Zach masih di rumah Luna, Justru saat ini dia duduk di meja makan keluarga Rayes yang sepi. Dia duduk di situ menunggu Bi Mirna yang sedang membuatkan bubur untuk Luna, Zach yang menyuruh Mirna untuk membuatkan bubur. Luna harus makan untuk minum obat, ya walaupun tadi di sekolah gadis itu sudah minum obat.Tapi, itu sepertinya tidak berefek. Zach tidak bisa memasak jadi lebih baik ia menyuruh Bi Mirna saja.
Saat Zach sedang duduk sibuk dengan Ponselnya, Jovan datang dari arah depannya.
"Lo disini?" Tanya Jovan yang saat ini sudah berada di depan Zach yang tidak menyadari kedatangannya.
Zach mendongak keatas melihat orang tersebut. Namun,Zach hanya diam saja tidak berniat untuk menanggapi pertanyaan Jovan.
Ia justru kembali sibuk melanjutkan kegiatannya tadi mengabaikan Jovan yang berdiri menatapnya.
"Ceana dimana? " Walaupun tidak ditanggapi Zach, Jovan tetap bertanya kali ini dia menanyakannya keberadaan Luna.
"Di kamar" jawab Zach singkat yang masih fokus pada kegiatanya memainkan ponsel.
Jovan hanya diam tidak berbicara lagi. Namun dia langsung pergi, ke kamar tamu yang ia tempati di rumah keluarga Rayes.
"Loh Zach" Lionil yang baru saja masuk rumah sedikit terkejut karena ada Zach dirumahnya.
Zach hanya tersenyum menanggapinya.
"Lo pulang sama Luna" Tanya Lionil dan langsung di angguki oleh Zach.
"Den buburnya sudah matang" ujar Bi Mirna yang datang mendekati Zach dengan semangkuk bubur di tangannya.
Zach langsung mengambil bubur itu dan mengambil segelas air di meja serta menaruhnya di nampan sebelah bubur.
"Bubur? " Lionil heran dengan itu.
"Iya, untuk Luna. Dia sakit" ujar Zach dan langsung pergi hendak menuju ke kamar Luna.
"Tunggu! Lo bilang adik gue sakit" Lionil menahan bahu Zach menghentikan langkah pemuda itu.
"Ehmm, gue ke kamar dia dulu kak" Setelah mengatakan itu Zach berjalan lagi meninggalkan Lionil.
"Tuhkan bener kata gue, Luna susah banget di bilangin." gerutu Lionil seorang diri setelah Zach pergi ke kamar Luna.
Zach masuk ke kamar Luna, melihat kasur yang kosong dan medapati gadis itu sibuk di depan laptopnya yang berada di meja dengan bergelum dalam selimut tebal.
"Lo sedang apa? " Ujar Zach dengan nada yang terkesan sedikit tinggi.
Sontak Luna langsung melihat orang yang berbicara itu. Ia tampak tak percaya dengan kedatangan Zach bukanya tadi orang di depannya ini sudah pergi tapi kenapa kok masih di rumahnya bahkan kini masuk lagi ke kamar dirinya. Masuk dengan membawa nampan yang ada semangkuk bubur lagi.
"Kok Lo masih disini" Luna menatap orang disebelahnya yang sedang menaruk nampan di meja.
"Makan, Lalu istirahat jangan melakukan apapun" ujar Zach langsung menutup Laptop Luna begitu saja, sontak membuat gadis itu tercengan dengan sikap Zach.
"APA-APAAN SIH LO" Luna marah dengan apa yang dilakukan Zach barusan.
Zach tak perduli dengan kemarahan Luna saat ini, dia justru menatap tajam Luna. Seakan menyuruh perempuan itu untuk segera makan.
Luna yang kesal saat ini tidak merasa takut dengan tatapan mengintimidasi itu, ia balik menatap Zach marah.
"Makan" perintah Zach dingin.
"Nanti gue makan, Gue mau ngerjain tugas OSIS gue dulu" Luna hendak membuka laptopnya kembali, namun Zach segera mengambil Laptop itu dan melemparnya ke kasur Luna dengan marah.
