dengan Liam. Rasanya puas sekali.

"Eh, Lo gak mampir dulu" Lionil yang sudah keluar mobil menahan pintu mobilnya lagi membuka pintu itu.

"nggak gue pulang aja kak" sahut Zach yang sudah siap menjalankan mobilnya.

"Yaudah.. " Lionil langsung menutup pintu mobil itu. Zach segera tancap gas untuk pulang, besok saja bicara dengan Luna. Mungkin gadis itu butuh meluapkan kemarahannya

°°°°°

Dirumah Luna sedang ada Liam beserta anak dan istrinya. Liam baru saja pulang dari Luar kota bersama kedua orang tuanya juga, Lucas dan Sarah. Makanya itu ia mampir kerumah orang tuanya mungkin bahkan menginap disitu.

Dirumah hanya ada Luna, entah Lionil adiknya itu sedang kemana.

Julian anak Liam begitu aktif, bayi 8 bulan itu ditaruh di lantai dan merangkak kemana-mana. Bahkan dia sudah mulai berdiri-diri disofa ruang Tv, begitu menggemaskan sekali bayi. Luna yang baru saja membantu Mamanya membongkar koper langsung berjalan mendekat kearah Julian yang berada didekat tangga dan menggendong Julian untuk menghampiri Liam yang malah sibuk bermain hp sedangkan istrinya juga sedang membantu Sarah membongkar koper sehingga Julian merangkak-rangkak sendiri tanpa pengawasan untung saja Luna langsung tau jika bayi itu sedang tanpa pengawasan kedua orang tuanya.

"Kak Liam nih gimana sih, suruh jagain Julian malah sibuk sama ponselnya" Protest Luna memandang kakaknya kesal.

Liam yang mendengar ocehan adiknya itu baru menyadari, ia langsung mengalihkan pandanganya dari ponsel yang ia genggam. Dan sudah melihat Julian digendongan Luna, perasaan tadi anaknya itu bermain dibawah kakinya yang naik di atas sofa.

"Kok Julian kamu gendong dari arah situ" tanya Liam heran karena anaknya sedang digendong Luna yang berjalan dari arah tangga.

"makanya jangan main hp, gak tau kan anaknya kemana" sungut Luna.

"Maaf kakak gak tau" ujar Liam meneyesali

"Kalau ponakan aku kenapa-kenapa gimana coba kak. Ya walaupun dia anak kakak, nanti aku kan juga sedih kalu ponakan lucu aku ini terluka" ujar Luna mendramatisir sambil mencubit pipi Julian yang memang terlihat tembem. Julian malah tersenyum di cubit seperti itu, tertawa senang.

"Wiiiiih, ada apa nih. Kok kayanya bersitegang" Lionil yang baru saja datang mulai membuat drama. Perasaan tidak tegang tapi dia berbicara seakan situasi sedang bersih tegang.

"Biang kerok muncul" lirih Liam jengah.

"Ssssattt, gue denger ya" ujar Lionil membuat suara sedikit ngebas ala-ala sinterklas.

Setelah mengatakan itu Lionil berjalan mendekat ke Single sofa disebelah kakaknya. Dan langsung mengambil jus mangga yang tinggal setengah dimeja, entah itu jus siapa. Lionio datang-datang langsung meminumnya tanpa bertanya itu milik siapa.

"Ahhhh, seger" ujarnya Saat menikmati Jus itu.

"Iih, kak Lionil. Itu jus punyaku" Si empunya protes jusnya di minum kakaknya. Jus itu milik Luna yang masih setengah belum ia minum karena tadi harus membantu Mamanya untuk membongkar koper bawaan dari Luar kota.

"Uppss, punya kamu ya. Maaf" ujar Lionil enteng. Sedangkan yang punya jus itu cemberut,

"Kak Liam, pukul kak Lionil kenapa" Luna menyuruh kakak sulungnya untuk memukul Lionil.

"urus-urusan kalian sendiri. Kakak selalu pusing kalau ditengah-tengah kalian. Berantem terus tidak ada habisnya" Liam langsung bangkit dari duduknya, dan dia langsung mengambil alih Julian dari Luna. Mengajak anaknya itu pergi meninggalkan kedua adiknya yang selalu ada saja perdebatan diantara mereka berdua. Sudah pusing dia selalu berada ditengah-tengah mereka.

