Chereads / Really I Want / Chapter 52 - Chapter 51

Chapter 52 - Chapter 51

"Jangan ngaco lo! waktu itu gue lihat Zea masih terlihat baik-baik saja dan dia terlihat paling semangat ketika dalam pertandingan," protes Dirga. Dia masih ingat betul ketika dirinya mengkode Zafran dan Zea mengenai perasaan mereka.

Saat dalam pertandingan pun Dirga melihat Zea paling aktif dan dia mencetak nilai paling banyak. Pada saat itu juga Zea terlihat seperti biasa dengan Zafran. Menghilangnya Zea secara tiba-tiba memang membuat teman-temannya menjadi bingung.

"Gue nggak ngaco, Dir. Pada hari itu Zea terlihat aneh seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah selesai pertandingan dia malah lari-lari nggak jelas entah kemana. Ada yang bilang katanya dia mau ke kamar mandi" jelas Adit.

"Mungkin dia pergi ke kamar mandi karena kebelet BAK atau BAB," sanggah Dirga.

Pernyataan Dirga lumayan masuk akal. Adit hanya manggut-manggut. Lagi pula dia tidak terlalu paham bagaimana sifat Zea. Dia hanya tahu bahwa Zea sudah putus dengan Zafran.

Tak lama kemudian bel berbunyi menandakan jam pelajaran pertama akan dimulai. Semua anak yang berada di parkiran berlarian menuju kelasnya masing-masing. Peraturan sekolah mereka memang ketat, bagi anak yang telat masuk jam pertama akan mendapat hukuman. Rata-rata hukuman yang diberikan bagi anak yang telat, yaitu lari memutari lapangan sekolah, hormat menghadap tiang bendera, dan berdiri dalam satu kotak keramik di kelas sampai istirahat. Tidak tebayangkan rasa capeknya badan jika mendapat hukuman.

"Gue masuk kelas dulu, bro!" pamit Dirga langsung meninggalkan Adit. Begitu pun Adit, dia segera menuju ruang kelas agar tidak kena semprot guru killer. Hari ini mata pelajarannya matematika, yaitu pelajaran dengan berbagai rumus yang sulit dipahami seperti sifat wanita.

Banyak orang yang bilang bahwa wanita itu mirip rumus matematika, sudah berjuang mati-matian namun justru mendapat respon pusing karena sifat wanita yang sulit dipahami dan dimengerti. Sejak jaman dulu kalau ingin mendapatkan sesuatu memang harus suka terlebih dahulu baru berjuang, begitu pun matematika, jika ingin bisa maka harus suka terlebih dahulu dan selanjutnya rela berjuang. Anehnya ketika menghitung rumus matematika kepala kita terasa pening, tetapi ketika menghitung uang sebanyak apapun justru membuat pikiran terasa tenang dan senang. Gila sih memang, padahal keduanya sama-sama berasal dari angka.

Orang sakit kepala pun terkadang kalau diobati dengan banyak lembar uang berwarna merah bisa membuatnya sedikit mengurangi rasa nyeri. Beberapa orang juga ada yang menjadikan uang sebagai semangat hidupnya, padahal uang itu tidak akan dibawa mati. Namun, ketika uang dipergunakan dengan baik untuk hal-hal positif akan menolong kita di akhirat nanti, misalnya sedekah.

Tidak akan ada habisnya jika uang dibahas. Pada kenyataannya, uang memang sering digunakan untuk biaya kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, banyak orang yang diperbudak oleh uang. Miris sekali dengarnya.

Ketika Adit sampai di dalam kelas, dia memutuskan untuk mendekati Zafran terlebih dahulu. Kasihan sekali temannya itu. Sejak tadi Zafran sering melamun. Memikirkan siapa lagi kalau bukan Zea.

"Zaf!" sapa Adit.

"Hmm?" jawabnya yang masih setia menghadap ke arah pintu. Dia berharap kalau Zea akan berangkat sekolah.

"Sumpah lo itu bu--"

"Apa?!" tukas Zafran dengan raut wajah ketus.

Belum juga menyelesaikan perkataannya tetapi Adit langsung diam karena ketakutan. Selain sensi, hari ini Zafran terlihat mengerikan. Sebegitu ngaruhnya kehilangan Zea dalam hidupnya. Rasanya seperti tidak ada wanita lain selain Zea. Orang yang memiliki sifat seperti Zea itu masih ada jika saja mau mencarinya.

