Luna terlihat cuek dengan keadaan saat ini ia menyibukkan dirinya dengan ponsel, sedari tadi dia memainkan ponselnya. Mengabaikan mereka bertiga. Bukanya bersikap tidak sopan tapi dia malas untuk mendengarkan apa yang akan di bicara Salsa. Bukan berarti yang di bicarakannya itu kebenaran bisa jadi itu sebuah rumah kebohongan demi membela Zach.
"Luna, kamu marah soal Zach yang ke rumah kakak dua hari yang lalu ya? " tanya Salsa pelan.
Luna langsung menghentikan kegiatannya bermain ponsel, kini mengalihkan pandangannya kearah Salsa. Sedangkan Zach menatap Luna was-was penuh kekhawatiran.
"Maaf ya, dua hari yang lalu. Kakak nyuruh Zach nemuin kakak, waktu itu kakak cuman mau ngetes bang Roland beneran cinta nggak sama kakak. Kakak ngetes apa bang Roland bisa lebih cepat dari Zach saat kakak membutuhkannya. Selama ini kan Zach selalu ada buat kakak. Ternyata masih cepat bang Roland dan kakak tahu bang Roland cinta banget sama kakak. " Jelas Salsa memandang Luna berharap gadis remaja didepanya saat ini percaya dengan apa yang dia katakan.
"Maafkan tingkah kekanak-kanakan Salsa ya Luna, mungkin bawaan hamil jadinya seperti ini. Mana ada abang gak cinta sama dia kan aneh." ujar Roland sambil menatap Luna.
"Dan maaf udah ngerepotin Zach, sampai ganggu hubungan kalian kaya gini" ujar Roland lagi dengan rasa bersalah karena tinggkah istrinya yang membuat pasangan remaja ini menjadi salah paham.
"Tidak apa kok bang, maklum orang hamil" jawab Luna berusaha tersenyum. Luna tidak menyalahkan Salsa yang menyuruh Zach datang, tapi dia merasa kecewa dengan sikap Zach yang menurunkanya begitu saja di pinggir Jalan.
Zach hanya diam saja tidak menanggapi ucapan sepasang suami istri didepannya, ia malah melihat Luna was-was apakah gadis itu akan percaya atau tidak.
"Oh iya.. Bang, kak Salsa, aku pamit pulang dulu ya. Ini udah malem" ujar Luna sambil melihat jamnya.
Zach tadi yang sudah menatap kearah lain, kini kembali menatap Luna. Tatapan itu seolah-olah mempertanyakan kenapa pulang.
"Kok udah buru-buru, baru juga kamu setengah jam disini" ujar Salsa.
"Soalnya sudah malem kak, takutnya Daddy ku marah. Kalau aku pulang malam" ujar Luna sedikit berbohong. Padahal dia ingin pulang, bukan karena takut dimarahi, melainkan dirinya lelah dan bibirnya terasa berkedut nyeri akibat dari tamparan Tiara tadi pagi.
"Yaudah deh, daripada nanti kamu dimarahin"
"Sana Zach anterin Luna pulang" ujar Salsa.
"Hati-hati ya bawa mobilnya, awas kalau adik manisku ini kenapa-kenapa " ujar Roland pada Zach.
Lagi-lagi Zach tidak menggubris perkataan Roland, dia langsung berdiri dari duduknya mendahului Luna. Padahal tadi yang pamit pulang Luna kenapa sekarang yang berdiri duluan Zach. Memang aneh itu lelaki.
"Zach dengerin bang Roland ngomong " tegur Salsa pada Zach yang selalu mengabaikan Roland.
"hemmm" balas Zach sambil berjalan memasukkan kedua tanganya di saku celana berjalan mendahului Luna yang masih bersalaman pamit untuk pulang.
Luna berjalan beriringan dengan Salsa dan Roland dibelakang Zach yang jalan terlebih dahulu. Pasangan itu mengantarkan Luna dan Zach keluar rumah mereka. Zach sudah berada di dalam mobil, sementara Luna masih berjalan kearah mobil sambil melambaikan kedua tanganya kepada Roland dan juga Salsa. Mereka membalas lambai itu sambil tersenyum ramah, Luna masuk kedalam mobil memperhatikan Zach sekilas yang hanya diam menatap kedepan.
Setelah Luna masuk kedalam mobil dan memasang Seatbelt nya, Zach segera menjalankan mobil pergi meninggalkan depan Rumah Salsa dan Roland.
