Ini semua gara-gara Zafran. Masih pagi sudah mendapat hukuman bantu-bantu tukang kebun sekolah. Memunguti sampah dan mencabuti rumput membuat Adit akan berkeringat, lalu bagaimana dengan parfumnya? mahal coy. Walaupun parfum Adit mahal dan tahan lama, sama saja berkeringat terlalu banyak membuat kadar bau parfum berkurang.
Jika saja hari ini ada pelajaran olahraga, Adit akan ganti baju terlebih dahulu untuk menghindari bau keringat berlebihan. Ya kali mau cari perhatian di saat istirahat nanti tapi baunya asem, malu lah di hadapan para cewek. Bukannya tertarik mereka justru malah menghindar.
"I-iya, Bu," jawab Adit tersenyum getir.
"Laksanakan sekarang!" perintah Bu Tia sambil berkacak pinggang.
"Iya, Bu. Saya permisi dulu, assalamualaikum," pamit Adit.
Saat sampai di lapangan, jantung Adit terasa berdebar. Di lapangan voli ada pujaan hatinya sedang berolahraga. Dia adalah Dinda, anak kelas X IPA 1. Setiap pagi Adit selalu menggodanya, tetapi Dinda tidak pernah merespon.
Pernah sekali Adit ditendang pada area sensitifnya karena menggangu Dinda. Oleh sebab itu, Adit sangat mengincar Dinda untuk dijadikan pacarnya. Mendapatkan Dinda adalah sebuah tantangan bagi Adit. Selama dia cari perhatian di sekolah, tidak ada cewek cuek selain Dinda. Sikap Dinda sangat menjadi daya tarik Adit untuk mendapatkannya.
Entah kenapa Adit merasa malu sekali ketika Dinda menatapnya dingin. Namun, Adit mencoba untuk terlihat tenang agar tidak terlihat malu ataupun grogi. Saat Adit memberikan senyuman untuknya, Dinda justru memalingkan muka dan kembali bermain bersama teman-temannya. Adit tidak marah ataupun kesal atas respon Dinda,dia malah semakin penasaran untuk mengetahui karakter Dinda.
"Gila tuh anak sombong banget," batinnya masih setia menatap Dinda.
"Adit! bersihkan sekarang, kalau belum bersih Ibu tambahi hukuman buat kamu!" teriak Bu Tia dari depan kelas.
Dinda tersenyum ketika tahu bahwa Adit sedang diberi hukuman dan dimarahi Bu Tia. Ketika Adit menatapnya lagi, senyumnya langsung luntur dan raut wajahnya kembali dingin. Adit sendiri heran kenapa Dinda selalu bersikap dingin kepadanya, padahal Adit sangat suka melihat Dinda tersenyum. Dia terlihat begitu manis ditambah kedua lesung di bawah pojok bibirnya.
"Adit! malah bengong!"
"I-iya, Bu. Ini saya lagi mungutin sampah," teriak Adit tak kalah seru.
Sudah dua kali Adit melihat senyum Dinda di pagi ini. Hatinya bagaikan es krim, meleleh ketika terkena yang hot-hot. Biar pun Dinda itu terlalu dingin untuk Adit, tapi sikap Dinda terlalu hot untuk hati Adit. Tidak ada cewek lain yang istimewa di hatinya selain Dinda.
Dinda adalah wanita pertama yang berhasil menarik perhatian Adit. Selain dingin, Dinda tidak pernah terlihat alay di mata Adit. Apalagi ketika dalam pelajaran olahraga, dia tidak pernah mengeluh karena capek. Beberapa hal yang Adit tahu mengenai Dinda, dengar-dengar dari teman-temannya, Dinda adalah atlet voli putri ketika di SMP. Dia memang tomboi tapi tetap terlihat cantik dan manis di mata Adit.
Adit terpanah ketika melihat Dinda memukul bola, nyaris sempurna. Wajah penuh peluh kemudian diusap menggunakan punggung tangan. Dia terlihat sangat seksi di mata Adit. Gila sih ini si Adit sebegitu tertariknya kepada Dinda.
Ketika Adit melihat jam tangannya, ternyata waktu untuk membersihkan lapangan tinggal 4 menit lagi. Sontak dia panik ketika melihat beberapa bungkus plastik di sekitar lingkungan. Hal ini pasti karena dirinya terlalu memperhatikan Dinda sampai lupa tugasnya.
