Terkadang terasa bimbang tak kala rasa mulai ada ragu menjadi singgah membuat logika tak menentu.
"Lo disini? " tanya Luna melihat Pria es itu di depanya.
"Ehmmm" Zach hanya berdeham untuk mengiyakan pertanyaan dari Luna.
Tanpa diduga ternyata Zach berada ditempat yang sama dengan Luna yakni toko buku. Sebenarnya tadi Zach tidak berada di toko buku, dia berada di salah satu Kafe tetapi bukan kafe dimana Luna membeli burger tadi. Melainkan kafe di samping toko buku ini pas.
Zach bersama teman-temannya sedang berada di kafe itu dan tanpa sengaja mata Zach menangkap sosok Luna yang berjalan di depan Cafe dimana ia sedang berada. Sehingga membuat Zach mengikuti Luna di belakangnya tanpa gadis itu sadari.
"Makasih ya" Luna melihat Zach yang kini berdiri di depanya.
Tapi Zach tidak membalas ucapan terimakasih Luna, dia hanya menatap dingin wajah Luna yang menatapnya juga.
Luna hendak berbalik arah untuk pergi, karena tampaknya cowok dingin di depanya ini sedang tidak ingin bicara padanya. Kenapa malah cowok itu yang bersikap dingin padanya saat ini, bukannya seharusnya dia yang membiarkan saja cowok itu.
"Tunggu" ujar Zach saat Luna sudah membalikkan badannya untuk pergi.
"Kenapa? " jawab Luna kesal dan kembali menatap Zach.
Pandangan mereka bertemu Luna merasa terintimidasi oleh tatapan Zach yang menyeramkan.
"A.. Apa? " ujar Luna suaranya terdengar bergetar takut.
"Kita bicara" ujar Zach singkat, langsung meraih lengan Luna dan mengajaknya duduk di kursi yang memang tersedia di toko buku itu.
"Duduk" perintah Zach pada Luna yang hanya menatapnya dengan tatapan tak mengerti.
"Lo mau bicara apa sama gue? " tanya Luna malas.
"Maaf" ujar Zach singkat
Luna membulatkan matanya menatap Zach heran
"Maaf, kemarin gue nyuruh lo turun dari mobil gue dengan paksa" ujar Zach merasa bersalah saat mengingat apa yang dia lakukan pada Luna beberapa hari lalu.
"Lo sekarang sadar kalau lo salah" ujar Luna sambil mendengus kasar
Setelah mengatakan itu Luna tiba-tiba bangkit dari duduknya dan hendak pergi. Membuat Zach menatap perempuan itu dan sekali lagi memegang lengan Luna agar tidak pergi karena dia belum selesai bicara.
"Apalagi, udah kan" Luna benar-benar malas sekarang untuk sekedar menanggapi Zach entah kenapa rasanya ia masih kesal saja dengan laki-laki di depannya ini.
"Belum" Zach kembali berbicara dingin padahal tadi dia tidak sedingin saat ini.
Luna kembali merasakan resah ketakutan, melihat mata Zach yang kembali menatapnya tajam. Dia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Temani gue disini" ujar Zach datar, menatap Luna.
Jujur Luna tidak ingin mengiyakannya tapi bagaimana cara menolaknya. Dia saja ketakutan saat melihat raut wajah Zach yang tengah menatapnya tajam.
"Gue mau pu.. Pulang" Luna sedikit memberanikan diri untuk menolak.
"Ayok" Zach langsung berdiri dari duduknya menggandeng tangan Luna siap untuk berjalan.
Luna merasa bingung dengan Zach saat ini, bukanya tadi dia melarang untuk pulang dan menyuruh dirinya untuk menemani di tempat ini. Tapi kenapa saat dia bilang ingin pulang laki-laki didepannya malah mengajaknya. Dasar Aneh batin Luna.
"Hah" ujar Luna bingung.