°°°°°
Udara dingin dan lembab membuat Luna harus berpakaian super tebal. Melapisi seragam sekolahnya dengan Jaket yang begitu tebal. Ditambah badannya juga serasa tidak enak, jadi rasanya dingin sekali seperti di kutub utara baginya. Sebenarnya ia ingin ijin untuk tidak ke sekolah tetapi sebentar lagi dia naik kelas dan banyak yang harus dia urus sebagai Bendahara osis.
Luna berjalan ke meja makan, disana hanya ada Jovan dan Lionil saja sementara Mommy nya sudah dari subuh tadi pergi kerumah Liam bersama Daddynya untuk mengurus Julian. Karena Liam dan Luis harus pergi ke Luar dan Dena istri Liam harus menemui saudaranya di rumah sakit sehingga tidak memungkinkan mengajak Julian, maka dari itu Sarah pergi kerumah Liam.
"Kamu Sakit? " Tanya Lionil khawatir saat melihat adiknya yang tampak pucat dan memakai Jaket yang begitu tebal.
Jovan ikut memperhatikan Luna, dia juga merasa khawatir dengan gadis itu.
Luna hanya mengangguk lesu menanggapi pertanyaan kakaknya.
"Nggak usah berangkat aja, kalau sakit" ujar Lionil.
"Aku banyak tugas kak, di OSIS juga" balas Luna sambil minum teh jahe hangat yang baru saja di buatkan oleh Bi imah.
"Terserah kamu lah, tapi kalau sakit lo parah terus pingsan. Daddy marah kakak nggak tanggung jawab" ujar Lionil kesal. Dia menyantap makanannya.
"Benar kata kakak kamu Ceana, mending ijin saja. Nggak usah sekolah" Jovan melihat kearah Luna berharap gadis itu mendengar perkataannya.
"Nggak kak Jo, tadi kan aku udah bilang. Tugas ku banyak, jadi gak mungkin aku ijin, sebentar lagi ini kenaikan kelas. "Luna tetap pada pendiriannya untuk berangkat ke sekolah.
"Udah biarin aja Jo, anak ini memang susah kalau diomongin " Lionil sudah selesai dengan makananya dia mengusap bibirnya dengan tisu sambil memandang kearah adiknya dengan kesal. Karena susah sekali untuk di kasih tahu.
"Kamu berangkat dianter Jovan ya, kakak soalnya ada urusan terus langsung berangkat ke kampus" Ujar Lionil sambil mengguling-guling tisu di tangan kanannya.
Lalu ia segera bangkit dari duduknya.
"Iya" jawab Luna singkat. Sejujurnya dia tidak mau berangkat ke sekolah dengan Jovan. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada yang mengantarkan dirinya kesekolah. Jangan di tanya soal Zach akan menjemput dirinya atau tidak, semalam dia melarang Zach untuk tidak datang menjemputnya kerumah. Alasanya dia masih tidak ingin dekat dengan Zach, rasa marahnya masih ada.
"Kalau gitu kakak berangkat dulu, bawa air mineral dari rumah. Minum air putih yang banyak" Pamit Lionil sambil berpesan pada adiknya itu untuk memperbanyak minum.
"iya kakakku, " balas Luna dengan senyum manis.
Setelah mendengar jawaban adiknya, Lionil langsung pergi meninggalkan meja makan yang kini hanya ada Jovan dan Luna yang sibuk masing-masing.
"Ceana,. " panggil Jovan ragu.
Luna yang akan menyendokkan nasi kedalam mulutnya berhenti dan sekarang melihat kearah Jovan.
"ke.. kenapa kak Jo"
"Soal semalam, aku serius Ceana" ujar Jovan mantap.
"Iya aku tau kak, tapi maaf aku sudah tidak menaruh suka pada kak Jovan. Hatiku sudah melebur nama mu kak" Ujar Luna terus terang. Dia sudah tidak mau lagi membahas hal semalam berlarut-larut, selesai mengatakan itu ia langsung bangkit dari duduknya membawa botolnya ke dapur mengambil air minum. Meninggalkan Jovan yang tampak merasa kecewa dengan jawaban Luna barusan.
"Aku tunggu di luar kak" ujar Luna melihat Jovan yang membersihkan sisa-sisa makanan dimulutnya dengan tisu.
Jovan mengangguk kecil, perasaannya saat ini benar-benar tak karuan. Apakah dia benar-benar terlambat untuk mengatakan rasa yang tak ia sadari sedari dulu.
