Chereads / Really I Want / Chapter 3 - chapter 2

Chapter 3 - chapter 2

Tak terasa KBM telah selesai. Zea menyusuri koridor sekolah masih dengan perasaan dongkol. Merelakan itu memang susah, apalagi menggapainya dengan berbagai usaha yang extra. Termasuk ponsel yang Zea miliki. Dari latar belakang sejarah itu yang menjadikannya emosi. Mengingat bahwa orang tuanya tak sudi membelikan ponsel untuknya. Jadi, mendapatkan ponsel juga membutuhkan tenaga dan uang untuk bisa membelinya, sedangkan mendapatkan uang tidak semudah memetik daun.

Perasaan dongkol itu semakin memuncak saat mengingat ponselnya dibuang jauh-jauh. Terlebih pada kondisi layar retak-retak. Bahkan yang lebih parah lagi, pada bagian pojok kanan ponsel tewas tanpa meninggalkan jejak dan tidak bisa ditemukan. Seperti rasa ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Entah itu hilang ditelan bumi ataupun diculik Wewegombel. Konon, kata orang Jawa, si Wewegombel adalah salah satu setan yang suka menyembunyikan seseorang dibalik payudaranya. Nah, tidak kebayang kan? Seberapa besar payudaranya itu.

Zea yang melihat Zafran sedang berjalan santai langsung menghampirinya. Kehadiran Zea tidak mendapat respon. Akhirnya dia menarik headset yang masih tersumpal di kedua telinga Zafran.

"Heh!"

"Apa?" tanya Zafran bingung.

"Lo tuli ya?"

"Nggak!"

"Terus?"

"Nabrak!" Jawab Zea ngasal.

"Nabrak hati lo lagi juga nggak apa-apa."

Zea memutar bola matanya malas. Dia memutuskan untuk diam. Terkadang diam bisa meredakan emosi. Tetapi cara itu tidak menjamin seseorang yang bersalah akan merasa bersalah karena tidak semua orang memiliki kadar kepekaan yang sama, tentu ada yang rendah dan ada yang tinggi. Namun, jika mendapatkan seseorang yang kadar kepekaannya rendah, dianjurkan untuk memperbanyak makan usus. Siapa tahu bisa menambah panjang usus, banyak orang bilang bahwa orang yang panjang ususnya, dia adalah orang yang penyabar.

"Malah diem!" tegur Zafran menoyor kepala Zea.

"Jangan bikin gue bodoh!"

"Nah emang dasarnya bodoh kan?" Sindir Zafran membuat Zea berdecak.

"Makanya gue di sekolahin biar pintar!"

"Terus ngapain diem?!"

"Mana janji lo?! Janji adalah hutang, dan hutang harus dibayar! Gue udah catat janji lo!" Zea menunjukan sebuah buku diary kepada Zafran. Bahkan dia memajukan bukunya terus. "Nih lihat! Lihat! Mata lo nggak buta kan?!"

"Lo memang cocok banget jadi rentenir. Gue yakin, bakat lo jadi bendahara itu awal dari sebuah pengalaman. Karna perusahaan akan lebih mengutamakan orang yang sudah berpengalaman. Semoga do'a gue terkabulkan. Amin," ujar Zafran mengangkat kedua tangannya menengadah.

"Rentenir gundul mu!"

"Ingat, Zea. Do'a anak Sholeh pasti dikabulkan, seperti gue misal."

Zafran akan melakukan hal-hal yang terlihat cool di hadapan perempuan. Lebih tepatnya bisa dikatakan caper, cari perhatian. Yang lebih parah, dia tidak pernah merasakan rasa malu dihadapan siapa pun. Pantaslah jika Zea memanggil Zafran dengan sebutan mantan idiot.

"Bukannya rentenir. Ya maklumlah, emang dasarnya aja gue pinter ngehitung, jadi wajarlah kalau gue dijadiin bendahara," ujar Zea membanggakan diri.

"Nggak perlu sok pintar ngehitung, kanan kiri lo udah ada pencatat amal baik dan amal buruk, termasuk ngehutang," Sindir Zafran lagi.

"Apa salahnya nagih hutang?!" Tanya Zea mulai gemas sendiri. Spesies makhluk di depannya ini memang minta di buang ke laut merah. Dia spesies Fir'aun. Mengingat jasad Fir'aun tidak bisa hancur, jadi pingin cepat-cepat segera menenggelamkan Zafran. Terus mau dijadikan pajangan di depan rumah. Siapa tahu bisa mengusir tikus yang berkeliaran.