Zach malah berjalan menggandeng tangan Luna pergi keluar dari toko buku sebelum itu mereka pergi ke meja kasir untuk membayar buku yang telah di beli Luna. Buku anak-anak untuk Julian sedangkan Novelnya Luna tidak jadi membeli Novel itu karena tertinggi di meja tempat ia duduk tadi bersama Zach.
°°°°°
Luna dan Zach sudah berada di basement Mall untuk menuju ke mobil milik Fajri. Zach tidak membawa mobil dia tadi pergi menggunakan mobil Fajri dan mobil Rama. Sehingga Zach menyuruh Fajri untuk pulang bersama Rama saja nanti sedangkan dirinya meminjam mobil itu untuk mengantarkan Luna pulang.
Sampai di depan mobil Luna tidak mau masuk, ia tidak mau di antarkan Zach.
Zach terus saja memaksa Luna untuk masuk kedalam mobil, dia tahu bahwa cewek yang bersamanya ini pasti tidak membawa kendaraan sendiri ke Mall.
"Masuk"
"Gak mau, gue gak mau pulang sama lo"
"Masuk"
"Gak gue bawa mobil sendiri, lo kumpul aja lagi sama temen lo" Luna berbohong mengatakan dia membawa mobil sendiri padahal tadi dia naik taksi online. Tapi kan sama saja dia membawa kendaraan sendiri menurut pendapat Luna.
"Bohong" ya Zach memang tahu jika Luna sedang berbohong.
Karena Luna susah sekali untuk di suruh masuk kedalam mobil Zach mencengkeram tangan itu dan menariknya paksa masuk kedalam mobil. Luna memberontak memaksa untuk melepaskan cekalan itu, Zach tidak menggubris ucapan Luna dia memasukkan Luna kedalam mobil secara paksa. Dia juga memasangkan Seatbelt untuk perempuan itu, sehingga membuat Luna diam terpaku karena jarak antara wajahnya dan wajah Zach begitu dekat. Zach menatap wajah Luna, tentu saja itu membuat reaksi tersendiri di jiwa serta hati seorang Luna Ocene Rayea. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah dikala Zach menatap dirinya begitu dekat tepat didepan matanya.
Entah mengapa sepertinya bukan Luna saja yang merasakannya tiba-tiba saja Zach juga merasakan deguban jantung yang membuncah, seperti menyalurkan rasa tentram tak kala matanya berpadu dengan mata Coklat Luna yang begitu Indah, bulu mata hitam nan lentik semakin menambah keindahan di mata itu.
Sepersekian detik kemudian Zach tersadar dengan apa yang ia lakukan saat ini. Ia segera mengeluarkan kepalanya dan menutup pintu mobil tempat dimana Luna duduk. Zach langsung berjalan mengitari mobil menuju tempat duduk pengemudi.
"Sebelum pulang mau kemana lagi" tanya Zach datar mencoba bersikap biasa.
Luna tidak menjawab itu, dirinya masih merasa berdegup-degup mencoba mengendalikan dirinya agar tidak terbawa suasana serta perasaan.
Zach menatap Luna, melihat wanita itu yang hanya diam saja sambil memegangi dadanya.
"Sakit? " tanya Zach singkat
"Hah" Luna baru tersadar dari apa yang ia lakukan.
Kini giliran Zach yang diam, dia mulai menyalakan mesin mobil tidak menanggapi Luna. Luna pun biasa saja dia memalingkan wajahnya ke luar mobil.
Mobil perlahan mulai meninggalkan basement, keluar ke jalan membelah jalanan. Mereka berdua di dalam mobil hanya diam saja tidak ada yang memulai pembicaraan, Namun Luna menatap Zach, menatap laki-laki itu seperti ingin membicarakan sesuatu tetapi bingung harus memulainya bagaimana serta ia ragu apabila dia menanyakannya Zach akan marah padanya atau bahkan laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan yang dia berika. Tapi, kalau ia tidak bertanya rasa penasaran saat ini sedang memenuhi pikirinya. Luna memang sangat penasaran dengan seberapa cintanya Zach terhadap Salsa dan bagaimana seorang Zach yang notabenya masih Siswa sekolah jatuh cinta pada orang yang jaraknya jauh darinya.