Luna yang melihat itu begitu shock, ia tidak menyangka tiba-tiba Zach marah tanpa sebab seperti ini. Dan ekspresi wajahnya begitu menyeramkan. Zach menatap tajam menahan amarah menatap Luna yang keras kepala.
"Terserah Lo sekarang" sehabis mengatakan hal itu Zach langsung keluar dari kamar Luna meninggalkan gadis itu yang masih shock dengan perbuatan Zach.
°°°°°
Keesokan harinya badan Luna masih belum terasa baik, dia masih lemas dan tidak nafsu makan. Bahkan sore hari dia hanya makan bubur yang dibawakan Zach, sedangkan malah hari dia tidak turun kebawah untuk makan karena badanya terasa begitu lemas. Kedua orang tuanya tidak berada di rumah mereka sedang berada di Luar kota. Kemarin sehabis dari rumah Liam mereka langsung pergi ke Jogja karena adik dari Mommy nya kecelakaan. Sehingga membuat Daddy dan Mommy nya langsung pergi ke Jogja.
Jadi Luna hanya dirumah bersama Lionil, Jovan dan dua asisten rumah tangga serta satu sopir juga.
Walaupun sekarang sudah agak mendingan tubuhnya masih lemas, jadi Luna memutuskan untuk tidak berangkat sekolah dari pada nanti malah seperti kemarin. Lionil juga sudah melarangnya untuk berangkat, bahkan kakaknya semalam mengomelinya terus. Sedangkan Jovan orang itu masuk kekamarnya untuk memberikan beberapa makanan yang ia beli.
Untuk Zach laki-laki itu tidak ada kabar sama sekali semenjak pergi dengan kemarahan kemarin. Tapi, kan memang anak itu selalu tidak ada kabar, mereka kan hanya pacaran pura-pura dan tidak pernah saling berkirim pesan. Berkirim pesan saja saat saling membutuhkan atau memanfaatkan satu sama lain. Jadi, tidak usah heran apabila tak ada kabar dari laki-laki itu.
Luna mengambil ponselnya hendak mengirim pesan pada ke dua temanya memberi kabar bahwa ia tidak akan berangkat sekolah.
*Message to Anya*
"Anya, gue hari ini gak berangkat tolong ijinin gue, ke bu Sri ya" begitulah kira-kira isi pesan Luna ke Anya.
*Message to Dinda*
"Din, gue hari ini gak berangkat. Buat urusan OSIS gue serahin ke Lo ya. Gue gak sempet juga buat ngirim anggaran ke pak Hasan. Gue kirimin ke lo ya terus tolong print in. Soalnya gue lagi gak enak badan" Pesan yang begitu panjang Luna kirimkan ke Dinda. Pesan yang menyangkut dengan kegiatan OSIS.
Selesai mengirim pesan ke kedua temanya Luna menaruh ponsel itu di ranjangnya dan dia sendiri berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Dan juga untuk menyegarkan tubuhnya yang lemas baru setelah itu ia akan turun kebawah untuk makan. Walupun rasa tidak nafsu itu begitu besar, tapi dia tidak boleh tidak makan. Sedikit pun harus ada nasi yang masuk ke perutnya jika dia ingin sembuh.
Lima belas menit berlalu, Luna sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Ia segera turun kebawah menuju ruang makan. Terlihat dari tangga sudah ada Jovan dan Lionil yang sedang makan disitu.
"Pagi Kak Onil"
"Pagi Kak Jovan"
sapa Luna bergantian pada kedua orang itu.
"Pagi Luna"
"Pagi Ceana" jawab mereka berdua bersamaan dengan panggilan masing-masing.
"Ayo makan" ajak Lionil. Saat adiknya itu sedang berjalan kearahnya.
Luna duduk di depan Jovan, membalik piring yang sudah tersedia di atas meja. Ia hendak menyendok nasi didepanya, namun sudah keduluan Jovan yang menyendokan nasi untuknya.
"Ini makan yang banyak. Jangan sampai sakitnya tambah parah" ujar Jovan sambil menaruh nasi di piring Luna.
"Makasih kak" Luna tersenyum dengan itu.
"Lo sama Zach sering berantem ya Lun" tanya Lionil tiba-tiba.
"Emmhh, gimana kak" Luna justru balik bertanya.