"Emang gue hutang apa sama lo?"

Sudah habis kesabaran Zea. Kali ini Zea benar-benar ingin menenggelamkan spesies mantan idiot. Mengingat laut merah jauh, ya sudahlah, apa bisa buat.

Lagian mantan itu tidak perlu dikenang, apalagi dibikin sejarah. Sedangkan ciri-ciri orang yang belum bisa move on dari mantan, dia suka mengenang jasa para mantan. Jasa sayatan luka di hati misal. Jasa itu akan terkenang selamanya jika pikiran terus mengingat masa lalu. Dan itu semua akan menjadikan seseorang terpuruk.

Ibaratnya naik motor, tapi melihat kaca spion terus menerus, tentu akan terjadi kecelakaan. Nah, begitu juga mengingat masa lalu bersama mantan, pasti akan selalu membekas kan luka.

Sebenarnya mengingat masa lalu juga diperlukan, karena dengan masa lalu kita dapat mengambil pelajaran dari suatu masalah yang seharusnya itu tidak dilakukan kembali. Namun, itu semua tidak dilakukan secara berlebihan. Masa depan masih menunggu ketimbang masa lalu yang telah berakhir, yang dulu biarlah berlalu, yang baru mari buka lembaran baru.

Ingat! Dunia masih ada banyak berjuta-juta manusia. Kalau kalian masih mengharap satu orang saja dan orang tersebut sering menyakiti ataupun menggantungkan status hubungan kalian, berarti kalian perlu dirukiyah. Dunia itu luas!

Tak terasa air mata Zea sudah mengumpul di pelupuk mata. Dia sudah tidak tahan dengan kelakuan Zafran. Menurutnya, Zafran itu salah satu sosok pria gila yang terlalu membuat naik darah.

"Loh kok nangis? Jadi keinget waktu putus."

"Apaan sih?! Lo kira gue anak sultan? Butuh duit tinggal ambil, minta ini minta itu dengan mudah. Nggak punya hati banget lo! Pantas jomblo! Hati lo mubazir, mending donorkan kepada orang yang lebih membutuhkan aja sana, hiks."

"Idih cengeng. Muka lo tambah jelek banget."

"Mending jelek daripada lo ganteng tapi sering di PHP cewe."

"Gini-gini pernah jadi mantan lo. Dan gue nggak pernah PHP-in lo."

"Gue mau minta lo harus tanggung jawab!"

"Gue punya ide." Ekspresi wajah Zafran sudah berganti dari yang sebelumnya. Terlihat seperti jahil namun membuat rasa penasaran. Bahkan dari tatapan mata juga membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan bergidik ngeri.

Jika belum mengetahui karakter Zafran, mereka akan mengatakan bahwa Zafran adalah salah satu pria ganteng yang menjadi idola. Bagi siapa saja yang terkena aura kegantengannya pasti akan klepek-klepek. Mereka akan merasakan baper melayang-layang ke udara. Tapi, bagi yang sudah tau kelakuannya, amit-amit jabang kebo banget sih.

"Apa?"

"Berhubung nanti malam adalah malam jumat, kita adakan pencarian uang yang banyak,  sebanyak-banyaknya. Kita harus kompak dalam bekerjasama."

"Caranya?" tanya Zea bingung.

"Lo ngepet, gue yang jaga lilin, hahaha," ujar Zafran watados, wajah tanpa dosa. Dia hanya menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi. Saat mengucapkan kalimat itu, dia tidak merasakan bersalah sama sekali. Dalam kamus kehidupan sehari-hari Zafran, tidak ada yang mengenakkan selain menang sendiri saat berdebat dengan Zea.

Alis Zafran naik turun menggoda Zea. Aneh, yang digoda si mantan yang baper malah orang lain. Padahal seseorang yang mudah baper itu rawan disakiti. Mereka juga bisa akan menjadi si bucin, budak cinta.

Resiko seorang bucin itu sangat berat. Mungkin sebagian orang yang bucin akan sering merasa disakiti oleh pasangannya. Sebenarnya tak perlu menjadi bucin, sedangkan jodoh sudah ada yang ngatur. Yang pastinya nanti akan datang jika kita terus berusaha mendapatkannya. Jika kita melakukan pacaran terus putus, dan ternyata itu bukan jodoh kita, anggap saja kita bantu jagain jodoh orang. Seenggaknya menolong orang kan dapat pahala.

