Chereads / Cold Boy Paskibra / Chapter 31 - Episode 30

Chapter 31 - Episode 30

Luna berada dikelasnya, menunggu guru untuk masuk memberikan pelajaran. Teman-teman sekelas Luna juga sudah berada di dalam kelas jam pelajaran pertama sebentar lagi di mulai. Didalam kelas Luna tidak melepas jaket miliknya, badannya merasakan hawa dingin yang sangat dingin. Sehingga membuat Luna memutuskan tidak melepas jaketnya.

"Pagi, anak-anak" Bu Sri guru pelajaran IPA yang sekaligus wali kelas XI IPA 2 menyapa para muridnya di dalam kelas itu.

"Pagi bu" sahut para murid kelas XI IPA 2. Mereka melihat gurunya itu heran bahkan di antara mereka saling berbisik. Jelas mereka heran setau mereka hari ini lebih tepatnya pagi ini bukan pelajaran IPA kenapa bu Sri masuk ke kelas mereka.

"Kok ibu yang masuk buk" tanya Rizal mewakili teman-teman nya yang heran.

"Hari ini bu Wati tidak masuk, jadi dari pada kalian kosong tidak ada pelajaran di jam pertama ini. Ibu mau gabungin kelas IPA 1 dan IPA 2. Sekarang ibu mengajar di IPA 1 dan nanti jam pelajaran ke dua jam ibu kan. Kalian nanti boleh kosong, sekalian sampai jam istirahat " Jelas Bu Sri kepada murid-muridnya. Dia berniat untuk menggabungkan jam pelajaran anak IPA 1 dan 2.

"Asikkk" teman-teman Luna tampak senang mendengar itu, mereka segera mengambil buku mata pelajaran IPA didalam tas mereka begitu juga dengan Luna. Mereka semua segera keluar kelas mengikuti Bu Sri menuju kelas XI IPA 1.

Luna keluar kelas tampak sempoyongan, serasa tempat yang ia pijak bergerak dengan segera ia memegang entah siapa didepanya saat ini. Dia juga tampak buram melihat orang itu, setelah penglihatan dirinya tampak jelas lagi dia baru tahi bahwa yang ia pegang yaitu Rizal yang tengaj menatapnya aneh.

"Makasih " ujar Luna lalu melepaskan pegangannya dari Rizal.

"Iya sama-sama, Lo kenapa? " Ujar Rizal menatap Luna.

"Gak pa-pa, " jawab Luna singkat lalu tanganya memegang tembok untuk menahan tubuhnya. Dia menunggu Dinda dan Anya yang masih di dalam kelas entah kenapa mereka lama sekali.

"Ayok Lun" ajak Dinda yang baru saja keluar kelas.

"Kok kalian lama banget sih? " tanya Luna yang tak bertenaga.

"Tuh sih Dinda, geger nyariin pulpen" jawab Anya sambil melihat Dinda yang di sebelahnya dengan kesal.

"Hehehe, maaf" ujar Dinda lalu ketiga orang itu, langsung berjalan menuju kelas IPA 1 yang terpisah satu kelas dari kelas mereka.

"Lo sakit ya Lun" tanya Dinda kemudian saat melihat Luna yang tampak lemah.

"Tauk dah, badan gue rasanya dingin banget. Tapi, tubuh gue panas" jawab Luna semakin mendekap jaketnya merapatkan pelukan pada dirinya sendiri.

"Badan Lo panas banget, Kayaknya Lo deman ini" ujar Anya yang langsung menyentuh dahi Luna.

"Udah Lo ke UKS aja ya" Ujar Dinda yang langsung menopang Luna yang tampak tak seimbang saat berdiri.

"Tuh kan, lo hampir jatuh. Lo ke UKS sana" ujar Anya menatap temannya itu cemas.

"Tapi, nanti gue ketinggalan pelajaran gimana? " ujar Luna resah.

"Nanti gue salinin, udah Lo ke UKS ya" ujar Anya.