°°°°°

Alfin sedang berada dirumah sakit, ia sedang menjenguk temanya saat SMP dulu yang mengalami Diare. Tanpa sengaja netra matanya melihat Zach yang tengah mendorong kursi roda, seorang wanita seorang wanita yang duduk disitu. Dahinya mengernyit penasaran, siapa wanita itu kira-kira itulah yang ada dipikirannya. Karena memang wanita itu tidak terlihat olehnya jaraknya cukup jauh dan terhalang tubuh Zach sehingga ia tidak bisa tau siapa perempuan itu. Tapi dia juga tidak yakin kalau laki-laki itu Zach, kenapa dia bisa disini siapa yang sakit. Setahunya keluarga mereka tidak ada yang sakit.

Ah sudahlah mungkin, ia salah lihat ujar Alfin pada dirinya sendiri. Lalu ia berjalan berlawanan arah hendak pergi menuju pintu keluar karena memang ia telah selesai menjenguk temanannya itu.

Memang yang dilihat Alfin, memanglah Zach. Alfin tidak salah lihat. Zach memang sedang berada dirumah sakit yang sama dengan Alfin. Zach disitu tentu saja menjenguk Salsa yang belum boleh pulang kerumah oleh dokter. Dan Zach diminta perempuan itu untuk menemaninya, karena suaminya Roland belum datang dari Luar kota dan Mertuanya sedang ada acara sehingga tidak bisa untuk menjaga dirinya. Untuk orang tua Salsa sendiri memang tidak berada di Indonesia, mereka sedang berada di Afrika melakukan tugas kemanusiaan. Orang tua Salsa adalah seorang penggiat kemanusian, bahkan dia sampai masuk organisasi UNICEF.

Keluarga Salsa yang lain tentu ada, tapi ia tidak bahkan kadang mereka menengok dirinya. Tapi ya tidak sampai menginap karena mereka memiliki acara masing-masing. sehingga ia tidak ingin merepotkan mereka.

Jadi dia lebih memilih menghubungi Zach saja untuk menemani dirinya sampai mertuanya datang. Dan Zach juga disini bersama denganya bukan keinginannya saja, melainkan Roland juga menyuruh Zach untuk menemani.

Salsa dan Roland sudah menganggap Zach seperti adik mereka sendiri. Zach sudah Salsa anggap sebagai adik kandungnya semenjak mereka bertemu dulu, saat pemuda itu masih anak-anak. Ia mengenal Zach dari Zayn kakak Zach yang sekarang entah dimana pria itu pergi menjauh dari keluarganya meninggalkan adiknya yang begitu sayang padanya sampai merasa begitu kehilangan sang kakak yang menghilang tak tau dimana. Membuat seorang Zach menjadi tertutuo, pendiam, serta bersikap dingin pada siapa saja. Bahkan Salsa sempat mendengar bahwa Zach begitu dingin dan tidak menganggap orang tuanya.

Salsa melihat Zach terasa terenyuh memandang Pria itu, yang saat ini mendorong kursi rodanya. Zach menunduk dan tersenyum melihat Salsa yang juga tersenyum kepadanya. Rasanya bersama wanita ini membuat Zach merasakan kenyamanan yang selama ini tidak ia dapat dari orang tuanya bahkan dari ibunya.

"Sudah sampai" ujar Zach saat kursi roda sudah berada didepan tempat tidur rumah sakit tempat Salsa dirawat.

Salsa tersenyum memdengarnya, ia lalu berdiri dengan dibantu Zach berjalan ke tempat tidur.

"Kamu, jangan terlalu dingin sama Luna. Dia wanita baik, lindungi dia" Salsa tiba-tiba berbicara seperti itu membuat Zach fokus menatapnya.

"kamu nggak kesepian, buang rasa sepimu" ujar Salsa lagi memberi nasehat karena Zach masih menatapnya seakan tidak ingin diberi nasehat.

"Besok ajak Luna kesini ya, atau nggak kerumah ayuk. kalau ayuk sudah boleh pulang" lagi Salsa yang terus berbicara. Saat Zach melipat kursi roda.

"Emmmh, nggak janji" balas Zach datar lalu berjalan kedekat pintu menaruh kursi rodanya disitu.

°°°

T. B. C