°°°°°
"Woy adikku yang manis pacaran terus " Teriak Lionil saat Luna dan Zach baru saja turun dari mobil. Mereka berdua berpapasan dengan Lionil yang juga baru saja sampai di rumah entah laki-laki itu dari mana saja.
Luna dan Zach hanya diam saja tidak meladeni Lionil yang memang sifatnya seperti itu. Zach pun baru mengenalnya beberapa hari sudah tahu bagaimana sikap kakak dari Luna itu.
"Waah, gue gak diladenin nih" ujar Lionil pada dirinya sendiri. Dia lalu berlari mengejar langkah Luna dan Zach yang memang pergi mendahului dirinya tanpa menyapa. Menyebalkan mereka berdua.
Zach sebenarnya tidak bermaksud untuk mengabaikan Lionil. Tapi, ia harus buru-buru mengejar Luna yang sudah berjalan terlebih dahulu. Jika dia harus menanggapi Lionil maka tidak ada kesempatan lagi untuk berbicara pada Luna. Perempuan itu besok-besok pasti sudah menghindar darinya, entah kenapa Zach juga sudah tahu bagaimana sosok seorang Luna itu padahal baru beberapa bulan mereka menyandang status sebagai pacar bohong-bohongan yang membuat mereka lebih dekat.
"Lo berantem ya sama adik gue" ujar Lionil saat sudah menyamakan langkahnya dengan Zach.
Zach langsung menatap Lionil, entah harus menjawab apa dia. Pilihan yang tepat tentu saja dia, Zach hanya diam tidak menjawab pertanyaan Lionil barusan dia terus berjalan masuk kedalam rumah keluarga Rayes mengikuti langkah Luna yang mengarah ke dapur untuk mencuci tangan.
Ternyata di meja makan sudah ramai orang berkumpul untuk santap makan malam. Disana sudah ada Jovan, Luis, Sarah, bahkan Liam beserta istrinya juga ada disana. Zach yang tadinya masuk kerumah itu bersikap biasa saja sekarang merasa kikuk canggung karena telah masuk sembarangan tanpa permisi.
"Haii Everyone, Lionil is Back" ujar Lionil sambil mengangkat tangannya ke udara
"Loh Zach, kamu disini" ujar Sarah. Mereka yang ada di meja makan tidak menanggapi salam sapa Lionil, mereka semua malah melihat kedatangan Zach.
"Yaelah, anak kandung gini amat" desis Lionil langsung duduk didekat istri Liam yang sedang menyuapi Julian.
Zach menanggapinya dengan tersenyum.
"Sini ikut makan bersama kita, duduklah di samping Jovan" ujar Luis mengajak Zach untuk makan malam bersama mereka, dia menyuruh Zach untuk duduk di samping Jovan karena memang kursi yang ada disamping Jovan kosong.
Luna yang baru saja selesai mencuci piring ikut bergabung juga di meja makan, dia merasa moodnya belum kembali sehingga dia hanya diam saja tidak menggubris atau tidak berbicara. Luna hanya menanggapi segala perbincangan di meja makan dengan tersenyum saja tanpa bicara. Zach merasakan itu, Luna memang sepertinya masih marah dengan perbuatanya kemarin tak hanya Zach ternyata yang menyadari sikap diam Luna tapi Jovan juga dia menyadari perempuan yang entah masih dia anggap adik atau sudah berubah itu sedang ada masalah atau sedang bertengkar dengan pacarnya. Jovan hanya bisa menerka-nerka saja mengenai itu, sambil menatap wajah Luna yang tampak tak enak di pandang saat ini.
Zach melihat Jovan yang sedari tadi memandang Luna yang duduk di depanya. Ia tiba-tiba saja merasa tidak suka dengan cara pandang Jovan pada Luna entah kenapa hatinya merasa resah saat laki-laki itu terus saja memandang Luna yang sedang makan.
°°°
T. B. C