"Ya ampun Dinda, kau telah membuatku tergila-gila sampai ku lupa dengan ini semua," batin Adit sambil memunguti sampah. Kebanyakan sampah yang ada di lapangan adalah daun-daun kering yang berserakan.
***
"Widih Bang Jago lagi bersih-bersih. Calon idaman nih, tobat, Bang?" sindir Dirga ketika berada di ambang pintu kamar mandi.
"Diam, lo!"
"Sensi amat, Bang, hahaha."
"Lo pilih bantuin gue atau pilih nggak akan pernah gue traktir lagi?" ancam Zafran.
Dirga merutukki dirinya sendiri karena memiliki mulut rusak yang suka ngomong asal nyeplos. Seharusnya dirinya tidak perlu menyindir Zafran yang lagi sensi pada hari ini. Jangan sampai membuat Zafran marah membuat Dirga gagal menabung untuk menjadi orang kaya.
Walaupun seminggu sekali, lumayan uang sakunya bisa ditabung untuk membeli sesuatu yang Dirga inginkan. Hasil tabungan yang akan Dirga dapatkan seperti peribahasa yang pernah pepatah katakan, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Biar pun Dirga menabung seminggu sekali, lama-lama kelamaan bakal mendapat hasil yang banyak.
"Sorry, Zaf. Gue nggak bermaksud apa-apa kok," ujar Dirga sambil cengengesan.
"Jadi, pilih yang mana?" tanya Zafran dengan tatapan dingin.
Gini nih kalau macan tidur dibangunkan. Orang yang jarang marah akan terlihat mengerikan ketika dirinya marah. Apalagi orangnya humoris maka suasana pun terasa berbeda. Aura nya saja sudah terlihat panas, apalagi dalam hatinya.
"I-iya mau bantuin," jawab Dirga dengan terpaksa.
Untung saja kelas Dirga masih jam kosong karena hari ini guru pengajarannya lagi ada perlu. Kelasnya hanya diberi tugas dan Dirga telah selesai mengerjakan tugas tersebut. Jadi, tidak masalah jika dirinya membantu Zafran untuk membersihkan kamar mandi.
Ada empat kamar mandi dalam satu ruangan. Satu kamar telah selesai dibersihkan Zafran. Sekarang tinggal tiga kamar mandi lagi. Setiap kamar mandi tidak terlalu luas sehingga membuatnya tidak terlalu membutuhkan banyak waktu untuk membersihkan tempat tersebut.
"Gue sudah menyelesaikan satu ruangan, empat bagi dua sama dengan dua. Jadi, masing-masing dari kita mendapat dua bagian ruangan. Gue sudah selesai satu tinggal satu lagi, sekarang bersihkan dua ruangan bagian tugas lo!" perintah Zafran.
Sontak kedua mata Dirga melebar dan mulutnya terbuka. Ingin rasanya Dirga mengungkapkan sesuatu tapi mulutnya sulit untuk mengeluarkan suara. Gila banget nih anak, bisa-bisanya menyuruh orang seenak jidatnya. Kalau saja Dirga tahu akan seperti ini, dia lebih memilih kamar mandi lain dari pada bertemu dengan Zafran.
Lebih baik Dirga mengelus dada saja sambil beristighfar daripada mengungkapkan kekesalannya yang bisa berakibat ancaman lagi dari Zafran. Jika saja Zafran bukan teman baiknya, Zafran sudah dibogem oleh Dirga karena kedua tangan Dirga sudah terasa gatal ingin menonjok sesuatu yang bisa membuat dirinya terlepas dari emosi.
"iya-iya," kata Dirga.
Mereka berdua membersihkan kamar mandi secara bergantian karena di sana hanya tersedia lap pel dan sikat kamar mandi. Zafran memilih untuk membersihkan closed terlebih dahulu, sedangkan Dirga hanya mendapat bagian sisa tugas dari Zafran, yaitu mengepel terlebih dahulu, padahal dia sudah tahu bahwa membersihkan kamar mandi lebih efisien membersihkan closed terlebih dahulu. Namun, mau bagaimana lagi, lebih baik dia mengerjakan apa yang ada dari pada menunggu alat setelah digunakan Zafran.
"Gila nih gue capek banget," keluh Dirga sambil menyeka keringat.
"Capek karena ini tidak ada apa-apanya dari pada menunggu tanpa ada kabar kepastian, sakit, bro," cletuk Zafran.