°°°°°
Zach baru saja sampai di parkiran mobil SMA Wiradi. Saat ini dia berangkat ke sekolah menggunakan mobil, entah kenapa tiba-tiba saja dia ingin menggunakan mobil berangkat kesekolah. Jarang sekali untuk seorang Zach menggunakan mobil, karena baginya menggunakan mobil membuat waktu dirinya terbuang di jalan.
Baru saja dia akan berjalan menuju kekelas pandangan matanya menangkap sesosok yang sangat dia kenal di luar gerbang sekolah baru saja turun dari mobil Sport putih. Seketika matanya menajam tangannya terkepal erat, memperhatikan itu. Dia hanya diam berdiri di tempat tanpa ada niat untuk mendekat.
Luna langsung turun dari mobil Jovan, melangkah keluar mobil. Kaca mobil terbuka menampakkan sosok Jovan yang membalas lambaian tangan Luna.
"Ingat kata Lionil tadi, banyak minum air putih" pesan Jovan sambil tersenyum. Luna balas tersenyum dan mengganguk mengiyakan.
"Kakak pulang ya" ujar Jovan sambil menjalankan mobilnya pelan, melambai tangan kearah Luna.
Luna berjalan masuk kesekolah setelah Mobil Jovan berjalan pergi meninggalkan sekolahnya. Dia berjalan memasuki koridor sekolah yang mengarah ke kelasnya terdengar suara langkah yang berjalan di belakang tubuh Luna. Luna menyadari ada seseorang yang sedari tadi mengikuti dirinya tapi siapa?
"Itu alasan lo semalem gak mau gue jemput" ujar Zach yang sudah berada di samping Luna sebelum gadis itu melihat yang berjalan mengikutinya.
Luna langsung melihat ke samping kanannya, melihat Zach penuh tanya.
"Apaan sih" Ujar Luna tak terima.
"Bilang" dingin Zach.
"Bilang apa sih" Ujar Luna yang masih terus berjalan tanpa ada niat untuk berhenti sekedar berbicara dengan Zach.
"BILANG!! Alasan Lo Gak Mau Gue Jemput Gara-gara orang Yang Lo Suka Itukan?? " Bentak Zach sambil mencengkeram tangan Luna agar gadis itu berhenti menanggapi omongannya.
Luna merasa terkejut ketika cengkraman keras yang mampu membuatnya berbalik menatap pemuda didepannya ini yang tengan menatapnya begitu tajam. Bukan hanya Luna yang terkejut, anak-anak yang kebetulan lewat atau berada disekitar koridor itu juga ikut terkejut. Mereka kini menatap Zach yang wajahnya mengeras menahan amarah.
"eh, itu Zachkan kok ngomong nya keras begitu"
"waah berantem kayaknya tuh"
"Semoga aja Zach putus, terus pacaran deh sama gue"
Kira-kira begitulah beberapa ucapan yang mereka semua ucapkan saat mendengar suara keras Zach barusan.
"Lo, apa-apaan sih Zach. Gara-gara lo sekarang mereka semua ngelihatin kita" Luna tampak kesal, melepaskan tangan Zach secara paksa dari lengannya.
Zach hanya memperhatikan sekitar dengan tajam, kembali mencengkeram tangan Luna yang akan pergi lagi.
"Lepasin Zach, gue mau kekelas"
"mau lo apasih" Luna melepaskan sekali lagi tangan Zach dari lenganya secara paksa karena Zach tetap kuat memegang lengannya. Setelah terlepas dari Zach, Luna langsung pergi meninggalkan Zach di tempatnya. Zach hanya menatap kepergian Luna dengan nanar, lalu tanpa diduga pemuda itu memukulkan lengannya ke tembok dengan keras. Sontak semua orang yang melihat itu berteriak histeris merasa khawatir dan takut dengan apa yang di lakukan Zach barusan.
Luna yang sudah berjalan agak jauh merasa terkejut mendengar teriakan para siswi itu, sontak menatap Zach yang baru saja memukulkan tanganya ke tembok. Dia juga merasa terkejut dengan apa yang dilakukan Zach saat ini. Tentu saja Luna langsung berjalan cepat berbalik arah menghampiri Zach. Saat Luna berjalan hendak menghampiri Zach, pemuda itu justru berjalan melewati Luna tanpa mengatakan sepatah katapun dengan dinginnya ia berjalan pergi melewati Luna yang menatapnya.
°°°
T. B. C