"Idih! Apaan?!" sewot Zea.

"Jadi beli hp nggak?" tanya Zafran mengalihkan pembicaraan.

"Jadi."

"Ayo."

"Gue nggak bawa motor."

"Gitu aja dianggap pusing. Ke parkiran aja dulu." Tangan Zafran sudah menarik tangan kanan Zea. Langkah Zafran terlalu lebar yang menjadikan Zea kuwalahan saat berjalan. Jika dilihat, mereka seperti bapak tiri yang akan menghajar anak tirinya. Sungguh mengenaskan.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Teryata lingkungan sekolah juga sudah sepi. Hanya beberapa siswa saja yang masih ada kegiatan di sekolah, mungkin mereka merupakan bagian dari aktivis. Zafran mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan motornya. Setelah menemukan, mereka berdua segera menghampiri motor milik Zafran.

"Satu motor berdua. Kalau sendiri-sendiri kelihatan banget jomblonya," ujar Zafran.

"Nggak! Ntar lo mesti bakal modus."

"Lagian nih ya, gue modus sama cewe tepos tuh percuma, nggak berasa."

Pletak!

Tangan kanan Zea langsung mendaratkan pukulan di kepala Zafran. Namun bukan Zafran yang meringis kesakitan, melainkan Zea sendiri. Bagaimana tidak kesakitan sendiri kalau yang dipukul malah helm.

"Aww, sakit!"

"Rasain tuh. Punya otak letaknya di pantat jadi gitu. Cepet naik!"

Zafran menarik Zea dan segera membantunya untuk naik, karena motor ninjanya yang terlalu tinggi. Bukan terlalu tinggi juga, melainkan tinggi badan Zea saja yang pendek. Buat kalian yang berpostur tubuh pendek jangan kebanyakan sakit hati. Tapi, justru cewe pendek itu yang imut, awet muda, dan gampang dipeluk. Comel banget kan ya.

Di setiap perjalanan, tidak ada satu pun suara yang keluar dari mulut mereka berdua. Kalau pun ada, pasti Zea akan lebih memilih diam. Percuma, buang-buang tenaga saja. Hanya ada suara angin yang terus merasuki telinga, ditambah lagi pakai helm. Apalagi saat Zafran mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Rasanya seperti sedang ngeflay, tuli pula.

Tak terasa mereka berdua telah sampai di depan konter. Zea sengaja meninggalkan Zafran yang sedang memarkirkan motor.

"Mantan nggak tahu diri," ujar Zafran yang tiba-tiba datang dengan wajah dongkol.

"Apaan sih?!"

"Cepet, mau beli yang mana?"

"Bentar, gue mau mikir dulu, bingung juga."

Zea memegang pantatnya sendiri, kemudian mengetuknya berkali-kali dengan menggunakan jari telunjuk. Hal itu yang membuat Zafran memerah menahan malu. Bahkan wajahnya sudah seperti kepiting rebus, sedangkan Zea biasa saja. Polos, sepolos pantat bayi.

"Masnya, pacarnya lagi gila ya? Atau gak punya malu? Mana ada mikir di pantat?" tanya salah satu penjaga toko di konter tersebut.

"Itu bukan pacar saya, Mbak, tadi saya nemuin dia terlantar di TPA," jawab Zafran menahan malu.

"TPA?"

"Iya, tempat pembuangan akhir. Kasihan, dia lagi nyari ponselnya yang jatuh ke sampah."

Pletak!

Zea yang mendengar pernyataan Zafran tidak terima, dia mendaratkan pukulan lagi di kepala Zafran. Kasihan ya, KDRT banget. Kepala tidak salah tapi kena sasaran terus.

"Sakit, Ze!"

"Lo kalau ngomong nggak pernah disaring. Tadi lo sendiri yang bilang kalau otak gue di pantat."

"Kapan ya?"

"Maaf Mbak, Mas. Di sini bukan ajang perdebatan ya."

"Iya, Mbak, maaf. Dia emang suka malu-maluin. Cepat, Ze, lo jadi mau beli hp nggak?"

"Jadi, ini aja yang oppo A5s."

"Yakin? Nggak yang iphone aja?"

"Nggak apa-pa?"

"Iya nggak apa-apa. Tenang aja gue itu horkay, horang kaya banyak duitnya. Hanya beli iPhone nggak bakal bikin gue jatuh miskin."

"Kya! Maksih sayang!" Teriak Zea memeluk Zafran.