"Luna"
Luna langsung bangun dari tidurnya saat mendengar seseorang yang baru saja masuk ke dalam UKS memanggil namanya. Bukan hanya Luna yang terbangun tapi Zach juga, ia membuka matanya melihat siapa orang itu.
"Lun, Lo udah enakan belum" Dinda Berjalan mendekat. Orang yang baru saja datang itu Dinda.
Tampaknya gadis itu sedikit lelah karena terlihat sedang mengatur nafasnya. Luna menatap Dinda heran kenapa dengan temannya itu sampai kelelahan.
"Lo kenapa kok sampai ngos-ngosan begitu" Tanya Luna.
"Gue lari-lari buat kesini, disuruh pak Hasan buat nemuin lo tau nggak" jelas Dinda.
"Katanya Lo disuruh nemuin dia buat nyusun anggaran akhir semester " ujar Dinda lagi.
"Yaudah nanti gue kesana" balas Luna dan dia berusaha bangkit dari rebahanya. Tapi, entah kenapa kepalanya terasa pusing sehingga membuat dia otomatis memegangi kepalanya.
Zach yang sedari tadi mendengarkan dan memperhatikan diam-diam melihat Luna yang memegangi kepalanya.
"Lo kenapa Lun? kepala Lo pusing? " tanya Dinda cemas.
"Nggak tau nih, tiba-tiba aja kepala gue pusing"
"Udah-udah, Lo tidur aja. Nanti gue bilang sama pak Hasan kalau Lo masih sakit" Dinda membantu Luna untuk berbaring lagi. Luna sedikit menolak, dia kembali duduk.
"Nggak Din, gue mau nemuin dia dulu. Nanti gue dikira lepas tanggung jawab" Luna tetap bersikeras untuk menemui pak Hasan.
"Gak usah keras kepala" Zach langsung duduk dari tiduranya. Menatap Luna.
"Lo bangun Zach" Dinda melihat sedikit terkejut saat Zach berbicara. Ia mengira Zach tidur tadi.
Luna juga langsung melihat Zach yang saat ini melihatnya tajam.
"Apaan sih Lo ikut campur" kesal Luna yang masih ngotot untuk bangkit.
"Udah selesai kan, " Tiba-tiba saja Zach memegang tangan Dinda dan membawa gadis itu keluar dari UKS.
Saat sudah di luar Zach melepaskan tanganya dan kembali masuk UKS meninggalkan Dinda yang hanya menatap tak percaya di depan pintu. Zach menutup pintu UKS itu, dan mengancingya dari dalam, memasukan kunci pintu disakunya. Dia kembali tidur di ranjang UKS.
"Zach, Lo apa-apaan sih. Kok ngusir-ngusir Dinda. Buka nggak pintunya" Luna tampak marah dengan Zach yang seenaknya.
Zach hanya diam tidak menggubris ucapan Luna, dia hanya memejamkan matanya.
"Zach, Buka nggak pintunya. Gue mau keluar " Luna masih bersikeras untuk keluar UKS padahal dia tampak pucat dan kepalanya berdenyut nyeri.
Masih dalam keadaan yang sama, Zach masih diam saja tidak menggubris perintah Luna.
Karena kesal Luna mengambil bantal di tempat yang ia tiduri saat ini dan melemparkannya ke Wajah Zach. Sontak karena lemparan itu, Zach langsung terbangun dan menatap Luna tajam nan dingin.
"Kenapa? Marah? " Luna juga menatao Zach tak kalah dingin.
Zach malas meladeni Luna, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah tembok. Membiarkan Luna yang menatapnya semakin kesal. Jangan harap Zach akan perduli, dia tidak perduli sama sekali dengan tatap Luna.
"Mau mu apa sih Zach" Tanya Luna sambil memandang Zach yang membelakangi dirinya.
"..." tidak ada pergerakan dari Zach laki-laki itu masih sama pada posisinya.
"Sikap Lo kayak gini ke gue, bisa-bisa bikin gue salah paham dalam mengartikannya. Jantung gue, berdegup tak tau saat Lo punya sikap manis ke gue" ujar Luna. Dia berkata begitu karena mengira, mungkin Zach tidur karena sedari tadi tidak menjawab perkataanya. Namun salah Zach tidak tidur dia membuka matanya menatap tembok, saat mendengar perkataan Luna tadi entah kenapa bibirnya terangkat begitu tipis. Mungkin dia saja tidak sadar tentang itu.