"Enggak, hehehe. Gue cuma mau ngomong kalau hari ini ada PR matematika, gue nyontek punya lo ya," ujar Adit mencari alasan lain agar amarah Zafran bisa agak mereda.

Sontak kedua mata Zafran membulat sempurna. Gara-gara terlalu larut dalam kesedihan membuatnya lupa akan tugas sekolah. Dia sangat panik ketika melihat jarum panjang jam menunjukkan ke arah angka empat, artinya 10 menit lagi guru killer matematika akan masuk.

Sejak kemarin pikirannya hanya tertuju pada Zea. Ini kali pertama Zafran tidak mengerjakan PR matematika, salah satu mapel terfavorit Zafran. Dia heran, mapel favorit saja sampai lupa, sedangkan Zea yang hanya sebatas mantan pacar selalu menghantui pikirannya. Apa karena yang nomor satu di kehidupan Zafran adalah Zea? ah entahlah, Zafran tidak tahu dan tidak ingin memikirkan itu dahulu. Sekarang yang terpenting tugasnya harus selesai.

"Gue pinjam tugas lo! cepat nggak pake lama dan nggak usah bohong, gue tahu bahwa lo sudah mengerjakan tugas. Waktu gue cuma tinggal sepuluh menit. Kalau Bu Tia tahu bahwa gue belum mengerjakan PR, mau ditaruh mana muka gue? ya kali anak kebanggaannya tidak mengerjakan PR," ujar Zafran.

Bukannya benci karena sifat kesombongan Zafran, Adit justru tersenyum mendengar perkataan Zafran ketika membanggakan diri. Sedikit demi sedikit, kembali lagi dia kepada sifat aslinya. Di mana Zafran sering cengengesan dan tak lupa membanggakan diri di hadapan teman-temannya.

Zafran itu memang paket komplit idaman para wanita, selain ganteng dan kaya, dia itu pintar. Kekurangannya hanya satu, dia suka genit kepada orang lain. Bagi cewek baperan, lebih baik mundur dari sekarang dari pada menjadi sasaran Zafran dan menyesal di akhir kemudian karena cinta Zafran hanya ada satu, yaitu Zea.

"Pencitraan banget sih! nih, awas kalau lama-lama, gue bogem wajah lo biar tahu rasa."

"Iya, gue tahu bahwa lo itu mengerjakan PR ini dibantu sama guru les. Takut kalau nggak bisa pas maju ya?" ejek Zafran.

"Bukan kaya gitu juga setan! lo pasti tahu kalau Bu Tia lihat ini, pasti yang kena gue, yang kena itu orang yang ngasih contekan dan lo pasti tahu kalau yang ngasih contekan akan dites mengerjakan soal di papan tulis langsung."

"Emang kenapa?" tanya Zafran sambil menyalin jawaban Adit di bukunya.

"Ya kan gue nggak bisa matematika dodol!" jawab Adit. Dia menghembuskan napas kasar. Di samping bahagia karena Zafran lumayan kembali kepada sifat aslinya, dia juga harus ekstra sabar menghadapi sifat Zafran yang terkadang menyebalkan karena sesuka hatinya memperlakukan temannya. Perlakuan Zafran yang terkadang semena-mena tidak berakibat fatal, hanya saja bisa membuat teman-temannya terkena semprot dari guru, khususnya guru BK.

Untung saja Zafran itu suka mentraktir teman-temannya, jika tidak maka dia akan dibully habis-habisan oleh teman-temannya. Biasalah banyak duit terlalu banyak disegani. Sudah tidak heran lagi mendengar kata-kata itu. Jaman sekarang sulit mencari teman yang benar-benar tulus dan selalu ada di saat kita suka maupun duka.

"Tinggal maju ke depan saja apa susahnya sih?"

"Kurang ajar lo, mau bikin malu gue apa mau minta bogeman dari gue?" tawar Adit.

Zafran berhenti menulis kemudian menatap Adit. "Yakin nggak mau gratisan nih?"

Tidak semudah itu Adit akan menyerah. Dia tahu bahwa itu hanya gertak Zafran saja. "Dasar ahli sogok menyogok, mau jadi apa generasi ini kalau penerusnya seperti lo. Mending kita adu otot dulu gimana? mayan nih pema--"

"Zafran! Adit!" tukas Bu Tia tiba-tiba datang di ambang pintu.