"Bener kata Anya, udah gak usah khawatir. Nanti juga gue ijinin sama bu Sri kalau lo sakit dan di UKS. ayok gue anterin" Dinda langsung memapah Luna yang memang terlihat lemah. Kalau tau dia akan selemah ini, mendingan dirumah. Apa gara-gara tadi ia tidak mendengarkan perkataan kakaknya Lionil. Dasar menyepelekan Luna-Luna. Jangan pernah menyepelekan sesuatu yang menurutmu bisa kau lakukan, nyatanya di luar kendali.

Luna terpaksa mengiyakan saran kedua temanya itu, sungguh badanya terasa tak mampu untuk mengikuti pelajaran.

Luna diantar Dinda ke UKS sedangkan Anya menuju kelas IPA 1, dia harus masuk kelas untuk memberitahu bu Sri bahwa Luna harus ijin ke UKS.

°°°°°

Luna saat ini sudah ada di UKS dia tampak lemas. Entah kenapa tubuhnya juga lemas padahal dia tadi sudah sarapan dan minum banyak air putih. Tapi kenapa masih terasa lemas dan begitu dingin. Seorang petugas UKS, Palang Merah Remaja di SMA Wiradi yang ia ketahui sebagai adik kelasnya. Walaupun begitu dia tidak tahu namanya, datang memberikan obat untuknya.

"Kak Luna, ini obat demamnya" ujar Siswi itu sambil menyerahkan obat kepada Luna beserta air minum.

Luna menerimanya dan segera meminum itu, siapa tahu bisa mengurangi demamnya saat ini. Dia tadi memang menyuruh Dinda untuk pergi memanggil petugas UKS untuk memberikannya obat. Tadi saat dia datang UKS belum ada orang sehingga ia masuk saja untuk berbaring walaupun tidak ada orang di dalam.

"Terimakasih ya dek" ujar Luna sambil melihat nametag di dada kanan siswi itu. Ternyata siswi itu bernama Tini, gadis yang manis dengan gingsul di gigi atasnya.

"iya sama-sama kak, kakak disini dulu aja. Aku mau kembali ke kelas" ujar Tini.

Luna hanya mengguk lemah, ia kemudian kembali berbaring di kasur itu. Baru saja dia akan memejamkan matanya ada seseorang yang masuk lagi kedalam UKS.

Dia tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, menatap pemuda itu tak yakin bahwa itu dia.

"Sakit apa? " tanya Zach yang masuk kedalam UKS. Ya pemuda itu Zach yang saat ini masuk kedalam UKS mendekat kearah tempat tidur yang di tiduri Luna.

Luna langsung merubah posisi tubuhnya yang sesari tadi tidur, kini duduk melihat Pemuda yang kini duduk di kursi sebelahnya.

"Nggak pa-pa, hanya gak enak badan aja" jawab Luna.

"Kok Lo bisa disini" tanya Luna kemudian yang heran dengan kedatangan Zach.

Zach malah berbaring di tempat tidur yang berada di sebelah tempat tidur Luna saat ini.

"Sakit " Jawab Zach singkat setelah tiduran di kasur.

Ekspresi Luna menggambarkan bahwa gadis itu tidak percaya dengan ucapan Zach. Masa dia sakit, wajahnya tampak biasa saja tidak ada tanda-tanda sakit. Sudahlah apa urusanya anak itu kemungkinan benar-benar sakit, dia kan memang begitu tanpa ekspresi. Jadi mana orang lain tahu apa yang dia rasain.

*Flashback*

Anya yang sudah masuk ke dalam kelas XI IPA 1 langsung berjalan menemui Bu Sri yang duduk di tempat duduk guru.

"Bu" panggil Anya pelan.

"Iya ada apa Anya" pandangan Bu Sri teralihkan ke arah Anya.

"Luna ijin ya bu, dia sakit tadi saya suruh ke UKS" ujar Anya, meminta ijinkan Luna pada Bu Sri secara pelan-pelan.

"Luna sakit? Yaudah gak pa-pa, biar dia istirahat di UKS"

"Makasih Bu" balas Anya dan langsung berjalan ke meja kosong yang belum terisi murid disana. Kebetulan juga meja itu terdapat dua bangku yang kosong sehingga bisa ia duduki bersama Dinda. Anak-anak IPA 2 tampak sudah lengkap memenuhi kelas IPA 1 termasuk Dinda yang sudah berada di kelas setelah mengantarkan Luna ke UKS.