°°°°°
Bel pulang sekolah berbunyi, setelah berjam-jam Luna tidur di UKS akhirnya badanya sedikit mendingan. Kepalanya sudah tidak terlalu berdenyut dan badanya juga tidak terlalu demam. Lebih baik dia pulang sekarang, karena memang sudah waktunya jam pulang sekolah. Kalau tahu dia bakal tiduran di UKS seharian begini mending dia tidak usah berangkat sekolah tadi pagi, apalah daya ibarat nasi sudah menjadi bubur. Luna menoleh kesamping kanannya melihat bankar disebelahnya sudah kosong, kemana Zach. Perasaan saat istirahat ke dua tadi laki-laki itu masih tidur di situ. Tapi kemana dia sekarang? Saat Luna hendak turun dari bankar ia melihat kearah meja yang ada di UKS disana banyak sekali makanan dan juga beberapa botol air mineral. Perasaan tadi saat dia terbangun dari tidurnya ia tidak melihat ada makanan di meja itu. Dan tiba-tiba saja saat Luna hendak melipat selimut ada sesuatu yang jatuh dari selimut itu. Secarik kertas yang terdapat tulisannya.
"Yang Ada dimeja dimakan" kira-kira begitulah isi dari secarik kertas itu dan dibagian bawah tertulis Zach. Luna menajamkan matanya melihat nama itu, itu sungguh Zach yang membelikan makanan di meja UKS. Mimpi apa anak itu, Luna meremas-remas kertas itu, lalu menaruhnya di bankar berjalan mendekat kearah meja yang banyak makanannya itu.
Sementara Zach kini mengumpulkan anggota paskibra untuk berkumpul di ruanganya. Ia hendak membicarakan tentang jadwal latihan mereka. Setelah semua anggota paskibra berkumpul mereka langsung memulai rapat yang di pimpinan Zach sebagai ketua Paskib. Zach membuka catatan di bukunya yang berisi tentang jadwal latihan paskib, Visi misi paskib selanjutnya serta perekrutan anggota baru.
Baru saja Zach akan berbicara kepada anggotanya ponselnya tiba-tiba saja berdering tertulis di Layar LUNA. Zach melihatnya sekilas tidak menjawab panggilan itu dia kembali melanjutkan niatnya untuk berbicara. Tapi lagi-lagi ponselnya berbunyi.
Sehingga membuat para anggota Paskibra menatap Zach.
"Angkatlah, Siapa tahu penting" ujar Rama yang duduk disebelah Zach.
"Iya angkat. Daripada ganggu" sahut Fajri.
"Udah gue silent" balas Zach. Dan dia kembali melanjutkan apa yang akan dia ucapkan.
Kira-kira sekitar 15 menit berlalu, akhirnya apa yang akan Zach bicarakan dengan anggota paskibnya sudah selesai. Dan kini Zach meliburkan latihan Paskib. Selesai dari ruangan Paskib, Zach segera bergegas menuju keruang UKS untuk membukakan pintu Luna.
Ya memang Zach tadi mengunci gadis itu diruangan Paskib agar saat dia bangun tidak pulang terlebih dahulu. Mungkin tadi Luna menelpon dirinya untuk di bukakan pintu, soalnya Zach sudah menyuruh anak-anak UKS untuk tidak ada yang membukakan pintu buat Luna.
Saat sampai di depan UKS, Zach segera membuka pintu itu dan masuk kedalam. Ia melihat Luna yang duduk di kursi sambil minum air serta makan-makan yang memang ia sengaja belikan tadi.
Saat Zach masuk Luna menatap Zach kesal sambil mengunyah makanannya.
"Apa-apaan sih Zach, lagi-lagi Lo nyebelin" ujar Luna saat Zach sudah berada disebelah ia duduk saat ini.
"Ayok Pulang" Zach tidak menjawab omelan Luna. Ia malah mengajak gadis itu untuk pulang.
Luna langsung berdiri tanpa berkata lagi, dia sedang tidak ingin beradu argumen dengan Zach. Rasanya tubuhnya tidak mampu untuk berseteru saat ini, lebih baik ia diam dan menuruti apa kata laki-laki itu.
Zach berjalan di belakang Luna yang mendahului nya, menatap gadis itu yang hanya diam saja tidak berbicara. Terlihat memang sangat lemas tubuh gadis itu saat ini.
°°°°°
Luna turun dari mobil Zach secara perlahan, badanya terasa lemas tak bertenaga lagi. Zach melihat itu langsung segera turun dan berlari mengitari mobil menuju pintu penumpang langsung memegang tangan Luna yang tubuhnya tampak tak seimbang.