"Lo sering berantem sama Zach, kemarin kakak Liat Zach kayaknya marah banget keluar dari kamar lo. Kalian berantem? " jelas Lionil.
Jovan hanya memperhatikan kedua orang itu berbicara dengan keingin tahuan.
"Ya begitulah, gak usah dibahas " Luna seakan malas untuk membicarakan Zach dia malah menyendokan makanan ke mulutnya saat dua orang didepanya menatap dirinya penasaran.
°°°°°
Zach dan teman-temannya yaitu Rama serta Fajri menjatuhkan bokong mereka di salah satu tempat duduk yang sudah di duduki lebih awal oleh Darren yang tampak sibuk menulis disebuah buku.
"Kenapa Lo sibuk amat? " Fajri duduk tepat disamping Darren sambil menepuk bahu temanya itu. Sedangkan Zach dan Rama duduk di depan mereka.
Darren menghentikan kegiatanya dan menatap ketiga temanya itu secara bergantian.
"Ngerjain tugas gue, banyak banget lagi. Ini seharusnya tugas kelompok tapi Luna gak masuk jadinya gue ngerjain sendiri harus di kumpul nanti lagi"
"Kenapa Dia gak masuk" Tanya Zach pada Darren.
"Kata Anya sih dia sakit" Jawab Darren sambil meminum, minuman di depanya.
"Waah, parah Lo Zach. Cewek Lo sakit gak tau" Sahut Fajri sambil menatap Zach mendramatisir.
Zach menatap Fajri mengisyaratkan bahwa ia tidak suka dengan cara bicaranya tadi. Fajri langsung diam terkisap. Ditambah dia mendapat pukulan di kepala oleh rama.
Zach diam, pantas saja dia tidak melihat Luna sedari pagi tadi. Ternyata dia tidak berangkat, apa dia masih sakit seperti kemarin fikir Zach. Dia memang tadi mendengar Darren mengatakan bahwa Luna sedang sakit, ia juga tahu dari kemarin tapi sakitnya masih seperti kemarin.
"Lo beneran gak tau kalau Luna sakit" Tanya Darren sambil menulis di bukunya.
"Tau" balas Zach singkat. Lalu dia beranjak pergi untuk memesan makanan yang akan dia makan.
Tak butuh waktu lama untuk membeli makanan, Zach sudah datang ke meja di mana teman-teman nya ini duduk dengan membawa sepiring somay dan es teh.
"Hari ini kita nggak latihan paskib kan? " Tanya Darren.
"Kenapa memang? " Zach balik bertanya.
"Gue mau ke rumah Luna, ngasih buku dia sama ngambil baju dia yang gue pinjem untuk adik kelas gebetan gue" Jelas Darren.
"Nggak"
"Bareng" ujar Zach lalu memasukkan somay kedalam mulutnya.
"Lo mau kesana juga" tanya Darren.
Zach hanya mengguk menanggapi pertanyaan Darren.
"Nah gitu, ceweknya di jenguk" celetuk Fajri.
Zach hanya dia malas menanggapi temanya yang banyak bicara itu. Rama hanya tertawa cekikikan melihat kelakuan Zach dan Fajri seperti tom and Jerry.
"Kalian berdua memang," Darren menggeleng kepala ketika Fajri tampak menggerutu.
"Gue gak bisa ikut jenguk Luna ya, gue ada urusan nanti" ujar Rama.
"Emmmh" Zach hanya berdehem menyahutinya.
Rama dan Fajri menghela nafas, lalu Fajri pergi untuk mengambil makananya yang sudah ia pesan terlebih dahulu tadi sebelum datang ke kantin.
"Kalian bantuin gue ngapa, jangan makan melulu" ujar Darren pada akhirnya.
Rama dan Zach yang ada di meja itu hanya mengernyit. Tumben sekali Darren meminta bantuan untuk mengerjakan tugas, biasanya juga tidak pernah.
"Lo sebegitu capeknya ya" Tanya Rama.
"Udahlah gak usah" ujar Darren karena melihat tatapan meremehkan Rama yang bukanya membantu atau apa. Zach sibuk dengan kegiatan makanya dia tidak perduli dengan kedua temanya itu yang kini saling meledek. Sementara Fajri entah kemana anak itu, dari tadi belum kembali juga.
°°°
T. B. C