Zach tampak mengedarkan pandangan ke arah anak-anak IPA 1 tampak ada yang kurang disitu. Ya memang ada Luna, gadis itu tidak tampak di antara teman-temanya. Bukan gadis itu juga yang ternyata tidak ada Darren juga tidak ada di situ.

Bu Sri mulai mengabsen para murid yang ada di kelasnya saat ini. Pertama-tama ia mengabsen anak-anak kelas IPA 1, mereka nihil tidak ada yang ijin. Sekarang giliran anak-anak IPA 2. Di IPA ada dua orang yang tidak masuk Darren dan Luna, Darren ada keperluan keluarga sedangkan Luna sedang sakit dia sedang beristirahat di UKS. Saat menyebutkan nama Luna tadi Anya yang menjawab bahwa Luna ijin karena sakit. Zach yang mendengar itu langsung menatap Anya mencoba bertanya dengan sorotan matanya.

Secara tiba-tiba Zach mengangkat tangan kanannya, sontak membuat Bu Sri ataupun anak-anak yang lain menatap kearah dirinya.

"Iya Zach, kenapa? " tanya Bu Sri

"Saya tidak enak badan" Ujar Zach sambil menurunkan tanganya.

"Kamu sakit Zach? Ya sudah kamu ke UKS saja" Bu Sri langsung menyuruh Zach untuk ke UKS.

Anya dan Dinda yang mendengar perkataan Zach hanya saling tatap.

Zach langsung keluar kelas setelah mendapat ijin untuk ke UKS dengan alasan tidak enak badan.

*Flashback END*

Zach berbaring di sebelah kasur Luna. Luna menatap pemuda itu aneh, perasaan laki-laki itu tidak apa-apa, kenapa dia ke UKS. Bodo amat, itu urusan Zach batin Luna. Dia langsung memasangkan selimut ke tubuhnya dan menghadap sebelah kanan membelakangi Zach. Tubuh Luna serasa kedinginan, bahkan dia sudah tertutupi oleh selimut dan juga jaket badannya terasa menggigil. Zach yang memperhatikan Luna seakan sadar dengan apa yang di rasakan gadis itu saat ini, dia langsung bangun dari tidurannya dan berdiri sambil memegang selimut yang ia gunakan tadi dan memasangkan nya di tubuh Luna. Kini selimut itu terpasang di tubuh Luna, Luna merasa lebih baik namun dia juga terkejut dengan adanya selimut itu yang tiba-tiba saja terpasang di tubuhnya tanpa tau siapa yang menyelimuti dirinya.

Luna langsung membalikkan tubuhnya lagi menatap kearah Zach yang sudah kembali berbaring di tempat tidurnya. Luna bisa menebak sekarang pasti Zach yang memasangkan selimutnya tadi siapa lagi. Dasar aneh kau Luna padahal tidak ada orang disini selain Zach. batin Luna bodoh.

"Makasih " Luna berterima kasih pada Zach yang pura-pura memejamkan matanya.

"Zach" panggil Luna melihat laki-laki itu yang tak menggubris dirinya.

"Ehmm" ujar Zach pada akhirnya menanggapi Luna yang terus menatapnya. Dia menyadari tatapan itu sehingga membuat nya merasa tidak nyaman di tatap oleh Luna.

"Soal tadi pagi... " Luna berhenti berbicara, seakan ragu untuk mengatakannya.

"Tidak seperti yang lo.. " ucapan Luna terhenti kali ini, bukan karena dia yang diam untuk berhenti berbicara melainkan Zach yang menghentikannya untuk berbicara.

"Gak usah di bahas" ujar Zach dingin lalu membalikkan tubuhnya kearah tembok, kini giliran dia yang membelakangi Luna.

"Anggap saja impas" ujar Zach yang masih membelakangi Luna.

Luna tidak mengerti dengan ucapan Zach, apa maksudnya yang impas. Kenapa laki-laki itu seperti itu sikapnya dingin dan susah tuk di mengerti.

°°°