"Kuat nggak? " Tanya Zach memperhatikan Luna yang berjalan sambil memegang tanganya.
"Naik" ujar Zach langsung jongkok di depan Luna.
Luna menggeleng pelan, menolak suruhan Zach. Dia tetap berjalan, Zach langsung kembali memegang lengan Luna merapatkan dirinya ke Luna memapah perempuan itu masuk kedalam rumah.
Zach memapah Luna perlahan masuk kedalam Rumah keluarga Rayes, Didalam tampak sepi tidak ada orang cuman ada Bi Imah dan Bi Mirna yang membukakan pintu tadi.
"Bi, Dirumah tidak ada orang? " tanya Luna Pelan pada Bi Mirna.
"Tidak Non, Nyonya sama Tuan belum pulang dari tadi pagi. Terus Den Lionil baru saja pergi, dan Den Jovan juga pergi bersama Den Lionil Non. " Jelas Bi Mirna.
"Ya sudah bi" jawab Luna.
"Gue bisa minta bantuan Lo nggak.? anterin gue ke kamar" terpaksa Luna meminta pertolongan Zach. Kalau bukan Zach yang menolong nya siapa lagi, dia tidak mampu harus naik ke kamar seorang diri. Badanya terasa lemas saat ini, jadi mustahil kalau dia bisa menaiki tangga.
Zach hanya diam, tetapi lelaki itu menggandeng Luna berjalan mendekat kearah tangga dan membantu gadis itu menaiki tangga.
Zach membuka pintu kamar Luna perlahan dan menuntun gadis itu masuk kedalam kamar. Mendudukannya di Kasur Queen Size milik perempuan itu. Luna langsung berbaring menyandarkan tubuhnya disandaran kasur.
"Makasih ya, Lo udah bantu plus nolongin gue" ujar Luna pada Zach.
"Ya" jawab Zach singkat.
Zach duduk di samping ranjang Luna, dia menatap wajah perempuan di hadapannya tanpa ekspresi.
"Kenapa? " Luna bertanya heran
Zach langsung menyentuh dahi Luna lama, sontak itu menimbulkan semburat merah dipipi Luna serta membuat mata gadis itu membola.
"Masih demam" ujar Zach saat dia menaruh tanganya di dahi Luna.
"Mau makan apa? " tanya Zach saat tanganya sudah turun dari dahi Luna.
Luna menggeleng kikuk, seakan belum tersadar dengan keterkejutan dirinya akan Perlakuan Zach tadi.
"Kalau gak mau sekarang tidur" suruh Zach pada Luna.
"Gue gak ngantuk Zach, Dari tadi gue tidur di UKS masa sekarang gue harus tidur lagi" Luna menolak perintah Zach.
"Ya sudah" Setelah mengatakan itu Zach hendak beranjak pergi. Namun tiba-tiba saja Luna memegang lengannya.
"Gue boleh tanya sesuatu sama Lo? " Luna sedikit ragu untuk bertanya.
"apa? "
"Lo suka ya sama kak Salsa dan alasan Lo buat jadiin pacar gue gara-gara kak Salsa kan"
Zach hanya diam menatap Luna, dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Kalau iya, Gue harap. Lo nggak usah terlalu memberi perhatian ke gue disaat tidak ada dia. " ujar Luna menatap Zach yang juga menatapnya.
Zach kembali duduk di pinggir ranjang menatap Luna tepat di depan matanya.
"Kenapa memang? kalau gue perhatian sama Lo di saat tidak ada Salsa" Zach tepat menatap bola mata Luna. Membuat gadis itu langsung tak berkutik mendengar ucapan itu dan tatapan Zach saat ini.
"Gu.. gue mau tidur" Luna langsung mengalihkan pembicaraan dan dia langsung merebahkan dirinya menarik selimut dan menutupi wajahnya agar tidak terlihat Zach yang masih menatapnya dengan tatapan yang tidak ia ketahui apa maksud tatapan itu.
Zach yang melihat Luna gugup seperti itu hanya tersenyum tipis, lalu beranjak pergi keluar kamar Luna menutup pintu kamar itu perlahan. Luna yang menyadari Zach sudah pergi membuka selimutnya memegang dadanya yang berdebar gara-gara tatapan mempesona Zach barusan.
"Gila.. gila, ini gila" kesalnya pada diri sendiri.
°°°